Terminal Bis Florenc pagi itu terlihat sepi. Penumpang dari beberapa bis nampak turun membawa bagasi mereka dan pergi keluar dari terminal tanpa melihat ke belakang. Kami yang baru sampai juga demikian. Langsung mencari sarana transportasi menuju Apartemen Anicka yang berada di districk Prague 6. Terminal bis Florenc terhubung dengan Metro Line Kuning dan Merah. Kami berjalan dengan mata kami yang masih ngantuk menuju stasiun Metro Florenc yang cuma 2 menit jalan kaki dari Terminal Bis.
Mengunjungi tempat baru berarti menyesuaikan dengan mode transport yang baru. Berbekal petunjuk dari klip2 Youtube Honest Guide, saya pede berjalan ke mesin tiket untuk membeli tiket Metro. Menurut Janek Rubek, sang host Honest Guide, mesin tiket di Metro bisa menerima kartu kredit, namun mesin tiket yang saya gunakan di Florenc ternyata model lama yang hanya menerima uang koin. Karena saya belum punya uang koin, kami harus membelanjakan uang kertas kami untuk mendapatkan koin. Beruntung tak jauh dari mesin tiket, ada toko roti yang sudah buka. Bermodal uang receh hasil beli roti, kami pun mendapatkan tiket metro. Tak perlu lama, kami sudah berada di metro dan tram menuju Prague 6.
Anicka menunggu kami di halte tram U Kastanu, sekitar 2 menit jalan dari apartemennya. Cuaca mendung disertai hujan nampaknya mengikuti kami dari Paris. Cuaca gloomy membuat kami murung melihat langit mendung dan kaca tram yang basah oleh air hujan. Ah hujan lagi. Sekitar setengah jam berada dalam tram, kami sampai di halte U Kastanu dan seorang perempuan paruh baya dengan senyum yang manis menyambut kami. “You arrived really early. Lucky I turned on my alarm last night.” kata Anicka sambil membawa kami ke apartemennya. Apartemen Anicka terletak di sebuah gedung besar dengan taman di depannya. Sesampainya di apartemen, Anicka mengantar kami ke kamar dan menjelaskan tentang hal-hal menarik di Praha dan sekitarnya. Karena kelelahan, kami hanya separuh menyimak dan kemudian langsung berbaring di tempat tidur yang empuk.
Pemandangan dari Tram Tram stop U Kastanu
Kami terkapar cukup lama, sampai perut keroncongan membangunkan kami. Sungguh enak rasanya bisa tidur terlentang setelah 13 jam berada di dalam bus. Saya melihat keluar jendela apartemen dan hujan gerimis masih melanda Praha. Namun apa boleh buat, perut lapar dan kami harus keluar untuk mencari makan. Dengan payung dan jaket, kami pun keluar menuju kawasan Prague 1. Tujuan pertama kami adalah restoran Havelska Koruna yang terkenal dengan konsep kantin ala Ceko dan harganya yang tidak terlalu mahal walaupun terletak di kawasan turis. Udara dingin dan hujan membuat kami yang sudah kelaparan merasa totally miserable namun suhu hangat di dalam tram dan pemandangan kota Praha yang indah menyalakan api semangat di hati kami yang membeku..ceileh. Gimana enggak, bangunan-bangunan tua dengan jalan berbatu dan sungai Vltava dengan jembatan-jembatan di atasnya membuat kami terpukau dengan keindahannya.
Interior Havelska Koruna courtesy of https://www.havelska-koruna.com/ Pintu Masuk Havelska Koruna. Courtesy of https://www.havelska-koruna.com/
Tram no 22 mengantar kami sampai halte Narodni Trida dan kami berjalan kaki dibawah lindungan payung yang dipinjamkan Anicka menuju Havelska Koruna. Angin kencang membuat kehangatan yang sempat kami rasakan di tram, sirna. Akhirnya kami berjalan di jalan berbatu yang basah sambil menahan dingin. Sesampainya di Havelska Koruna, kami mendapati restoran ala Ceko ini ramai dikunjungi penduduk lokal dan turis. Kami masuk dan langsung diberi semacam nota untuk menulis pesanan. Cara memesan makanan di restoran ini pun unik. Ada tiga counter makanan di restoran ini : counter utama yang menjual sup, menu utama dan minuman, counter dessert dan counter salad. Setelah mengamat-ngamati counter-counter tersebut, kami pun kemudian bergabung dengan antrian di counter utama. Kami memesan sepiring goulash dengan dumplings dan sepiring goulash dengan nasi. Sebagai minumannya, kami memesan minuman kebangsaan bangsa Ceko yaitu Bir Pilsener. Pelayan kemudian menuliskan pesanan kami di nota yang telah diberikan ketika masuk. Setelah mencari tempat duduk di restoran yang ramai ini, kami pun kemudian duduk menikmati makan siang kami.
Sambil mencelupkan dumpling ke kuah goulash yang kental, saya mengamati seorang pria yang makan sebuah kue mirip bakpau berisi selai. Hmm..apa itu? Saya yang doyan makanan manis kemudian langsung bangun dan membuat si Nyonya heran. Saya langsung berjalan menuju counter dessert. Bakpau tersebut adalah Knedliky atau lebih dikenal dengan fruit dumpling dalam bahasa Inggris. Saya pun langsung memesan sebuah Knedliky isi strawberry dan si pelayan langsung menuangkan saus yoghurt ke atasnya. Woahh…
Setelah menghabiskan makan siang kami yang super banyak untuk ukuran orang Indonesia, kami pun kemudian bergegas berjalan ke kasir yang terletak di pintu keluar. Kasir membaca tulisan di nota dan kemudian menyebutkan harga yang harus kami bayar. Ah puas rasanya makan enak di saat perut lapar. Kami kemudian keluar dari restoran dengan perut kenyang dan hati senang.