Mengikuti Misa di Vatikan dan Mencicipi Pizza al Taglio

Pagi menyambut dengan langit kelabu di kota Roma pagi ini. Suasana melankolis sang langit seolah sesuai dengan tema perpisahan yang akan kami alami dengan kota Roma hari ini. Ya..hari ini adalah hari terakhir kami di Roma dan Italia tentunya. Petualangan dari Bologna sampai Roma selama 9 hari akan berakhir di bandara Ciampino malam ini. Berat rasanya meninggalkan negara yang telah memberikan begitu banyak kenangan dan makanan tentunya bagi kami. Italia akan selalu di hati. Namun sebelum kami beralih ke tujuan kami selanjutnya, kami memiliki waktu 12 jam untuk berpisah dengan Roma.

Setelah membereskan tas kami dan check out dari Scalinni de Trastevere, kami kemudian berjalan menuju stasiun kereta Trastevere. Karena gagal mengunjungi Basilica St Peter kemarin, kami bertekad untuk menjejakkan kaki kami di gereja yang paling termasyhur di dunia ini. Setelah sampai di stasiun San Pietro, langkah kaki kami kemudian mengantarkan kami kembali ke Piazza San Pietro yang sudah dipenuhi dengan kursi-kursi. Sekitar Piazza San Pietro telah di barikade dan pengunjung yang ingin masuk harus melalui beberapa pintu dengan metal detector. Ternyata pagi ini akan diadakan misa Perayaan St Petrus dan Paulus di Basilica San Pietro yang dipimpin oleh Paus Francis sendiri. Tanpa pikir panjang, saya pun mengajak si nyonya untuk ikutan misa sekalian bertemu dengan Paus Francis.

 

Setelah melalui screening dari petugas keamanan, kami pun sampai di Piazza San Pietro dan mengambil duduk di tempat depan berharap bisa melihat Bapa Francis dari dekat. Misa baru dimulai sekitar dua jam lagi dan kami sudah duduk manis menunggu misa dimulai sambil membaca buku ibadah yang dibagikan. Setelah membuka beberapa lembar, kami menyadari kalau hari ini ada penahbisan  uskup-uskup agung dari seluruh dunia. Kami terkejut ketika mendapati nama orang Indonesia di daftar uskup agung yang akan ditahbiskan. Romo Robertus Rubyatmoko dari Semarang namanya. Wah kami merasa sangat beruntung bisa menyaksikan moment bersejarah ini. Kursi-kursi yang tadinya kosong sekarang mulai terisi oleh pengunjung dari berbagai bangsa. Saya mendengar bahasa Italia, Inggris, Tagalog sampai bahasa Afrika (maybe Swahili) yang tidak saya pahami di sekitar saya. Semua umat berkumpul untuk merayakan misa bersama.

Dua jam kemudian, acara dimulai dengan penahbisan uskup-uskup agung. Satu persatu nama uskup dipanggil dan tepuk tangan tumpah ruah dari pengunjung yang sebangsa dengan sang uskup. Kami pun tidak ketinggalan bertepuk tangan ketika nama Romo Ruby disebut walaupun cuma kami berdua dari ribuan pengunjung yang hadir kala itu. Ketika misa akan  dimulai, Paus Francis melangkah keluar ditemani rombongan rohaniawan katolik. Acara Misa berlangsung khidmat walau banyak pengunjung yang sibuk memotret Bapa Francis termasuk saya. Sungguh sosok yang biasa saya lihat di televisi dan social media ini nyata ada di depan saya. Walau jarak kami cukup jauh, kami merasa puas bisa melihat pemimpin Gereja Katolik secara langsung.

Usai mengikuti misa, kami pun mencari tempat untuk makan siang. Om Google bersabda kalau di dekat Stasiun Metro Cipro terdapat kios pizza terkenal yang namanya Bonci Pizzarium. Pizzarium merupakan salah satu dari banyak kios yang menyediakan pizza al taglio atau pizza by slice. Di kios pizza seperti ini, kita bisa membeli pizza menurut beratnya. Cara memesannya cukup mudah, kita tinggal tunjuk dan minta sebesar apa dan penjual akan memotong pizza dan menimbangnya. Berbekal sabda om Google tersebut, kami pun kemudian berjalan dan menumpang Metro menuju Bonci Pizzarium.

Seperti kebanyakan kios pizza al taglio, Bonci Pizzarium tidak memiliki tempat makan seperti di restoran. Kebanyakan hanya menyediakan meja dan pengunjung makan sambil berdiri saja. Pemandangan beberapa pengunjung sibuk mengunyah pizza di luar Bonci Pizzarium menyambut kami yang baru sampai di siang yang panas itu. Segera kami bergabung dengan pengunjung lain yang sedang memilih pizza yang akan mereka beli. Beberapa jenis pizza dengan topping menggoda siap tersaji di etalase kios. Kami pun memilih tiga jenis pizza dan kemudian dipotong dan ditimbang. Harganya cukup mahal. Total 14 euro untuk tiga jenis pizza dan jujur saja kami kurang kenyang haha. Namun pengalaman menikmati pizza al taglio sudah kesampean. Another one in my bucket list..checked!

Usai menikmati pizza, kami pun kembali ke Basilica St Peter untuk mengunjungi gereja tersebut. Maklum kunjungan ke Roma tanpa masuk ke Basilica St Peter rasanya kurang pas. Sesampainya di Piazza San Pietro, kami mendapati antrian panjang untuk memasuki gereja. Panjang, tidak teratur dan matahari bersinar dengan teriknya membakar kulit para pengunjung yang mengantri. Walaupun antrian terbagi dua (satu untuk masuk ke gereja dan satu lagi ke cupola/kubah), antrian tetap panjang karena gereja baru saja dibuka usai misa tadi pagi. Kami pun bingung mau ikutan antri atau melewatkan kunjungan ke Basilica St Peter. Di tengah kebingungan kami, si nyonya menyadari ada antrian lain yang lebih pendek di sayap kanan Piazza San Pietro. Antrian ini ternyata merupakan antrian khusus tour rombongan. Seorang tour guide dari RRT menjelaskan kepada kami kalau tour rombongan mendapat prioritas untuk masuk melalui pintu tersebut. Ah gimana ini? wait..rombongan turis ini dari Tiongkok dan tampang kami pun mirip dengan mereka, bagaimana kalau kami nebeng masuk juga barengan dengan mereka. Akal nekad ini pun kami jalankan walaupun hati deg-degan takut ketahuan. Beruntung, kami berhasil masuk tanpa masalah. Tampaknya petugas keamanan menganggap kami bagian dari rombongan turis Tiongkok tersebut. Yey! Inflitration mission..successful!

Memasuki Basilica St Peter seolah memasuki istana yang megah. Interior gereja yang tinggi dengan berbagai ukiran dan patung yang indah selalu membuat mata saya terhibur dan mulut saya menganga walau kunjungan ini bukan yang pertama kalinya. Patung Pieta masih menebarkan nuansa melankolis yang menggugah perasaan haru para pengunjung yang mengunjungi patung mahakarya Michaelangelo ini. Altar gereja yang dinaungi oleh 4 pilar berkubah karya Bernini bermandikan cahaya matahari yang menembus kubah gereja menambah aura keagungan tempat ini. Konon makam Rasul Petrus berada tepat dibawah altar ini. Beberapa minggu sebelum perjalanan kami ke Italia dimulai, saya sempat berusaha mendaftar kunjungan ke makam Rasul Petrus namun saya kehabisan tempat dan tidak berhasil mendapatkan izin.Niat kami untuk mengunjungi kubah gereja pun batal karena antrian panjang nan mengular. Namun berada dalam gereja ini, kami pun bersyukur karena kami beruntung bisa mengunjungi gereja terbesar di dunia ini.

Meninggalkan Basilica St Peter, kami kembali ke Trastevere untuk menikmati makan siang ronde dua di Restoran Carlo Menta yang sudah menjadi langganan kami semasa di Roma. Bagaimana tidak, set menu makan siang dari makanan pembuka sampai pencuci mulut hanya 10 euro! Menunya yang besar juga bisa dibagi dua dan setengah liter wine sebagai pemanis tentunya. Jauh lebih baik dari pada makan pizza saja kan?

Selesai dengan makan siang (atau sore), kami pun berangkat menuju Scalini de Trastevere untuk mengambil tas kami. Hotel tampak kosong dan saya pun menggunakan kesempatan untuk beristirahat di lobby sambil mandi. Dalam beberapa jam, kami akan berangkat menuju Athens melalui airport Ciampino. Airport yang melayani penerbangan dengan maskapai low cost ini bisa dicapai dengan kereta dan bis dari Trastevere. Dengan memanggul backpack, kami meninggalkan hotel dan berangkat menuju stasiun Termini melalui kereta dari Trastevere. Perasaan sentimental membuat saya tidak bisa melayangkan pandangan dari jendela, mengamati pemandangan kota Roma yang akan saya tinggalkan segera. Sesampainya di Termini, kami baru menyadari kalau kereta menuju stasiun Ciampino akan berangkat dalam waktu 5 menit. Kami pun berlari berusaha mencapai kereta yang terletak di peron yang cukup jauh dari tempat kami turun kereta dari Trastevere. Ngos-ngosan dan penuh dengan keringat, kami berhasil naik ke kereta namun sialnya kami lupa satu hal yang menjadi pelajaran berharga bagi kami. Seorang kondektur datang dan memeriksa tiket para penumpang di gerbong yang kala itu cuma saya, si nyonya dan seorang pemuda Italia. Ketika kondektur datang memeriksa tiket kami, saya memberikan tiket transportasi Roma dengan pedenya. Si Kondektur langsung mengernyitkan dahi dan mengisyaratkan dalam bahasa Italia kalau tiket transportasi Roma tidak berlaku untuk Ciampino yang terletak di luar kota Roma.Kami terkejut dan saya baru sadar kalau saya lupa mencari info tentang ini. Singkat kata kami harus membayar denda sebesar 13 euro untuk tumpangan kereta selama 15 menitan. Sungguh mengecewakan tapi ya sudahlah. Kelalaian berbuah kekecewaan.

Setelah sampai di stasiun Ciampino, kami menumpang bis shuttle Catral yang mengantarkan kami menuju Bandara Ciampino. Bandara kecil yang sederhana namun cukup nyaman untuk duduk menunggu keberangkatan kami ke Athens. Akhirnya perjalanan kami di Italia berakhir dan bab baru petualangan kami akan dimulai. See you Athens in a few hours.

Note :

  1. Jika anda berminat mengunjungi makam Rasul Petrus, anda bisa mendaftar di web resmi Vatikan (klik di sini) untuk mendapatkan izin kunjungan. Biaya kunjungan per orang adalah 13 euro dan anda akan dikelompokkan dengan grup sesuai dengan bahasa yang anda kuasai. Ijin kunjungan ke makam Rasul Petrus ini cukup sulit didapat dan harus dipesan dari jauh hari.
  2. Bandara Ciampino terletak di luar kota Roma namun bisa diakses dengan transportasi umum atau jika anda tidak mau repot anda bisa naik bis Terravision yang mangkal di stasiun Termini. Jika anda ingin naik transportasi umum, anda bisa menumpang kereta lokal dari stasiun Termini ke stasiun Ciampino. Stasiun Ciampino terletak di luar kota Roma sehingga kartu transport harian Roma yang mencakup seluruh transportasi umum di Roma tidak berlaku. Sesampainya di stasiun Ciampino, anda bisa menumpang shuttle dari halte di luar stasiun untuk mencapai Bandara Ciampino. Total biaya kereta dan shuttle hanya 2.7 euro seorang.

One comment

Leave a Reply