Tidur selama 5 jam setelah seharian jalan-jalan di Dubrovnik jelas tidak cukup. Namun apa boleh buat, pesawat kami menuju Bari, Italia berangkat jam 9 pagi dan kami harus bersiap-siap menuju Bandara Dubrovnik. Setelah mandi dan sarapan roti sekedarnya, kami mengucapkan selamat tinggal pada Mabuta Rooms. Menggerek koper si Nyonya dan backpack di punggung, kami menuruni tangga dari Mabuta Rooms menuju jalan raya. Terminal Bis Dubrovnik masih sepi pagi itu. Maklum, jam baru menunjukkan pukul 5 pagi dan kami langsung menemukan shuttle menuju Bandara Dubrovnik. Sang supir langsung meminta kami naik ke dalam minivan dan kami hanya membayar 40 kuna seorang. Minivan tidak menunggu penumpang lain lagi dan kami pun kemudian berangkat menuju bandara Dubrovnik. Bandara Dubrovnik atau Cilipi Airport terletak sekitar 40 menit dari Dubrovnik. Transportasi umum satu-satunya dari bandara menuju kota adalah shuttle bus seperti yang kami tumpangi kali ini. Bis melaju di jalan yang sepi dari terminal dan naik turun jalur pegunungan dengan pemandangan Adriatik di sisi kiri mobil.
Penampakan Terminal Bis dari Mabuta Rooms Terminal bis Dubrovnik Airport Shuttle
Setelah menikmati pemandangan dengan setengah ngantuk selama 40 menitan, kami pun kemudian sampai di Bandara Dubrovnik. Bandara yang modern ini masih sepi dan cukup nyaman. Kami pun tanpa menunggu lama kemudian langsung menuju check in counter untuk menitipkan bagasi. Oh iya, sebelum kami berangkat ke Eropa, kami mengalami kegalauan luar biasa soal bagasi. Ceritanya begini. Kami membeli tiket Dubrovnik-Bari dan Bari-Santorini dari Maskapai Low-cost bernama Volotea. Volotea menawarkan harga yang sangat murah untuk penerbangan rute tersebut namun seperti umumnya pesawat low cost, mereka memiliki aturan yang ketat akan tas kabin. Jika tas anda melebihi berat dan dimensi yang ditentukan, anda akan ditolak masuk ke pesawat dan diminta membeli bagasi yang harganya mahal. Kami yang ingin berhemat, sempat berpikir untuk tidak membeli bagasi karena harganya yang nyaris seharga satu tiket baru. Namun, karena tidak kenal dengan medan, kami pun memutuskan untuk berkompromi dengan membeli satu bagasi untuk tiket Dubrovnik-Bari dan tidak membeli bagasi untuk penerbangan Bari-Santorini. Kita akan wait n see pada penerbangan Dubrovnik-Santorini, jika memang seketat yang dibilang, kami akan membeli bagasi di Bari. Dan dugaan kami pun…..terbukti. Setelah menitipkan bagasi, kami kemudian menunggu di ruang tunggu penumpang yang sudah diramaikan oleh penumpang lain. Kami melihat banyak penumpang yang membawa tas berukuran lebih besar dari koper kabin si Nyonya yang sekarang sedang dibawa ke lambung pesawat.” Ah rugi! Tau gini mending ga beli bagasi kan!” cetus si Nyonya yang kecewa karena aturan bagasi di Volotea ternyata tidak seketat yang dikira.
Bandara Dubrovnik Interior Pesawat Volotea Muka mesem beli bagasi
Pesawat pun kemudian lepas landas on time. Angin kencang yang berhembus menuju Dubrovnik sempat membuat pesawat bergoyang kencang dan membuat kami sport jantung. Astaga, serem bener ini. Turbulensinya berbeda dengan yang pernah kami alami dan kali ini terjadi sekitar 2 menit pertama ketika pesawat meninggalkan landas pacu. Kami sempat berdoa dan berharap pesawat segera stabil dan doa kami pun terkabul. Pesawat mencapai ketinggian yang optimal meninggalkan turbulensi di bawah. Penerbangan dari Dubrovnik menuju Bari hanya menempuh 50 menit saja dan kami pun kemudian sudah berada di Italia tanpa masalah.
Sesampainya di Bandara Bari, kami langsung mencari kereta menuju Matera, tujuan utama kami di Italia kali ini. Matera adalah nama kota tua yang terletak sekitar 2,5 jam dari Bari. Matera adalah hidden gem yang baru terkenal di kalangan turis usai menjadi tempat shooting film Mel Gibson, The Passion of Christ. Konon, kontur dan bangunan kota yang sudah dihuni sejak ribuan tahun ini mirip dengan Jerusalem di abad pertama. Hal inilah yang menarik perhatian kami dan kami kudu mengunjungi Matera. Matera dapat dicapai dengan kereta dari Bandara Bari namun kami harus berpindah kereta di Bari Centrale, stasiun kereta api utama di Bari. Kami kemudian mengikuti tanda menuju kereta airport dan menemukan mesin tiket serta kounter tiket dengan karyawannya yang fasih berbahasa Inggris. Kami membeli tiket dari kounter dan membayar 9.90 Euro seorang.
Bandara Bari Mesin tiket kereta menuju Bari Lorong menuju stasiun kereta Bandara Platform kereta Platform kereta menuju Matera Kereta menuju Matera
Kereta airport hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk mencapai Bari Centrale. Kami kemudian berpindah ke platform kereta menuju Matera yang terletak di lantai satu stasiun. Bari Centrale cukup modern dan memiliki beberapa fasilitas penunjang seperti cafe, toilet sampai penitipan tas. Kami tidak mengalami kesulitan untuk mencari informasi dan penduduk Italia Selatan yang ramah selalu siap membantu kami. Tidak menunggu lama, kami sudah berada dalam kereta menuju Matera, the Jerusalem of Italy.