Stasiun Kereta Halstatt, Austria

From Hallstatt to Bratislava, Sebuah Memoar Perjalanan

Kapal Ferry Stephanie membawa kami perlahan meninggalkan Hallstatt. Saya berdiri di buritan kapal menatap gereja Hallstatt yang terlihat semakin lama semakin kecil. Pegunungan di belakang Hallstatt terlihat tinggi menjulang dan semakin menunjukkan keindahannya. Hallstatt memang indah namun kami bingung mau ngapain lagi disana. Foto-foto sudah, makan pun sudah, nongkrong sudah, karena sudah mati gaya, kami pun kemudian pergi ke stasiun kereta walau waktu keberangkatan masih 3 jam lagi. Alhasil ketika kami sampai di stasiun kereta yang cuma 1 menit jalan dari dermaga, kami pun bingung.

Stasiun Hallstatt ternyata hanya terdiri dari satu peron dan satu bangunan kecil dengan tanpa seorang petugas pun disana. Kami yang membawa koper dan tas kemudian mencari tempat duduk yang hanya ada dua bangku taman dan satu bangku di dalam bangunan. Tidak ada toilet dan fasilitas lain selain satu buah mesin penjual tiket. Kami menghabiskan waktu dengan main handphone, berjalan menyusuri peron dan sampai iseng motret-motret danau dari pelabuhan. Si Nyonya sempat mencuri waktu untuk tidur di kursi sementara saya sibuk mencari aktivitas. Kereta datang silih berganti sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 16:30. Kereta OBB tujuan Vienna pun datang menjemput penumpang-penumpangnya yang sudah setia menunggu selama 3 jam.

Tujuan kami selanjutnya adalah Bratislava, Slovakia. Untuk mencapai ibukota Slovakia ini dari Hallstatt, kami memutuskan untuk naik kereta OBB. Kereta OBB akan membawa kami ke Vienna dan kemudian dari Vienna kami akan naik kereta OBB menuju Bratislava. Loh kenapa ga mampir di Vienna? Kami memutuskan untuk melewatkan Vienna yang kelewat mahal untuk budget kami dan memilih bermalam di Bratislava. Menginap di Vienna untuk kategori hostel atau Airbnb pun harganya bisa 3 kali lipat dari harga di Bratislava, sehingga pilihan menginap di Bratislava menjadi opsi yang bijak. Bratislava pun cuma menjadi batu loncatan kami menuju Budapest,Hungaria.  Menginap semalam dan besoknya kami berangkat ke Budapest.

Kereta OBB buatan Austria ini memang kereta nomor wahid Eropa. Suasana dalam bis sangat nyaman dan tidak terasa getaran berarti. Walaupun kami duduk di kelas ekonomi, kursinya nyaman dan dilengkapi dengan electric socket sehingga kami dapat mengisi daya handphone kami. Sepanjang perjalanan kami disajikan dengan pemandangan yang indah dan berat sesungguhnya meninggalkan kawasan Hallstatt yang indah ini begitu cepat. Menurut saya Hallstatt lebih asyik dinikmati dengan irama yang lebih lambat, seperti dengan menginap dan menikmatinya disaat sepi dari turis. Desa-desa di sekitar Hallstatt pun tak kalah indah, mungkin dengan kendaraan pribadi suatu saat nanti.

Kereta OBB ini melaju dengan cepat dan tak terasa 3 jam pun berlalu dan kami sampai di Vienna. Stasiun Vienna atau Wien Hbf memiliki fasilitas lengkap dari restoran, supermarket, sampai tempat penitipan koper bagi yang ingin menitipkan kopernya dan berjalan-jalan sebentar di Vienna. Stasiun ini juga terintegrasi dengan Metro sehingga memudahkan untuk berkeliling Vienna. Saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sebentar di stasiun besar ini dan bahkan melihat keluar stasiun. Ah walaupun cuma setengah jam, yang penting sempet mampir deh ke Vienna.

IMG20180617212541

Setelah setengah jam menunggu kereta, kami pun kemudian menaiki kereta tujuan Bratislava, Slovakia yang lebih sederhana dibanding dengan kereta OBB yang kami naiki dari Hallstatt. Kereta ini tidak dilengkapi dengan AC namun tetap masih nyaman dan layak dinaiki. Lagipula, jarak tempuh Vienna menuju Bratislava hanya 1 jam saja. Kami pun menghabiskan waktu dengan beristirahat sambil menunggu kereta berhenti di stasiun kereta utama Bratislava yaitu Bratislava hl.st. Sesampainya di stasiun ini kami langsung disambut tulisan Welcome to Bratislava. Sampai juga di negara ke 4 dalam perjalanan kami di Eropa kali ini. Stasiun Kereta ini terlihat suram dan kuno dibandingkan dengan stasiun Vienna yang modern dan besar. Kami kemudian mencari makan seadanya di stasiun dan membeli dua buah kebab besar untuk mengganjal perut yang belum diisi makanan berat sejak siang tadi. Jam menunjukkan pukul 9 lewat dan kami kemudian lanjut mencari apartemen Sandra. Ketika melangkah keluar kami mendapati suasana agak sepi dengan beberapa orang menunggu trem datang. Berhubung kami sampai malam hari dan kami tidak familiar dengan sistem transport di tempat kami, Sandra, host kami di Bratislava, menyarankan kami naik taksi online dengan aplikasi Taxify. Sandra juga memberikan kode promo gratis seharga 5euro yang cukup untuk mengantar kami ke apartemennya. Wah kami pun tidak menyia-nyiakan promo ini dan langsung memesan Taxify. Sekitar 10 menit kemudian, sebuah sedan hitam pun datang. Seorang driver tinggi jangkung keluar dari mobil dan menyapa kami dengan ramah. Tas dibawa ke dalam bagasi dan kami berdua duduk santai di dalam taksi.

Apartemen Sandra

Taksi online ini kemudian melaju di jalan-jalan Bratislava yang sepi. Sepanjang perjalanan kami melihat pertokoan dan bangunan ala Eropa yang suram. Si Nyonya terlihat lelah dan khawatir sementara saya berusaha menenangkan beliau dengan joke-joke receh yang tentu saja garing. Setelah 20 menit berlalu kami pun sampai di kawasan perumahan di Jl Andrja Mraja dan sampai di apartemen Sandra. Sandra menyambut kami dengan hangat dan kamar yang disediakan untuk kami pun luas dan lebih dari ekspektasi kami. Oh sungguh ideal untuk istirahat semalam setelah berjalan seharian dari Cesky KrumlovHallstatt-Vienna dan akhirnya Bratislava.

2 Comments

Leave a Reply