Night At The City, Cesky Krumlov, Ceko

Sepenggal Kota Dongeng Bernama Cesky Krumlov

Jika ada suatu kota yang diambil dari selembar dongeng karya Hans Christian Andersen, maka Cesky Krumlov-lah kota tersebut. Terletak di lembah dengan pegunungan tinggi disekelilingnya dan sungai Vlatava yang membelitnya seperti ular raksasa, Cesky Krumlov berdiri dengan anggunnya. Kota dengan cat warna pastel dan atap warna merah bata ini telah menjadi salah satu tujuan utama wisata di Republik Ceko. Keindahannya membuat para turis mancanegara terutama turis Asia berbondong-bondong memenuhi jalan berbatu dan toko-tokonya di siang hari. Meski ramai di siang hari, Cesky Krumlov sangat sepi di pagi dan malam hari, menjadikannya tujuan ideal bagi turis yang suka dengan keheningan kota seperti saya.

Setelah menempuh perjalanan selama 2.5 jam dari Praha, kami pun sampai di terminal bis Cesky Krumlov yang tampak seperti tempat parkir tanpa bangunan kecuali beberapa kios. Supir bis Flixbus langsung tancap gas setelah menurunkan penumpang dan bagasinya. Luar biasa supir ini. Beliau sendirian mengurus penumpang tanpa bantuan kenek dan semua berjalan dengan lancar. Seiring dengan kepergian sang supir dan bis Flixbus, kami pun berjalan dengan backpack dan koper kami menuju Hostel Merlin, tempat kami menginap di Cesky Krumlov.  Jalan berbatu ala abad pertengahan membuat kesulitan si Nyonya yang menggeret koper. Jalan berbatu memang indah dipandang namun tidak nyaman untuk koper yang unggul di jalan yang rata. Untung Hostel Merlin terletak tidak jauh dari terminal bis dan pemandangan indah Cesky Krumlov meringankan beban perjalanan kami.

Hostel Merlin terletak di kawasan Old Town dengan sungai Vlatava mengalir di depannya. Hostel yang lebih mirip villa mewah ini merupakan tempat kami tinggal selama dua malam di Cesky Krumlov. Lokasinya yang ideal membuat kami hanya perlu berjalan kaki ke tempat-tempat wisata di Cesky Krumlov. Kamarnya pun unik ala pedesaan Ceko dengan konsep tidur di attic (ruang bawah atap rumah). Setelah menaruh tas kami pun kemudian berjalan keluar untuk mencari makan.

Setelah berkonsultasi dengan google, kami menemukan restoran bernama Krcma v Satlavske. Restoran yang dulunya merupakan penjara ini sekarang telah menjadi restoran paling populer di Cesky Krumlov. Barisan orang yang mengantri untuk makan malam tampak terlihat dari ujung gang dekat alun-alun utama kota. Awalnya kami tidak mengetahui apa makanan yang disajikan di dalam restoran ini. Namun setelah mengintip sedikit ke dalam restoran, kami melihat sebuah perapian dengan daging dan sosis yang sedang dipanggang. Pemandangan lezat ini pun membuat kami rela ngantri di luar restoran yang kala itu cukup dingin.

Setelah mengantri bareng beberapa turis lain yang sudah tidak sabar menunggu dan memesan bir, kami pun akhirnya mendapatkan meja di dalam restoran yang mirip dengan ruangan bawah tanah lengkap dengan langit-langit rendah dan lilin beneran sebagai penerang ruangan. Menu yang ditawarkan sebagian besar merupakan menu barbeque seperti iga panggang, ayam panggang, steak dan sosis. Saya pun kemudian memesan sebuah sosis besar dan si Nyonya memesan iga panggang. Sebagai minuman, kami memesan bir khas daerah ini yang bernama Budweisser. Loh Budweisser bukannya bir asal Amerika Serikat? Ternyata bir ini juga ada di Ceko dan konon nama Budweisser berasal dari nama kota Cesky Budovije yang terletak sekitar setengah jam dari Cesky Krumlov. Rasanya sangat lezat dan ringan, tanpa terasa setengah gelas pun habis diminum padahal makanan belum tiba. Ngobrol sambil menikmati pemandangan koki berbadan gempal melempar daging ke perapian sambil sekali-kali membalik daging semakin membuat kami lapar. Untunglah makanan pesanan kami segera tiba. Kami tidak menunggu lama untuk menikmati hidangan lezat ini.  Sosis yang lezat dengan iga panggang yang juicy membuat pengalaman kami makan di restoran ini sungguh berkesan. Badan kami yang kedinginan pun seketika menjadi hangat dan semangat kami untuk menjelajah kembali pulih.

Setelah keluar dari restoran, kami berjalan-jalan di alun-alun kota yang bernama Namesti Svornosti. Alun-alun yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan dengan warna pastel ini merupakan tempat yang asyik untuk nongkrong. Pengamen bernyanyi menghibur kerumunan turis yang duduk santai di kursi taman atau sambil berdiri. Situasi santai yang membuat kita lupa akan masa lalu yang pernah disaksikan oleh alun-alun ini. Pada abad pertengahan, alun-alun ini merupakan tempat pembakaran tersangka penyihir yang dicurigai menyebabkan wabah. Ketika wabah berhenti, penduduk membangun sebuah monumen untuk memperingati kemenangan mereka terhadap wabah. Hitler pun pernah mengunjungi alun-alun ini untuk memperingati keberhasilan NAZI Jerman menguasai Sudetenland. Alun-alun ini telah menjadi saksi dari berbagai peristiwa bersejarah. Tidak terbayang begitu banyak sejarah terjadi dari kota kecil yang indah ini. Setelah nongkrong sejenak, kami pun kembali ke hostel untuk beristirahat dan bersembunyi dari dinginnya udara musim semi yang masih hinggap di Eropa.

Leave a Reply