Oia, Kamari, Santorini, Yunani

Jalan-Jalan Santorini ( Part 4 : Foto-Foto di Oia dan Berenang di Kamari)

Hari ini adalah hari terakhir kami di Santorini. Esok dini hari kami akan berangkat menuju Bodrum, Turki dengan kapal ferry. Hari ini kami harus puas-puasin jalan-jalan di Santorini sebelum pergi. Sebagai pencinta keindahan alam dan arsitektur, kami berdua merasa kunjungan kami ke Oia kemarin belumlah cukup. Oia terlalu indah untuk hanya dikunjungi selama 2 jam dan ribuan turis yang memenuhi Oia saat menunggu sunset kemarin adalah alasan kenapa kami kembali lagi ke Oia pagi ini. Kami ingin menikmati Oia saat sepi. Saat ribuan turis masih terlelap dan belum pulih dari buaian sang malam.

Oia usai sunset kemarin
Oia di pagi hari

Oia di pagi hari sangatlah berbeda dengan Oia yang kami kunjungi kemarin sore. Jalan-jalan tampak sepi dengan banyak toko yang masih tutup. Tentu saja ada beberapa turis pagi seperti kami yang kegirangan karena bisa berfoto puas tanpa gangguan. Halaman gereja Panagia Platsani yang ramai dengan bejibun manusia kemarin sekarang hanya dihuni oleh kami berdua. Kami bahkan bisa menggunakan tripod kami untuk berfoto tanpa gangguan orang lewat. Sinar mentari yang kemarin begitu ganas bersinar kali ini malah terasa hangat menyelimuti kami yang dihembus oleh angin laut yang sejuk.

The famous blue domes of Oia
back alley photo
Blue is the color of Santorini
The beauty of Oia

Mumpung sepi, kami berjalan menelusuri jalan-jalan Oia yang menyesatkan untuk mencari lokasi terbaik untuk berfoto dengan gereja kembar dengan kubah birunya. Oia seperti Fira terletak di pinggiran kaldera. Kontur tanah yang berbukit membuat sebagian wilayah Oia berada dibawah pusat kota. Oleh karena itu, kami perlu menuruni tangga untuk mencapai gereja kembar tersebut. Namun terkadang tangga yang kami turuni tersebut membawa kita ke jalan buntu atau properti pribadi yang tidak bisa dilalui. Alhasil kami hanya bisa berpuas diri dengan apa yang ada di hadapan kami. Namun apapun hasilnya, Oia tetap menawan. Bangunan putih dan sesekali bangunan berwarna pastel berjejer di tepi kaldera menghadap lautan biru dengan pulau Thirasia, pulau yang terbentuk akibat letusan gunung di Santorini. Beberapa kapal ferry berlalu sambil meninggalka jejak buih putih di permukaan laut yang biru. Sungguh sangat indah dipandang bukan?

Kami pun kemudian berjalan kembali menuju Oia castle yang kami kunjungi kemarin saat sunset. Kali ini, tidak banyak pengunjung yang mangkal di benteng ini. Kita dapat menikmati pemandangan indah kaldera dan berfoto tanpa orang lain di latar. Benteng yang berdiri di atas bukit ini menawarkan pemandangan indah kaldera dan batuan gersang di bawah sana. Amoudi Bay dengan restoran dan pelabuhan kecilnya tampak jelas terlihat. Amoudi Bay merupakan tempat yang populer di kunjungi oleh turis ketika mengunjungi Oia. Kita dapat menikmati seafood di restoran sambil menikmati pemandangan laut biru atau jika anda berminat berenang, anda bisa juga menikmati segarnya air laut Mediterania disini. Sayangnya, kami tidak sempat mengunjungi Amaudi. Badan yang masih lelah karena aktivitas hiking kemarin membuat kami berpuas diri dengan mengamati keindahannya dari jauh.

Solo Gelato
Our best picture in Oia

Matahari pagi pun beralih dari timur ke tengah langit. Sinarnya yang panas membuat rasa haus mendera kami. Beneran, Oia itu panas tak berperi di musim panas. Sinar mentari yang ganas ditambah permukaan jalan Oia yang berlapis marmer membuat turis berlindung mencari penghilang dahaga. Kami,tak terkecuali, mencari perlindungan ke sebuah toko es krim bernama Solo Gelato. Jika anda mengunjungi Santorini, rasanya tidak mungkin jika anda melewatkan snack yang ada di berbagai wilayah Santorini ini. Harganya yang murah dan rasanya yang menyegarkan sangat ideal untuk mengusir rasa haus dan panas kami. Setidaknya kami bisa ngadem sebentar di ruangan toko yang ber-AC. Si Nyonya menikmati gelato sambil melihat-lihat foto yang kami ambil barusan. Rasa tak puas terlihat di wajahnya.” Kok kayaknya kurang puas ya foto disini, balik lagi yuk.” ajak si Nyonya yang sudah lupa rasanya dipanggang matahari. Kami pun kemudian berjalan kembali ke arah gereja kembar mengikuti beberapa turis yang berjalan ke arah yang sama. Kami kembali melalui jalan yang ditutup dengan pagar. “Private Property”, tulisannya. Kami ragu untuk melintas walaupun pagar tersebut dapat dibuka dengan mudah dengan tangan. Seorang fotografer lokal dan sepasang pengantin kemudian melewati kami dan dengan santainya si fotografer membuka pintu pagar dan kemudian mereka berfoto dengan latar gereja kembar. Si Nyonya yang ngebet pengen foto juga kemudian bersabar menunggu. ” Gausah sampe deket banget deh, di tangga juga gapapa.” katanya. Kami pun menunggu sang fotografer selesai dan melihat kami yang menunggu di balik pagar, sang fotografer mempersilahkan kami untuk berfoto namun jangan ramai-ramai. Ah mantap pula ini. Kami pun kemudian tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan berfoto sepuas kami. Si Nyonya pun puas dan kami memutuskan untuk meninggalkan Oia dengan tersenyum.

Setelah mampir sebentar untuk beristirahat di Perissa, kami pun kemudian melanjutkan perjalanan kami ke tujuan terakhir yaitu Kamari Beach. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengunjungi Kamari Beach. Pantai indah dengan airnya yang tenang menurut saya merupakan tempat paling asyik buat berenang di Santorini. Selain itu, Kamari merupakan salah satu daerah di Santorini dimana anda bisa makan murah dan menikmati beach lounge gratis. Kamari Beach terletak di balik bukit yang memisahkannya dengan Perissa. Lucunya, kami kembali melalui jalan yang kami lalui tadi malam. Ternyata ladang yang kami lalui semalam adalah perkebunan anggur yang luas. Jalan yang berkelok membelah perkebunan luas ini ternyata indah di malam hari. Sangat berbeda dengan apa yang kami alami tadi malam. Sesampainya di Kamari, kami kemudian memilih satu restoran yang menawarkan promo meat platter dengan segelas wine seharga 15 Euro. Karena restoran ini letaknya di pinggir pantai, saya pun bertanya jika kami bisa menggunakan beach lounge untuk bersantai dan berenang. Sang pelayan yang baik hati mempersilahkan kami berenang dan mengatakan kami bisa menggunakan kamar bilas usai berenang. Restoran bernama Enjoy ini bener-bener bikin tamunya enjoy. Saya tidak menghabiskan waktu lama berenang di Kamari. Airnya yang dingin membuat saya hanya tahan sebentar disini. Si Nyonya bahkan tidak ingin berenang. Dia hanya duduk di beach lounge menikmati hembusan angin laut yang menyegarkan. Akhirnya selesai pula petualangan kami di Santorini. Dengan meminum segelas wine ditemani Souvlaki dan kentang goreng, kami tersenyum bahagia. Satu lagi bucket list saya tercapai. Menikmati Santorini bersama kekasih hati yang selalu kupuja.

Leave a Reply