Bodrum, St Peter Castle, Turki

Bodrum dan Kehangatan Kota Pesisir Turki

Langit biru Bodrum dan cuacanya yang hangat menyambut seiring kapal kami sampai di dermaga pelabuhan Bodrum. Bersama rombongan penumpang yang lain, kami diarahkan menuju antrian imigrasi. Polisi imigrasi yang ramah namun sigap berdiri di dekat antrian dan kami pun berjalan perlahan sampai giliran kami di loket. Petugas tidak banyak bicara melihat paspor kami dan fotokopi evisa Turki. Paspor distempel dan kami langsung berjalan keluar dari kantor menuju kawasan pelabuhan.

Jejeran kapal-kapal kayu dengan bendera Turki dan Yunani berjejer di sebelah kiri kami. Bodrum, kota yang dulu dikenal dengan nama Halicarnassus di zaman Yunani kuno, memang terkenal dengan reputasinya sebagai kota pelabuhan. Sampai sekarang, masih banyak kapal yang berlayar menuju kota pelabuhan ini, terutama dari pulau-pulau di Yunani seperti Kos. Bagi turis dengan paspor USA atau UK yang tidak membutuhkan visa untuk mengunjungi Yunani dan Turki, day trip dari Bodrum ke Kos atau sebaliknya cukup populer. Sedangkan bagi saya dan nyonya yang berpaspor RI, visa Schengen dan visa Turki dobel perlu disiapkan untuk day trip ke Kos atau Bodrum. Terlalu ribet.

Kami menumpang duduk di sebuah cafe yang memiliki layanan wifi. Layanan simcard Orange saya tidak berlaku di Turki dan kali ini, kami harus menjadi fakir wifi. Tay Pansiyon, hotel kami di Bodrum, terletak hanya 15 menit jalan kaki dari pelabuhan. Namun karena teriknya matahari dan kondisi si Nyonya yang masih kelelahan, membuat kami memilih untuk memesan Uber menuju hotel. Mumpung harganya murah, why not? Kami kemudian menunggu dengan sabar si abang Uber di cafe namun si abang tidak kunjung tiba walaupun posisinya sudah dekat dengan kami. Ternyata, mobil Uber tersebut tidak bisa masuk ke kawasan pelabuhan sehingga kami harus berjalan keluar pelabuhan untuk menemui si abang Uber. Sebuah mobil van Mercedez Benz berwarna hitam menunggu kami tepat di luar pintu masuk pelabuhan. Mr Sarp yang tidak bisa menghubungi kami lewat telpon bersyukur menemukan kami yang berinisiatif berjalan keluar. Dengan antusias dia bercerita tentang Bodrum dan sedikit heran dengan kami yang memilih naik Uber, padahal kami hanya perlu berjalan sedikit dan belok ke Ataturk Cadessi tempat hotel kami berada sedangkan dengan mobil, kami harus memutar selama 20 menit untuk sampai ke hotel. Oalah..kami beneran gagal fokus karena kurang tidur. Tidak lama berselang, kami pun sampai di Tay Pensiyon.

Dijemput Mercedez Benz euyyy
Ranjang kami di Tay Pension

Tay Pensiyon adalah penginapan sederhana yang dikelola oleh satu keluarga Turki yang ramah. Begitu kami sampai, kami langsung disuguhi jus jeruk sebagai welcome drink. Tanpa menunggu waktu check in, kami langsung bisa menempati kamar tidur kami. Kami yang belum benar-benar istirahat dari Santorini, kemudian langsung tepar di ranjang hotel yang sungguh nyaman. Suhu udara di luar yang panas benar-benar kontras dengan suhu sejuk kamar yang membuat kami langsung terlelap di alam mimpi. Begitu lelahnya kami sampai rasa lapar yang kemudian membangunkan kami.

Bodrum adalah tipikal kota Turki dengan kios-kios kebab di pinggir jalan, toko-toko kelontong dengan tulisan bahasa Turki yang rame. Kami tidak mengalami kesulitan untuk mencari makan. Dari kebab sampai makanan unik macam Sirdan yang mirip alat kelamin pria itu pun tersedia. Kembali ke Turki dengan makanannya yang familiar benar-benar membuat saya senang. Kami pun tanpa ragu langsung berjalan masuk ke sebuah kios kebab dan memesan Tavuk kebab. Minumnya? Tentu saja segelas ayran dingin yang menyegarkan, apalagi di siang yang panas. Setelah menikmati makan siang dengan lahap, kami pun kemudian berjalan ke Otogar Bodrum untuk memastikan jadwal bus Havas ke airport. Maklum, besok pagi kami akan berangkat ke Istanbul dan bus Havas merupakan transportasi umum paling murah menuju airport.

Kawasan di sekitar Otogar Bodrum terbilang ramai dengan turis dan penduduk lokal yang berjalan hilir mudik di jalur pejalan kaki. Banyaknya toko dan money changer menandakan tempat ini biasa dikunjungi turis asing. Bis, dolmus dan mobil pribadi bersliweran di jalan dan sesekali berhenti menuruti lampu lalu lintas. Setelah memotret jadwal bis havas, kami kemudian berjalan membeli air minum di supermarket Carrefour yang terletak di belakang otogar. Panasnya cuaca membuat kami rela membeli banyak air dan minuman dingin, walaupun kami hanya menghabiskan satu malam saja di Bodrum, kami membeli 4 botol besar air saking hausnya haha.

Cuaca panas membuat si Nyonya ingin kembali ke hotel dan beristirahat sementara naluri eksplorasi saya sudah menggebu-gebu ingin dipuaskan. Apalagi sebuah kastil besar di pinggir laut yang saya lihat ketika sampai di pelabuhan Bodrum tadi sangat menggoda untuk dikunjungi. Sebagai pecinta sejarah abad pertengahan, saya tentunya tidak bisa melewatkan kunjungan ke Castle Saint Peter, markas Knights Hospitaller. Setelah mengantar si Nyonya kembali ke hotel, saya pun kemudian berjalan di tengah panasnya mentari senja ke Castle Saint Peter. Jalanan kota tua Bodrum adalah suatu kanvas penuh warna. Cafe-cafe dengan warna cerah, birunya langit dan ramainya penduduk yang mulai berjalan ke arah marina membuat Bodrum serasa salah satu kota di Yunani. Ya, kota Bodrum ini dulunya merupakan kota koloni Yunani di Asia Minor (Turki sekarang) yang bernama Halicarnassus. Halicarnassus terkenal sebagai salah satu tempat bersemayamnya 7 Keajaiban Dunia Kuno yaitu Makam Raja Mausolus (Mausoleum of Halicarnassus).

Old Town Bodrum
reruntuhan gereja yang berfungsi sebagai pasar sekarang
Castle Saint Peter dan pantai Bodrum

Ketika sampai di Castle Saint Peter, saya bingung mesti masuk dari mana ke benteng ini. Untung tak jauh dari benteng tersebut saya menemukan Tourist Center yang siap melayani turis. Ketika menanyakan tentang Castle Saint Peter, seorang karyawan di kantor tersebut menjelaskan kalau Castle Saint Peter sedang dalam tahap renovasi sejak tahun 2016. Yahhhh…saya pun kecewa karena sudah jauh-jauh ke Bodrum dan tidak berhasil masuk ke benteng ini. Bagi saya yang suka dengan sejarah abad pertengahan, benteng ini cukup signifikan artinya. Castle Saint Peter merupakan benteng yang dibangun oleh para prajurit Perang Salib yang membangun pertahanan mereka di pesisir Turki bagian barat. Benteng yang dibangun dengan menggunakan sisa-sisa bangunan Makam Raja Mausolus ini merupakan salah satu titik pertahanan prajurit Perang Salib bersama Kos dan Rhodes. Sayangnya, para ksatria Perang Salib tersebut tidak sempat menggunakan bangunan kokoh ini karena telah mereka dikalahkan oleh Sultan Sulaiman dari Kesultanan Ottoman. Benteng ini kemudian berfungsi sebagai penjara dan di zaman modern berfungsi sebagai Underwater museum yang menyimpan banyak koleksi benda bersejarah dari sekitar Bodrum.

es krim 10 lira
Kawasan Marina

Gagal mengunjungi Castle Saint Peter, saya kemudian berjalan di sekitaran kota tua Bodrum. Berbagai toko menjual pernak-pernik ala Turki dan restoran berselang seling menempati kiri dan kanan jalan kota tua. Satu yang paling menarik perhatian saya adalah kios es krim yang sangat menggoda. Harganya pun murah 10 lira untuk 3 scoop. Mengingat satu lira hanya 3ribuan rupiah, harga satu es krim tiga scoop sih lebih murah dari cash back Baskin and Robins hehe. Sambil menikmati es krim saya pun mengamati sisi kanan saya ternyata banyak cafe menghadap laut dengan akses ke pantai. Pantai Bodrum tidak memiliki pasir putih yang halus namun airnya tetap menggoda para turis untuk berenang. Di kejauhan sana terlihat Castle Saint Peter dengan crane yang terpasang mengingatkan saya kembali akan gagalnya mengunjungi benteng bersejarah ini. Ah nasib.

Makam Raja Mausolus

Setelah puas berjalan-jalan sendirian di kawasan old town, saya kemudian berjalan menyusuri marina menuju bangunan bersejarah lain di Bodrum, yaitu Mausoleum of Halicarnassus (makam raja Mausolus). Setelah mengunjungi Kuil Artemis dan Rhodes, tentu saja saya ingin melengkapi checklist 7 Keajaiban Dunia Kuno dengan mengunjungi makam raja ini,namun lagi-lagi saya tidak beruntung. Makam Raja Mausolus ini tutup setiap Senin dan guess what..gue disana pas hari Senin. Arrghh. Makam ini dibangun oleh Permaisuri Raja Mausolus yaitu Ratu Artimisia. Artimisia yang juga merupakan adik kandung sang raja membangun makam yang sangat indah dan merupakan makam paling agung di zamannya. Tidak heran jika Herodotus memasukkan makam ini dalam 7 Keajaiban Dunia Kuno. Makam ini bertahan selama berabad-abad sampai gempa bumi merusak tiang bangunannya sampai runtuh. Namun bangunan ini baru benar-benar rusak ketika para prajurit perang salib yang tidak punya apresiasi terhadap benda purbakala menjarahnya dan menggunakan reruntuhan bangunannya untuk membangun Castle Saint Peter. Konon, kita masih bisa melihat beberapa bagian Castle Saint Peter yang dulunya merupakan bagian dari makam ini. Sungguh sayang.

Gagal mengunjungi kedua bangunan tersebut membuat saya kecewa. Dengan langkah gontai saya pun berjalan balik ke Tay Pension, namun langkah saya terhenti oleh teriakan seru pengunjung cafe yang sedang menikmati pertandingan Piala Dunia. Ah iya yah, hari ini pertandingan Brazil vs Mexico. Rasa kecewa saya pun berganti dengan rasa seru pertandingan sepakbola yang saya nikmati dengan segelas bir Efes. Bir khas Turki ini tidak seenak bir di Praha namun rasanya cukup menyegarkan di sore yang panas ini. Fiuhhh….

One comment

Leave a Reply