Dubrovnik, Tembok Kota, Kroasia

Jalan Jalan di Kota Tua Dubrovnik

Dubrovnik. Suatu kota yang lebih dikenal sebagai King’s Landing bagi penggemar film seri yang penuh intrik, Games of Thrones, seperti saya. Rasanya seperti mimpi ketika saya dan nyonya turun dari bis dan berdiri berhadapan dengan Pile Gate, pintu masuk utama menuju kota berbenteng ini. Kerumunan turis keluar masuk gerbang dengan causeway yang harus dibatasi untuk mengatur lalu lintas turis yang ramai. Maklum Dubrovnik merupakan tujuan utama pariwisata Kroasia yang sudah terkenal bahkan sebelum demam Games of Thrones melanda penduduk dunia. Letaknya yang menghadap Laut Adriatik membuat Dubrovnik ideal sebagai tempat kunjungan para turis jetset yang menumpang kapal pesiar untuk keliling Eropa. Membludaknya pengunjung ke Dubrovnik bahkan membuat Mayor (walikota) Dubrovnik membuat peraturan baru yang membatasi kunjungan kapal pesiar ke kota ini.

Pile Gate, Dubrovnik
Keramaian di Pile Gate

Apa istimewanya kota ini sampai mengundang begitu banyak pengunjung? Kami tidak perlu banyak alasan untuk mencintai kota yang dulunya cuma kami lihat di foto atau film ini. Tembok kota yang megah, bangunan ala abad pertengahan yang kokoh dan suasana abad pertengahan yang begitu terasa membuat kami menobatkan Dubrovnik sebagai kota terindah yang pernah kami kunjungi. Berjalan masuk ke Pile Gate, memori saya langsung otomatis memainkan mode dejavu. Perasaan gue pernah liat ini tempat. Eh ini kan yang di scene itu kan? Eh waktu itu Jamie Lannister jalan disini kan? Saya terus terpukau dengan Dubrovnik walaupun saya baru saja masuk ke kota dan berhadapan dengan air mancur Onofrio yang kala itu ramai dengan turis. Air mancur karya Onofrio della Cava, seorang arsitek Italia kenamaan, ini masih berfungsi dan mengalirkan air bersih yang dapat diminum. Saya segera mengisi botol minum saya dengan air ini dan menikmati kesegaran air dingin yang sangat berarti di hari yang panas ini. Stradun, jalan utama di Dubrovnik, membentang lurus di hadapan kami dengan kerumunan orang yang berjalan sambil menikmati es krim dan pemandangan kota tua. Banyak pengunjung terlihat berjalan di tembok kota yang dibangun melingkari kota yang dulunya dikenal dengan nama Ragusa ini. Ah kami juga akan naik tembok itu, namun kali ini kami akan mengelilingi kota ini terlebih dahulu sebelum menjejakkan kaki di tembok Dubrovnik.

pemandangan kota dari tembok kota
Pemandangan dari tembok kota

Stradun, atau lebih dikenal dengan Plaka di kalangan penduduk lokal, adalah jalan utama di Dubrovnik. Jalan yang kiri kanannya adalah bangunan gereja dan juga cafe dan restoran ini dulunya merupakan kanal yang kemudian ditimbun untuk menjadi jalan. Sekarang jalan ini menjadi daya tarik utama para pengunjung yang hilir mudik menikmati suasana kota. Dubrovnik, seperti Venesia, dulunya juga merupakan kota perdagangan yang terkenal. Letaknya yang strategis membuat Dubrovnik kaya dan penduduknya sejak dulu terbiasa merdeka tanpa intervensi dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Kekaisaran Byzantium, Hungaria, Venesia sampai Ottoman semuanya pernah berusaha menanamkan pengaruhnya di kota ini namun berkat diplomasi yang kuat dan kekayaannya, Dubrovnik selalu mendapatkan apa yang mereka mau yaitu kemerdekaan. Tidak heran kalau slogan kota ini adalah Libertas (kemerdekaan). Jika anda pernah mengunjungi Venesia dan terpukau dengan kekayaan serta keindahan arsitekturnya lalu kecewa ketika melihat Dubrovnik yang tidak se-wah Venesia, anda tidak sendirian. Saya pun merasa demikian. Berjalan di Stradun, pikiran saya melayang ke sekitar Piazza San Marco yang glamor dengan bangunan yang indah. Untuk kota perdagangan selevel dengan Venesia, Dubrovnik sepertinya kalah kelas. Hal ini ternyata diakibatkan oleh lokasi Dubrovnik yang terletak dekat dengan musuh-musuhnya seperti Kesultanan Ottoman. Dubrovnik banyak menggunakan kekayaannya untuk “membeli” kemerdekaan dari musuh-musuhnya sedangkan Venesia terletak di Italia yang aman dari musuh. Venesia tidak perlu menyogok musuh-musuhnya dan bisa memperkaya diri dengan bangunan yang indah. Walaupun demikian, pemandangan Stradun tetap luar biasa. Anda akan merasa berada dalam kota abad pertengahan yang masih aktif dengan hiruk pikuk pengunjung sama seperti masa jayanya di abad ke 15.

Di ujung Stradun terdapat Orlando’s Column, sebuah monumen yang dulunya merupakan tempat kriminal dihukum di depan umum. Monumen ini sekarang menjadi tempat turis berkumpul sambil menikmati suasana Dubrovnik yang hangat. Sebuah menara dengan jam yang terlihat seperti gurita. Menara ini aslinya berasal dari tahun 1444 namun kemudian dibangun ulang pada tahun 1920an karena mulai miring.  Berjalan menjauhi Stradun, kami melewati Church of St Blaise. St Blaise merupakan santo pelindung Dubrovnik seperti St Mark yang merupakan pelindung Venesia. Konon, seribu tahun yang silam St Blaise pernah datang ke mimpi seorang pendeta setempat dan memperingatkannya akan serangan bangsa Venesia. Sang pendeta kemudian memberitahu pihak otoritas dan mereka pun bersiap berperang. Ternyata apa yang disampaikan St Blaise tersebut menjadi kenyataan  dan Dubrovnik pun selamat dari serangan bangsa Venesia. Tak jauh dari Church of St Blaise, terdapat sebuah patung yang hidung dan pangkuannya mengkilat akibat sering disentuh oleh turis. Patung ini adalah patung Marin Drzic, seorang pujangga asal Dubrovnik yang terkenal akan karyanya “Uncle Maro”. Uniknya banyak yang mengira menyentuh hidung dan pangkuannya dapat mendatangkan keberuntungan. Pada saat kami berada disana, banyak turis yang mengantri untuk berfoto sambil memegang hidung sang pujangga. Si Nyonya menawarkan untuk memotret saya dengan sang pujangga namun saya langsung malas karena sepertinya ini terlalu mainstream hahaha.

Jesuit Stairs, Dubrovnik
Jesuit Stairs

Meninggalkan sang pujangga, kami kemudian mencari keberadaan Jesuit Stairs. Seperti Spagna Stairs di Roma, Jesuit Stairs di Dubrovnik populer karena pernah muncul di film. Bagi penggemar film Games of Thrones, tentu tangga ini tidak asing lagi. Tangga yang berada di dekat gereja St Ignatius ini merupakan lokasi Cersei Lannister menjalani “Walk of Shame’ yang terkenal itu. Turis dan penduduk lokal sekarang menyebutnya “Shame Stairs”. Berbagai referensi tentang Games of Thrones akan selalu terdengar di sekitar Dubrovnik, jadi pastikan anda menonton film seri ini jika ingin lebih menjiwai jalan-jalan anda di Dubrovnik. Tersembunyi di antara cafe dan restoran yang ramai, Jesuit Stairs menyambut kami lengkap dengan keramaian orang yang sibuk berfoto dengannya. Kami segera menaiki tangga dan membandingkan pemandangan sekarang dengan scene saat Cersei diarak telanjang di tangga ini. Tentu tidak ada restoran dan cafe di scene tersebut namun ramainya orang di tempat ini cukup mewakili riuhnya suasana di film mau pun realita.

Old Port of Dubrovnik
Old port of Dubrovnik

Usai mengunjungi Jesuit Stairs, kami pun kemudian berjalan menuju Old Port (Stara Luka), pelabuhan lama Dubrovnik yang teretak di belakang Benteng St John. Pelabuhan ini dulunya merupakan urat nadi perekonomian Dubrovnik dimana para pedagang dari timur atau barat berlabuh dan menjual komoditi mereka atau sekedar beristirahat dan membeli persediaan. Sekarang, pelabuhan ini masih merupakan urat nadi perekonomian Dubrovnik, namun bukan kapal dagang lagi yang berlabuh namun kapal wisata yang melayani turis. Berbagai kapal dari perahu motor boat sampai kapal kayu ala abad pertengahan siap membawa turis berkeliling di sekitaran Dubrovnik atau pulau Lokrum di seberang sana. Saya dan Nyonya tidak punya banyak waktu untuk menikmati boat tour sehingga kami hanya berjalan di pelabuhan tua yang indah ini. Dilindungi oleh tembok kota dan benteng Saint John, para turis berjalan menyusuri jalan yang melingkari tembok kota. Beberapa bangku taman terletak ditepi jalan menawarkan tempat bersantai sambil menikmati pemandangan laut dan perahu yang lalu lalang menurunkan penumpang. Beberapa pemancing duduk menunggu ikan menggigit umpan pancingannya sambil menikmati sore di Dubrovnik yang hangat. Kami pun berjalan menyusuri jalan benteng menuju pemecah ombak yang dijadikan tempat nongkrong para muda-mudi pecinta keindahan. Sungguh, jika anda ingin menikmati Dubrovnik diluar jalur turis, mungkin disinilah tempat yang paling tepat. (Bersambung)

Things to know:

  1. Dubrovnik termasuk kota yang mahal untuk ukuran negara Balkan. Penginapan harganya cukup mahal dan jika anda ingin tinggal di dalam kota tua, harganya akan lebih mahal lagi. Kami memilih untuk tinggal di Mabuta Rooms yang terletak di seberang terminal bis yang harganya relatif lebih murah. Jika anda ingin menghemat pengeluaran di sisi akomodasi, pilihlah di daerah terminal bis.
  2. Bis merupakan transportasi utama dari terminal bis menuju kota tua Dubrovnik. Tiketnya hanya 12 Kuna dan berlaku selama satu jam unlimited. Jarak antara terminal bis menuju Pile Gate, gerbang menuju kota tua Dubrovnik, hanya sekitar 10 menit. Anda bisa membeli tiket bis di kios rokok atau koran yang tersedia di depan bis. Jangan lupa memvalidasi tiket anda untuk menghindari denda. Oh iya anda juga bisa membeli tiket di bis, namun harganya lebih mahal yaitu 15 kuna.

One comment

Leave a Reply