Sepulangnya dari Kamari Beach, saya langsung mengembalikan motor ke Manos Motor Rental. Anak si pemilik rental langsung menyambut saya dengan ramah dan tanpa banyak basa-basi langsung membawa motor masuk ke tokonya yang segera tutup. Saya sempat heran karena dia sama sekali tidak memeriksa kondisi motor dan hanya mengucapkan selamat tinggal kepada saya dan semoga lekas kembali ke Santorini. Saya pun berjalan kembali menuju Marousi Rooms, hotel yang telah menjadi rumah kami selama 3 malam. Ah sudah selesai rupanya saat kami di Santorini. Sebentar kami akan berangkat menuju Fira dengan bis dan melanjutkan dengan bis lain menuju pelabuhan Athinios untuk menumpang ferry menuju Kos.
Mengacu pada jadwal bis yang tertera di Bus Stop, kami memutuskan untuk menunggu bis yang akan datang pukul 10:05 malam. Resepsionis Marousi Rooms mengingatkan kami bahwa walaupun jadwalnya tertera demikian, kenyataannya bis terkadang datang sesuka hatinya. Kadang datang lebih awal dan kadang terlambat. Kami yang tidak mau ketinggalan bis dan akhirnya mesti naik taksi, kemudian memutuskan untuk segera menunggu di bus stop walaupun jam baru menunjukkan pukul 9 malam. Belum lama kami menunggu, bis pun datang dan membawa kami menuju Fira. Perjalanan menuju Fira dengan bis menempuh waktu sekitar setengah jam. Bis yang kami tumpangi merupakan bis standar dengan kursi 2-2 dan tidak dilengkapi dengan AC. Ongkosnya pun murah yaitu hanya 2.4 Euro per orang. Kenek bis akan menghampiri tiap penumpang untuk membayar. Kurang lebih seperti naik angkot di Jakarta.
Bus dari Perissa sampai di terminal Fira yang saat itu tampak sepi. Kami langsung duduk menunggu waktu berlalu di ruang tunggu kecil berupa tenda ini. Jam masih menunjukkan pukul 10 malam dan masih beberapa jam lagi sebelum bis menuju Pelabuhan Athinios berangkat. Kapal Bluestar Ferry yang akan mengantarkan kami menuju Kos baru merapat pukul 3:20 pagi. Kami pun kemudian duduk menunggu sambil beristirahat. Rasa kantuk yang mendera dan barang bawaan kami membuat kami malas untuk berjalan ke pusat kota Fira. Dari kejauhan terdengar suara musik pesta yang meriah sementara kami sibuk dengan handphone kami masing-masing sampai akhirnya ketiduran. Suara orang berkumpul dan raungan mesin bis pun membangunkan kami. Jam menunjukkan pukul 1:30 pagi dan bis menuju Athinios pun siap mengantar kita.
Bis melaju di jalan Santorini yang berkelok-kelok dan terkadang tidak memiliki lampu penerang. Saya sangat salut dengan kemampuan menyetir sopir di Santorini yang tidak kalah dengan sopir-sopir bis Italia yang suka ugal-ugalan. Gelapnya jalan dan kondisi jalan yang berkelok-kelok tidak membuat sopir ini kesulitan sama sekali. Saya yang naik motor saja terkadang mesti berhati-hati waktu siang, lah ini nyetir bis gede malem pula dan tetep ngebut. Bis sampai dengan selamat dan kami langsung menunggu di ruang keberangkatan. Nah disini kami agak bingung. Karena banyak turis lain yang terus menghampiri dermaga ketika ada kapal merapat, kami pun ikut-ikutan menghampiri dermaga. Efek bebek kayaknya hahaha. Beberapa kali kami ikutan menghampiri dermaga dan akhirnya kami menunggu sampai Kapal BlueStarFerry yang datang pada pukul 3:20 merapat.
Kapal Ferry datang tepat waktu pada puku 3:20 pagi. Palka kapal dibuka dan kendaraan-kendaraan pribadi kemudian keluar dari kapal ferry yang berukuran besar ini disusul oleh para penumpang yang berjalan menuju dermaga. Angin yang kencang bertiup menyambut kami dan ketika semua penumpang dan kendaraan tujuan Santorini sudah keluar semua, kami pun dipersilahkan masuk ke kapal ferry. Kapten kapal menyambut kami dan mempersilahkan kami untuk menitipkan tas di lantai dasar kapal ferry. Namun karena bawaan kami tidak banyak, kami memutuskan untuk membawa tas kami. Disambut dengan eskalator, kami langsung bergegas menuju lantai 2 yang merupakan cafetaria. Nah berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun lalu menumpang Bluestarferry, tempat paling asyik di kapal ini adalah di cafetaria jika anda membeli tiket kelas ekonomi. Maklum jika anda membeli tiket ekonomi, maka anda tidak mendapat tempat duduk resmi dan bisa duduk dimana saja kecuali di bagian kursi berbayar. Kami kemudian memilih sofa empuk yang masih kosong dan langsung buru-buru menempatkan badan kami yang sudah kecapean diatasnya. Si Nyonya yang sudah sangat lelah langsung terlelap dan saya masih tiduran sambil melihat ke banyak penumpang yang tidak kebagian sofa untuk tidur dan pergi dari cafe.
Suhu udara di kapal ferry sangat dingin. Saya yang sudah mengenakan baju heatech Uniqlo dan jaket pun masih berasa kewalahan. Untung saya selalu sedia Tolak Angin untuk menghangatkan badan haha. Rasa lelah pun kemudian membawa saya menyusul si Nyonya dan penumpang lainnya ke alam mimpi. Walaupun suhunya dingin, saya sempat tidur selama tiga jam sampai sinar mentari dari jendela kapal membangunkan saya. Dengan langkah agak terhuyung-huyung, saya berjalan menuju toilet untuk bersih-bersih dan tentu saja sikat gigi. Beberapa tahun lalu, saya sempat berkeliling kapal ferry ini karena tidak bisa tidur dan norak pengen liat fasilitas kapal ferry ini. Kalo sekarang? Sama juga. Masih norak tapi waktu saya terbatas karena kapal ferry ini akan tiba di Kos tak lama lagi. Saya sempat menggunakan fasilitas charge handphone di kapal ferry ini dan berjalan melihat-lihat. Namun baru 15 menitan, suara kapten kapal lewat intercom terdengar lantang memberitahukan penumpang bahwa 15 menit lagi kita akan merapat di pelabuhan Kos.
Saya pun kemudian membangunkan si Nyonya yang masih tertidur. Rasa kantuk dan lelah yang menghinggapinya masih terlihat. Dengan enggan, dia bangun dan kemudian bergegas ke toilet. Saking setengah sadarnya, Si Nyonya bahkan tidak ingat fasilitas apa saja yang ada di kapal ferry. Kami pun kemudian berjalan menuju lantai bawah dan keluar dari kapal ferry. Kos adalah pulau Yunani yang jaraknya sangat dekat dengan daratan Turki. Dari pulau ini kita bisa menyebrang menuju Bodrum, Turki hanya dalam tempo 40 menit saja. Kos juga sebenarnya merupakan destinasi yang menarik. Pulau ini dulunya merupakan markas ksatria Hospitaller yang kesohor pada abad pertengahan dan peninggalan mereka masih ada di Kos. Sebuah benteng berukuran besar terletak di pelabuhan dan menyambut kami yang baru sampai.
Pelabuhan di Kos perahu-perahu berbendera Turki dan Yunani Booth tiket kapal menuju Bodrum Dermaga kapal
Jarum jam masih menunjukkan pukul 8 pagi dan kami pun berjalan dengan benteng Kos yang kokoh itu di sebelah kiri kami dan dermaga kapal dengan puluhan kapal di sebelah kanan kami. Karena belum memiliki tiket untuk menyebrang ke Bodrum, saya pun kemudian mampir ke salah satu kapal dan bertanya mengenai kapal ke Bodrum. Ternyata saya tidak bisa langsung naik kapal dan pergi ke Bodrum, tetapi harus membeli tiket di loket dan melalui imigrasi laut sebelum bisa berangkat ke Bodrum. Kami pun kemudian berjalan menuju gedung imigrasi yang terletak di seberang sana. Dalam perjalanan menuju gedung imigrasi, kami berpapasan dengan banyak kapal nelayan yang baru saja selesai berlayar. Beragam ikan yang segar sedang dipindahkan dari kapal menuju kontainer di tepi laut. Pemandangan di kawasan marina ini sangat menghibur hati. Benteng besar, laut dan berbagai kapal laut yang beragam warna dan benderanya sungguh membuat betah mata memandang.
Sesampainya di booth tiket, kami pun kemudian membeli dua tiket menuju Bodrum. Ada dua keberangkatan menuju Bodrum yaitu pukul 9:30 pagi dan sore pukul 16:00. Awalnya saya ingin menghabiskan waktu di Kos selama setengah hari untuk berkeliling di pulau kelahiran Hippocrates, sang bapa kode etik kedokteran,ini. Namun akibat kondisi fisik si Nyonya yang kelelahan, saya pun memutuskan untuk segera berangkat ke Bodrum dan beristirahat di hotel. Dua tiket menuju Bodrum pun sudah ditangan dan kami kemudian menunggu kapal ferry datang di sebuah cafe dekat loket imigrasi.
Setelah menunggu setengah jam, kapal ferry pun datang dan kami bersama penumpang lain berbaris di loket imigrasi. Proses imigrasi berlangsung cepat. Kami hanya menunjukkan paspor yang kemudian distempel dan kami pun bisa langsung naik kapal bertingkat dua ini. Setelah semua penumpang naik, kapal pun kemudian meninggalkan dermaga Kos. Saya berjalan menuju dek atas dan menikmati pemandangan laut yang indah. Saya selalu memiliki rasa sentimental terhadap laut dan kapal. Something about the water and the view that always makes me mellow. Pemandangan laut Mediterania dan latar benteng Kos membuat saya enggan turun ke dek bawah untuk tidur sebentar. Saya membiarkan panasnya mentari dan hembusan angin laut membuai saya dalam kenangan akan indahnya benua biru yang sedang saya tinggalkan ini.
Tidak seberapa lama,kapal pun mendekati daratan Turki. Dari kejauhan saya sudah bisa melihat benteng peninggalan Ksatria Hospitaller yang masih berdiri kokoh. Bodrum dengan latar pegunungannya merupakan kota pantai yang sudah terkenal sejak zaman Yunani kuno. Ada banyak sejarah di kota ini dan dari berbagai kota di Turki Barat yang memiliki bangunan bersejarah, Bodrum adalah salah satu kota menarik perhatian saya. Sekarang kota indah ini siap menyambut saya dan si Nyonya.