Trocadero,paris, France

Jalan-Jalan di Paris : Dari Trocadero sampai Notre Dame

Ngulet di Apartemen Benjamin

Jam di hand phone menunjukkan pukul 6 pagi. Saya terbangun sementara si Nyonya masih terlelap dalam tidurnya. Kecapean kayaknya dia. Padahal dalam setiap penerbangan, dia selalu dalam posisi tidur sementara saya selalu dalam posisi terjaga. Saya iri dengan kemampuannya untuk tidur dimana saja, sementara saya hanya bisa tertidur dalam posisi terlentang. Hal ini diperburuk dengan kebiasaan saya bangun pagi kapanpun. Seperti pagi ini, saat liburan di Paris namun saya terbangun pukul 6 pagi.

Langit gelap menurunkan hujan membuat saya merasa pesimis akan rencana hari ini. Kami hanya punya waktu 10 jam di Paris sebelum melanjutkan dengan bis menuju Praha, Ceko. Paris tidak pernah menjadi tujuan utama kami dalam perjalanan ini. Saya hanya kebetulan memilih Paris sebagai landasan pertama di Eropa karena promo Emirates yang waktu itu lebih murah jika melalui Paris. Ah yang penting uda pernah liat Menara Eiffel saja sudah cukuplah. Saya pun kemudian membangunkan si Nyonya yang enggan bangun karena suhu dingin yang bikin enak ngulet di balik bedcover.

Ready for Paris

Sementara kami menyiapkan sarapan (Indomie goreng lagi), Benjamin, empunya apartemen, pun turun dari kamarnya dan menyambut kami. Dengan bahasa Inggris berlogat Prancis, Benjamin meminta maap karena tidak menyambut kami tadi malam. Benjamin ternyata ketiduran! Kami kemudian terlibat obrolan ringan tentang Paris dan Benjamin menjelaskan kalau cuaca cerah, kami bisa melihat Menara Eiffel dari jendela kamar. Namun sayang, cuaca Paris belakangan ini memang sedang hujan sehingga menara pujaan segala umat selfie itu terhalang oleh awan. Huff..sepertinya kami salah menentukan jadwal musim atau memang sedang anomali cuaca. Kami mengira kami sampai di Eropa musim panas dan ternyata sekarang masih musim semi dengan suhu rendah dan hujan yang menyandera.

Bis Menuju Trocadero

Berburu Foto di Trocadero

Benjamin meminjamkan kami sebuah payung besar dan menyarankan kami untuk memakai jaket tebal. Nah ini masalahnya. Kami berdua mengira ini sudah musim panas sehingga kami hanya memakai jaket apa adanya. Setelah mengakali dengan memakai baju tiga lapis, kami pun kemudian berjalan keluar apartemen. Tujuan pertama kali kami tentu saja adalah berfoto dengan Menara Eifel dan tempat terbaik untuk itu adalah Trocadero. Awalnya kami ingin menumpang Metro menuju stasiun Trocadero namun karena sebuah bis melewati halte dekat kami bertulisan ” Gare de Est- Trocadero”, kami pun kemudian masuk ke dalam bis tujuan Trocadero tersebut. Oh iya lupa nambahin, apartemen Benjamin hanya 5 menit berjalan kaki dari Gare De Est yang merupakan stasiun kereta dan bis yang menghubungkan pusat kota dengan berbagai wilayah di seluruh Paris. Speaking of prime location, eh?

Bis di kota Paris ini tergolong unik. Di dalam bis ini terdapat heater sehingga cuaca dingin di luar tidak berdaya menyiksa penumpang di dalam bis. Kami duduk dengan nyaman sambil menikmati pemandangan Paris yang tengah diguyur hujan gerimis. Di dalam bis kami mengamati penumpang yang kebanyakan ibu-ibu berpakaian modis walaupun cuaca sedang hujan. Blazer, scarf, dan asesoris pakaian lain yang membuat kami merasa rakyat jelata berada dalam kereta penuh bangsawan. Orang Paris beneran modis euy. Setelah menumpang bis selama 20 menitan, kami pun sampai di Trocadero.

Trocaderoinlove,Paris,France (1)
Trocadero

Trocadero sebenarnya adalah tempat istana Palais de Chaillot berada. Namun yang membuatnya terkenal adalah pelatarannya yang berhadapan langsung dengan Menara Eiffel. Lokasinya yang strategis untuk berfoto dengan maskot Prancis ini membuat turis-turis yang mengunjungi Paris memenuhi pelataran Trocadero untuk berfoto, termasuk sang Fuhrer, Adolf Hitler. Yak, diktator asal Jerman tersebut pernah berfoto di Trocadero ketika menduduki kota Paris dengan Blitzkriegnya. Luar biasa ya haha. Setelah turun dari bis, kami pun berjalan menuju pelataran Palais de Chaillot. Ketika sampai, kami langsung terpukau oleh pemandangan Menara Eifell nun jauh disana. Si Nyonya sampai berteriak “Woaaaa”. Maklum, dari saat kami touch down di CDG sampai pagi ini kami belum melihat Menara Eiffel. Kami pun sibuk berfoto walau gerimis masih mengundang. Untungnya pula, saat itu pelataran Trocadero yang biasanya ramai oleh turis nampak sepi dan kami bebas berfoto dengan segala macam gaya.

A Walk along The Seine

Usai puas bernarsis ria, kami pun berjalan menyusuri Sungai Seine sesuai saran Benjamin. Dari tepi sungai Seine, kami menikmati jalan-jalan santai kami. Pemandangan sungai di sebelah kanan dan gedung-gedung dengan arsitektur klasik berada di sebelah kiri kami membuat mata kami puas menjelajah. Beberapa jembatan yang membentang di atas sungai Seine juga menambah keindahan kota ini. Paris is a pedestrian haven. Jalan kaki di kota ini sangat menyenangkan. Trotoar yang rapih, pemandangan indah dan pohon-pohon rindang membuat pejalan kaki bisa berjalan dengan nyaman. Tidak hanya pejalan kaki, jalur sepeda pun disediakan untuk penggemar sepeda gowes yang juga banyak terdapat di Paris. Sayang hari ini hujan, kalau tidak, semuanya pasti lebih asyik.

Foto wajib

Setelah berjalan panjang sekitar satu jam, kami pun sampai di Musee Le Louvre. Musee Le Louvre adalah museum paling terkenal di Prancis, atau dunia. Museum yang menyimpan lukisan Monalisa, karya Leonardo da Vinci ini juga merupakan salah satu museum terbesar di dunia. Seharian pun tidak cukup jika anda ingin menikmati semua karya seni yang dipamerkan disini. Karena kami hanya punya waktu sedikit, kami pun hanya mengunjungi halaman depannya saja untuk berfoto dengan piramida Louvre yang terkenal itu. Hujan gerimis mengusir banyak turis sehingga kami bisa berfoto dengan nyaman. Hanya ada kami berdua beserta dua orang turis asal Amerika saat itu yang sibuk berfoto dengan naik ke undakan batu dekat piramida. Angin kencang serta dingin berhembus dan membuat kami tidak betah lama-lama di Le Louvre. Kami pun kemudian berjalan menuju tujuan kami selanjutnya yaitu Gereja Notredame.

Notredame-pose-Paris-France
Notredame
Notredame-Paris-France
Interior gereja yag begitu agung

Notredame Nan Agung

Gereja Notredame terletak di pulau ditengan Sungai Seine. Pulau ini dihubungkan oleh beberapa jembatan seperti Pont Neuf, Pont Saint Michele, dan Pont Notre-Dame. Menyusuri jembatan Pont Notre-Dame, kami pun sampai di gereja Gothic terbesar di dunia ini. Gereja Notredame merupakan karya aristektur Gothic paling terkenal di dunia. Bangunannya yang terkesan runcing nan langsing dengan warna putih gading berdiri menyambut para jemaat dan turis. Gereja ini juga menyimpan beberapa relik yang sangat berharga dalam dunia kekristenan seperti paku dan mahkota duri yang pernah dikenakan oleh Yesus Kristus. Jika anda pernah membaca atau menonton film Hunchback of Notredame karya Victor Hugo, gereja inilah tempat Quasimodo, si bungkuk dari Notredame tinggal.

Memasuki gereja Notredame tidak perlu bayar, namun pastikan anda datang pagi karena antrian menuju pintu masuk gereja ini mengular menjelang siang. Kami beruntung tidak perlu antri karena cuaca gerimis dan belum banyak orang yang mengunjungi gereja pagi itu. Layaknya gereja Gothic pada umumnya, ruang utama gereja yg luas dengan langit-langit yang tinggi menyambut kami. Patung para santo dan santa berdiri di sisi ruangan dan kaca mosaik berwarna-warni bertema peristiwa di Alkitab menghiasi gereja. Suasana agung membuat kami terpukau dan takjub melihat interior gereja yang indah ini. Luar biasa. Gereja yang usianya sudah ratusan tahun ini berdiri kokoh menjadi saksi berbagai peristiwa dunia namun masih indah dan terawat.

Setelah keluar dari gereja Notredame kami mengamati antrian masuk sudah mengular panjang, padahal kami hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit di dalam gereja. Notredame memang luar biasa daya tariknya. Berhubung perut kami sudah lapar, akhirnya kami mampir ke restoran kecil dekat gereja Notredame yang bernama Le Petit Plateau. Restoran yang baru buka ini menyajikan set menu dengan harga 13 euro untuk satu piring spaghetti dan segelas wine. Makanan yang paling cocok buat kami yang kedinginan saat ini. (to be continued)

One comment

Leave a Reply