Berjalan kembali ke hotel setelah gagal mengunjungi St Peter’s Castle dan Mausoleum of Halicarnassus, saya merasa nuansa yang sangat berbeda di kota Bodrum ini. Ini bukan pertama kalinya saya pernah mengunjungi kota pesisir Turki. Antalya, Fethiye dan Kas memiliki daya tarik tersendiri namun Bodrum sungguh berbeda. Suasana hangat disini diwarnai oleh nuansa lokal yang lebih terasa dibanding dengan kota-kota yang saya sebutkan di atas. Lebih banyak orang Turki yang berjalan ke sana sini dibandingkan turis mancanegara. Kemana para turis dari Kos yang bareng kami tadi ya? ah saya tak tahu. Mungkin mereka pergi ke pantai di sekitar Bodrum yang memang sangat menggoda bagi pecinta pantai.
Ketika di Hotel
Sesampainya di hotel, saya mampir ke loteng untuk menengok cucian yang baru saya jemur 3 jam lalu. Panasnya sinar matahari sore itu mengeringkan pakaian basah yang saya jemur sampai kering crispy. Inilah kenapa saya suka mengunjungi Turki dan negara Mediterania lainnya di musim panas. Saya tak perlu membawa banyak pakaian karena gampang cuci pakaian. Cuci dengan deterjen dan air, jemur dan 2 jam kemudian pakaian sudah bersih.


Jajan Sore Sore
Setelah si Nyonya bangun dari tidurnya, kami pun kemudian berjalan keluar mencari makan malam. Matahari yang mulai tenggelam berganti langit biru gelap dan sinar lampu pun mulai menggantikan terangnya siang. Bergabung dengan penduduk lokal yang mencari makan, kami berjalan menuju St Peter’s Castle, tempat banyak restoran dan cafe berada. Jalan menuju kawasan kota tua ini mulai ramai oleh pejalan kaki dan kami pun melihat gerobak dengan tumpukan kerang di atasnya. Ah ini dia salah satu snack ala Turki yang dari dulu saya selalu ingin coba. Midye dolma adalah kerang yang diisi nasi rempah biasanya dijual di daerah pesisir. Saya sering melihat snack model begini di Istanbul dan Fethiye namun tidak pernah mencoba. Sekarang saatnya yang tepat untuk mencoba. Harganya cukup murah cuma 1 lira untuk yang berukuran besar. Saya membeli 4 buah yang saya bagi dengan si Nyonya namun ternyata tidak cukup. Rasanya cukup nikmat apalagi kalo diberi sedikit perasan lemon tapi porsinya yang cuma sesuap membuat geli-geli perut. Usai menikmati midye dolma, kami berjalan melewati reruntuhan gereja yang sekarang sudah menjadi bagian dari pasar. Seorang bapak-bapak menjual snack berupa bola-bola tepung yang digoreng lalu dilumuri sirup manis. Mirip sama bola-bola ubi yang biasa saya beli di salah satu mal di Jakarta. Dengan 10lira saja, kami sudah mendapat satu box besar berisi manisan yang enak ini.
Midye Dolma Penjual Midye Dolma Bola-bola ubi?
Romantic Dinner
Sambil menikmati tatli, kami berjalan melewati kawasan kota tua yang saat itu mulai ramai dikunjungi penduduk yang ingin makan malam. Terlalu banyak restoran disini, kami pun bingung hendak memilih yang mana. Dari restoran kebab, makanan Turki, sampai Chinese food pun ada. Namun karena saya ingin mencoba seafood ala Turki, pilihan kami pun jatuh pada sebuah restoran di pinggir pantai bernama Dinc. Sebenarnya banyak restoran seafood serupa Dinc,namun kami akhirnya memilih Dinc karena rayuan si pelayan yang ramah.
Kami dipersilahkan memilih tempat terbaik di depan restoran tepi pantai ini. Tentu kami memilih untuk makan di tepi pantai dengan pemandangan yang indah. Langit senja yang mulai gelap dan St Peter’s Castle yang terletak anggun nun jauh disana membuat suasana romantis semakin terasa. Kami memilih ikan bakar dan cumi bakar sebagai menu utama kami yang ditemani dengan sepiring besar Greek Salad. Ketika saya meminta raki sebagai minuman, si pelayan tersenyum lebar dan berkata,”You are a real man.” Tampaknya beliau paham saya mengerti tentang kebiasaan orang Turki ketika menikmati seafood. Orang Turki sangat menikmati minuman keras yang dijuluki “susu singa” ini. Raki atau disebut Ouzo di Yunani adalah minuman keras hasil fermentasi biji dan kulit anggur dengan adas. Raki sangat cocok diminum sebagai teman makan seafood apalagi ikan. Bau amis ikan bisa dinetralisir oleh harumnya adas dari raki. Saya yang kurang begitu suka ikan bisa menikmati ikan bakar dengan raki. Rasanya mantap. Si Nyonya tampak senang dengan makan malam kali ini. Maklum walau kami berdua hobi makan, baru kali ini kami berkesempatan untuk menikmati makan malam romantis di pinggir pantai. Ketika kami menikmati makan malam, terdengar suara merdu seorang pengamen yang membawakan lagu berbahasa Turki. Saya tidak paham bahasanya, namun irama musiknya menambah hangat suasana malam itu. Lengkap deh makan malam kami.






Kami puas bisa mengunjungi kota ini walau hanya satu malam saja. Makanan yang enak, pemandangan yang indah dan suasana yang hangat membuat Bodrum menjadi salah satu kota favorit saya di Turki.