Trekking ke Gergeti Church, Kazbegi

Udara dingin menyambut pagi kami di Kazbegi. Udara yang bikin tidur nyenyak semalaman dan mager ini sempat menghalangi kami bangun pagi (maksudku pagi itu jam 6 pagi). Namun karena teringat hari ini adalah hari kami trekking ke Gergeti Church, kami memutuskan untuk bangun segera yaitu jam 7 pagi. Setelah mandi dan membawa makanan dan air secukupnya, kami pun berangkat menuju Mordor eh Gergeti Church.

Gergeti Trinity Church  ( Tsminda Sameba dalam bahasa Georgia) adalah nama gereja yang terletak di atas gunung dekat kota Kazbegi. Lokasinya yang menghadap padang hijau dan pegunungan yang tinggi menjadikan gereja ini populer di kalangan turis dan sering muncul di brosur atau iklan tentang turisme Georgia. Walaupun populer di kalangan turis, gereja ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Konon, gereja ini sering dijadikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci termasuk salib St Nino, sang Pelindung Georgia, di kala bahaya mendera Georgia. Ketika Georgia masih merupakan bagian dari Uni Soviet, pemerintah komunis melarang segala aktivitas keagamaan dan menjadikan gereja ini sebagai tujuan wisata. Pemerintah Soviet bahkan membangun kereta gantung dari kota Kazbegi sampai Gergeti Church untuk memudahkan transportasi. Setelah Uni Soviet runtuh, penduduk Kazbegi langsung membongkar kereta gantung yang dianggap menodai kesakralan Gergeti Church. Thanks to the villagers, we can enjoy a beautiful trek to the church :D.

Langkah awal kami menuju Kazbegi dimulai dengan berjalan menuju pusat kota yang kala itu sangat sepi walau jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Udara pegunungan yang sejuk membuat kami sedikit merinding disko saat angin menerpa. Jalan dari pusat kota dengan cafe dan restoran kemudian membawa kami menuju sebuah jembatan dengan sungai kecil yang mengalir diantara tepian bebatuan kasar yang tampaknya seperti sisa reruntuhan bangunan (kayaknya ini masih ruins hangover but nevermind..). Setelah melewati jembatan ini, kami terus berjalan menanjak melewati perumahan penduduk desa yang masih belum menunjukkan aktivitas kehidupan. Berjalan sampai ujung dari perumahan tersebut, kami kemudian berhenti untuk mencari tahu jalan yang tepat menuju Gergeti Church. Walaupun gereja tersebut terlihat di atas kami, nampaknya tidak ada petunjuk jalan yang mengarahkan jalan menuju gereja. Untungnya kami berpapasan dengan seorang anak kecil yang menunjukkan jalan menuju gereja. Tampaknya kami hanya perlu berjalan lurus setelah berpapasan dengan sebuah gerbang tempat mobil parkir. Seekor anjing yang tadinya nongkrong di gerbang tiba-tiba berjalan di depan kami seolah ingin bergabung dengan kami. Lead us the way, Mr Doggie.

Setelah melewati gerbang, kami berjalan menanjak meninggalkan kota Kazbegi di belakang kami. Tanjakan yang curam lengkap dengan kondisi jalan yang tidak beraspal membuat langkah kami melambat, walau akhirnya kami sampai di tanah datar dan terpukau dengan pemandangan kota Kazbegi dari sini. Pegunungan menghijau dengan kota Kazbegi di dasarnya membuat kami memutuskan untuk beristirahat sebentar dan menikmati pemandangan. Dua orang turis yang tampaknya ayah dan anak terlihat berjalan dari kejauhan dan sedang kewalahan menyusuri jalan menanjak yang baru saja kami lewati. Mr Doggie pun duduk menunggu kami beristirahat. Agak sulit untuk berjalan cepat di kontur jalan yang berbatuan ini, namun lebih sulit lagi untuk melanjutkan perjalanan karena pemandangannya bener-bener buat betah duduk santai. Namun setelah puas duduk-duduk dan mengambil foto, kami kemudian berjalan kembali.

Jalan di depan kami kemudian menyempit menuju sebuah sungai yang mengalir ke bawah ke arah Kazbegi. Sungai ini ternyata merupakan Sungai Chkeri yang bersumber dari glasier di pegunungan Kazbeg. Saya menyempatkan untuk mencuci muka di sungai yang bersih dan sejuk ini. Rasanya nyegerin banget. Si nyonya yang semangat dengan sepatu barunya melangkah lebih dulu ke depan sambil berfoto ria. Ah sungguh menyenangkan tempat ini. Kami cuma berdua di jalan tepi sungai ini menikmati pemandangan pegunungan dan suara gemuruh sungai di samping kami. Jalan yang kami tempuh kemudian bercabang menjadi dua. Satu jalan di samping sungai yang “agak” lebar namun memutari lembah dan satu jalan lagi menanjak dan terjal namun membawa kami lebih cepat sampai ke gereja. Si nyonya yang lagi semangat-semangatnya kemudian memilih berjalan di jalan yang lebih terjal supaya kami sampai lebih cepat. Sayangnya, karena kurang berhati- hati, saya terpleset dan kaki kanan pun keseleo. Sambil menahan sakit dan merahasiakan kondisi kaki saya ke si nyonya yang pasti bakalan panik, kami kemudian melanjutkan berjalan di jalan yang terjal tersebut.

Jalan tersebut kemudian membawa kami ke puncak bukit. Ketika melewati puncak tersebut kami langsung disambut oleh padang luas nan hijau dengan Gergeti Church di atas bukit. Ah gereja legendaris tersebut hanya 2 kilometer dari tempat kami berdiri.Kami pun memutuskan untuk piknik di padang hijau ini untuk menikmati pemandangan. Bermodal selimut colongan dari Etihad, kami duduk sambil menikmati wine, roti dan madu yang kami beli kemarin. Di kejauhan kami melihat seorang pelukis sedang duduk di atas batu sambil melukis pemandangan indah di sekeliling gereja. Sekumpulan domba terlihat bergerombol tak bergerak menikmati sinar mentari pagi yang mulai membelai kami dengan hangatnya. Di samping kiri kami terlihat sebuah jeep melaju menyusuri jalan utama menuju gereja. Nampaknya turis mulai berdatangan ke Gergeti. Usai menikmati piknik di padang ini, kami kemudian berjalan menuju gereja.

Padang hijau di belakang kami membuat kami merasa seperti berada di film Sound of Music yang sebenarnya dishooting di Salzburg, Austria. Padang hijau, pegunungan dengan es di puncaknya, udara pegunungan yang sejuk bikin susah move on dari tempat ini. Setelah berjalan sekitar 15 menit, kami kemudian sampai di pintu masuk kompleks gereja. Sebuah mata air dengan salib di atasnya memancarkan air yang rasanya sangat sejuk dan nikmat. Saya langsung mampir untuk minum dan mengisi cadangan air kami yang sudah habis kami minum.

Gereja Gergeti seperti kebanyakan gereja di daerah Kaukasus berwarna agak gelap dengan atap seperti peluru. Konon atap gereja ini terinspirasi dari Gunung Ararat yang merupakan tempat bahtera Nabi Nuh terdampar. Bagian dalam gereja terlihat kuno dan menggambarkan betapa tua bangunan ibadah ini. Untuk memasuki gereja ini, kita harus berpakaian sopan dan wanita harus menutupi kepala seperti mengunjungi mesjid. Beberapa rahib dengan jubah hitam dan janggut lebat tampak berjalan hilir mudik di kompleks gereja dan sesekali mengingatkan pengunjung yang tidak mengenakan pakaian yang layak. Setelah mengunjungi bangunan gereja, kami kemudian menikmati pemandangan sekitar gereja yang indah. Kota Kazbegi terlihat begitu jauh di dasar lembah.Padang hijau tempat kami piknik masih mengundang kami untuk kembali. Saya pun menghela napas sambil memijat kaki kanan yang mulai bengkak. “Say, kayaknya kita ga bisa lanjut ke glacier. Kaki gue keseleo tadi.” kataku kepada si nyonya yang langsung khawatir. Ah seandainya kaki tidak keseleo, kami pasti sudah melanjutkan ke glacier yang belum pernah kami lihat seumur-umur hidup kami.

Setelah puas berfoto di Gergeti Church dan sekitarnya, kami pun berjalan pulang melalui rute yang berbeda. Kali ini kami memutuskan untuk berjalan mengikuti jalur jeep yang menurut anggapan kami akan lebih mudah dibandingkan dengan jalur awal kami menuju Gergeti. Namun, kami sangat salah. Jalur jeep yang meliuk-liuk dengan jalan yang berdebu ternyata sangat tidak menyenangkan karena kami tidak bisa menikmati pemandangan. Sebelum menempuh jalur jeep kami terlebih dahulu harus menuruni jalan terjal dari gereja yang membuat kaki saya semakin menderita. Haiyaa..udah jalannya nurun, kaki pake acara keseleo pula.  Berhati-hati kami menuruni jalan sambil terkadang memotong jalur jeep yang meliuk2 melalui pepohonan dan kontur tanah yang menurun. Berkat perjuangan yang gigih, kami akhirnya sampai di sebuah gerbang besi yang kemudian mengarahkan kami ke perumahan warga yang kami lalui tadi pagi. Safe at last.

Berjalan ke arah kota sambil terpincang-pincang, kami melihat kembali Gergeti Church nun jauh di atas bukit. Tak terduga kami bisa mencapai gereja yang dari kami berdiri hanya sebesar tutup pena tersebut. Perjalanan ke Gergeti Church ini semakin menambahkan kecintaan saya kepada Georgia dan tentunya saya akan kembali untuk menikmati keindahan alam pegunungan Kaukasus yang tak kalah dengan pegunungan Alpen.

Further info:

  1. Gereja Gergeti bisa dicapai dengan dua cara:  1. dengan naik jeep dari pusat kota Kazbegi.Anda harus menyewa satu jeep atau patungan dengan turis lain untuk mencapai Gergeti Church. 2. trekking dari pusat kota seperti yang saya jelaskan di atas. Saya menempuh waktu 2 jam untuk mencapai Gergeti Church dan itu pun sudah termasuk istirahat dan piknik
  2. Jika anda ingin mengunjungi bagian dalam gereja, berpakaianlah yang sopan dan kaum wanita harus mengenakan tutup kepala.
  3. Jika anda ingin trekking menuju Gergeti, jangan lupa membawa makanan dan minuman secukupnya karena tidak ada yang berjualan makanan di dekat gereja.Hanya ada toko souvenir yang menjual pernak pernik berupa lukisan santo dan santa, magnet kulkas,salib dan sebagainya.

2 Comments

Leave a Reply