Pagi menyambut di Budapest. Saya masih berbaring di ranjang merah yang empuk sambil ngecek postingan-postingan di timeline Facebook saya seperti biasa. Mau ngapain ya pagi ini? Saya pun kemudian beralih mencari tempat-tempat yang bisa saya kunjungi sendirian sementara si Nyonya masih asik tidur. Saya selalu bangun pagi dan si nyonya lebih suka bangun lebih siang. Untuk mengisi waktu, saya pun kemudian bangun dan berangkat menuju Heroes’ Square atau Hosok Tere dalam bahasa Hungaria.
Saya berjalan keluar dari apartemen Martina dan berjalan menuju Stasiun Metro Blaha Lujza Ter untuk membeli tiket transportasi. Stasiun besar ini ternyata memiliki penghuni yaitu kaum gelandangan yang memanfaatkan tempat ini sebagai tempat bermalam. Hal yang cukup memprihatinkan mengingat situasi di stasiun bawah tanah ini sangat kontras dengan keindahan bangunan di atas sana. Ketika membeli tiket seorang tunawisma meminta uang kepada saya dan langsung saya tolak dengan halus. Sang tunawisma langsung mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Hungaria dan langsung pergi meninggalkan saya. Hal yang cukup mengejutkan namun tidak seseram pengalaman kami di Paris. Saya pun bergegas berjalan menuruti petunjuk Google Map dan menumpang bus listrik dan berganti dengan tram 1 menuju Heroes Square.
Heroes Square adalah nama alun-alun paling terkenal di Budapest. Alun-alun ini dibangun untuk memperingati perayaan 1000 tahun datangnya bangsa Magyar (nenek moyang bangsa Hungaria) dari Asia Tengah ke Hungaria. Di alun-alun ini berdiri patung-patung para pendiri dan tokoh sejarah yang berjasa bagi bangsa Hungaria seperti 7 kepala suku Magyar, Raja Stephen I, Raja Ladislau, Raja Coloman dan patung raja-raja lainnya. Sayangnya ketika saya sampai, alun-alun ini sedang ditutup karena adanya persiapan konser musik. Saya hanya bisa mengambil foto dari jauh dan tidak bisa memasuki area alun-alun.
Karena gagal mengunjungi Heroes’ Square, saya pun bergegas kembali ke apartemen Martina. Dalam perjalanan saya mengamati para penduduk lokal yang naik turun bis dan memvalidasi tiket mereka. Ada yang naik begitu saja tanpa memvalidasi tiket dan saya pun mulai merasa ragu akan pemakaian tiket transport saya. Dalam pemikiran saya, tiket transport di Hungaria berlaku seperti di Praha dimana tiket berlaku untuk mode transport apa saja 30 menit sesudah validasi. Saya ternyata terjebak dalam pemikiran saya sendiri. Ternyata tiket transport satuan di Budapest berlaku untuk satu kali naik kendaraan! Saya baru menyadari hal ini sesudah berdiskusi panjang dengan si Nyonya yang mengingatkan saya untuk membaca baik-baik tentang tiket transport di Budapest. Setelah menyadari hal ini, saya pun menarik napas lega karena tidak kena denda selama dua hari naik bis tanpa menggunakan tiket satuan yang divalidasi. Kami selalu naik bis setelah naik metro yang masih dalam rentang waktu 30 menit. Gile, untung aja gada petugas pemeriksa di bis.
Setelah kembali ke Apartemen, kami pun melanjutkan jalan-jalan kami di Budapest. Tujuan kami kali ini adalah Great Market Hall Budapest. Pasar ini merupakan pasar indoor terbesar dan tertua di Budapest. Bayangkan, pasar ini sudah berdiri sejak abad 19 dan terus melayani pelanggan sampai sekarang. Pasar ini memiliki 3 lantai dan menjual banyak barang dari buah-buahan, sayuran, daging, bumbu sampai makanan siap saji ala Hungaria seperti Langos, Goulash dan lain-lain. Oleh-oleh pun tersedia disini seperti Wine Tokaji yang nikmat sampai paprika yang hampir selalu menghiasi makanan di Hungaria. Bagian favorit kami adalah di lantai tiga yang merupakan kantin tempat penduduk lokal dan turis makan. Banyak pilihan makanan disini dan dijamin anda akan merasa lapar hanya dengan melihat-lihat saja. Saya dan nyonya kemudian membeli semacam sosis yang dipotong kecil-kecil lalu diletakkan diatas cone yang terbuat dari roti. Rasanya mantap apalagi ditemani dengan segelas bir.
my lunch Food Stall
Setelah menikmati santap siang, kami melanjutkan jalan-jalan kami di Great Market Hall. Ada banyak oleh-oleh khas Hungaria yang bisa dibeli disini. Dari bumbu paprika, sabun, sampai madu yang masih dengan sarangnya. Sebagian besar pengunjung pasar ini adalah turis, walau banyak juga penduduk lokal yang berbelanja. Ketika mengunjungi lantai dasar kami menemukan suatu kebiasaan penduduk Budapest yang unik. Para pembeli mengantri dengan rapih menunggu dilayani oleh pemilik toko. Kalau di Jakarta banyak yang mengerubungi penjual, disini semua tertib dan rapih. Kami pun kemudian ikut mengantri untuk membeli buah cherry yang hanya 200 HUF sekilo.
Setelah puas cuci mata dan menikmati makan siang di Great Market Hall, kami memutuskan untuk menikmati hari ini dengan bersantai ria di Szechenyi Bath. Szechenyi Bath adalah satu dari beberapa pemandian air panas yang ada di Budapest. Konon, kota ini sudah terkenal akan pemandian air panasnya sejak jaman Romawi kuno. Bangsa Romawi yang gemar pemandian mendirikan pemandian ala Romawi disini dan kemudian ketika Bangsa Ottoman datang, mereka membangun banyak Hammam yang menyempurnakan seni spa di Budapest. Ada banyak pilihan pemandian air panas di Budapest, dari Szechenyi Bath, Rudas Bath, Gellert Bath, Lukacs Bath dan beberapa pemandian lainnya. Masing-masing pemandian memiliki keunikan tersendiri namun kami memilih Szechenyi Bath yang merupakan pemandian terbesar di Budapest.
Mengunjungi Szechenyi Bath bukan sekedar mengunjungi pemandian air panas biasa. Lupakan semua bayangan anda tentang pemandian umum dari kelas MCK sampe pemandian ala Turki. Szechenyi Bath benar-benar akan mengubah persepsi anda tentang pemandian air panas. Pemandian ini memiliki 21 kolam yang terbagi menjadi kolam indoor dan kolam outdoor. Pemandian yang dibangun di awal abad 20 ini memiliki bangunan yang mirip dengan istana Neo-Baroque. Dari jauh saja, kami sudah takjub dengan keindahan bangunannya yang berwarna kuning cerah dihiasi patung-patung yang indah.
Setelah membayar tiket sebesar 5200 HUF per orang, kami pun kemudian diberikan gelang plastik yang berfungsi sebagai tiket masuk, kunci loker dan alat transaksi di dalam pemandian. Setelah melalui pintu masuk kami langsung berhadapan dengan pintu-pintu kayu yang berjejer dan ternyata, pintu-pintu ini adalah pintu masuk ke ruangan kecil yang berfungsi sebagai ruang ganti. Ruangan ini hanya muat satu orang dan setelah berganti pakaian renang, saya membuka satu pintu lagi yang terhubung dengan kamar loker. Unik ya?
Pengering baju Kamar ganti
Setelah menitipkan pakaian di dalam loker, kami kemudian langsung berjalan menuju pemandian. Bau belerang yang kuat mulai tercium sementara kami memasuki area pemandian indoor. Banyak orang dari berbagai bangsa hilir mudik dari satu kolam ke kolam yang lain. Kolam-kolam indoor di Szechenyi Bath memiliki temperatur yang berbeda dari yang hangat sampai panas, sejuk sampai dingin layaknya air es. Kami sangat menikmati berendam di dalam kolam air panas dan saya sempat ketiduran saking nyamannya. Di dalam kolam indoor tersedia juga sauna yang unik, dari sauna dengan aroma terapi mint, sauna Volcano yang sepertinya panas banget, sampai sauna tradisional dengan arang. Berada dalam pemandian ini seperti berada dalam taman bermain untuk orang dewasa. Kami dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang unik, seperti shower yang bisa berubah warna sesuai dengan temperatur suhu, kolam air es dan juga ember raksasa yang berisi air es yang siap mengguyur anda dengan tarikan tali.
Setelah puas menikmati fasilitas di bagian indoor, kami pun beranjak ke bagian outdoor yang kala itu ramai dengan pengunjung. Sebagian besar pengunjung sibuk menatap ke layar besar yang sedang menayangkan pertandingan Piala Dunia Kolombia Vs Jepang. Kami pun bergabung sambil berendam di kolam air hangat yang membuat badan serasa melayang-layang. Tak jauh dari kolam terdapat kios yang menjual bir dan makanan ringan. Pengunjung bisa menikmati bir lalu berenang atau berendam di kolam. Hal seperti ini jarang bisa dilihat di negara lain apalagi di Indonesia. Di bagian indoor terdapat beberapa kolam besar berisi air hangat dan juga air dengan temperatur ruangan. Di kolam yang paling besar kita dapat berenang dan ada juga kolam kecil yang memiliki arus sehingga kita bisa menikmati sensasi terbawa arus sambil muter-muterin kolam. Jika anda tipe orang yang suka dengan pijat dan spa, Szechenyi Bath juga memiliki spa yang melayani pijat dan uniknya, terdapat juga beer spa. Anda bisa menikmati sensasi berendam di dalam bath tub berisi bir sambil menikmati unlimited beer.
Setelah menghabiskan waktu nyaris 5 jam di Szechenyi Bath, kami kemudian keluar dari pemandian tersebut dengan badan yang segar. Saking segarnya, kami pun malas untuk pergi kemana-mana lagi dan kembali ke apartemen untuk bersantai. Segala rasa penat dan pegal kami sepanjang perjalanan hilang dan kami kemudian hanya berleyeh-leyeh di apartemen sambil menikmati Wine Tokaji yang kami beli di supermarket. Ah this is the life.
Additional Info:
- Great Market Hall buka setiap hari kecuali Minggu dari jam 6 pagi sampai 6 malam. Pada hari Sabtu hanya buka sampai jam 3 sore.
- Jika anda ingin mengunjungi Szechenyi Bath, bawalah handuk untuk menghemat biaya sewa. Bawa juga baju ganti dan plastik untuk menampung baju renang yang basah.
- Schezenyi Bath buka setiap hari dan juga buka di malam hari. Pada saat-saat tertentu ada juga event Sparty, dimana pengunjung dapat berpesta menikmati musik sambil berendam di malam hari. Hedon abis deh. Jika anda ingin mengetahui info lebih lanjut mengenai Szechenyi Bath silahkan klik di sini.