Titik-titik air membasahi jendela pesawat Emirates ketika mendarat di Bandara Charles De Gaulle, Paris. Langit yang kelabu membuat kami bertanya-tanya,” Ini musim panas kan?”. Setelah melewati imigrasi dan mengambil bagasi kami yang cuma satu koper cabin size dan satu ransel, kami pun berjalan menuju terminal kereta RER yang akan membawa kami ke Gare Du Nord. Kepala sedikit pusing karena belum tidur selama 12 jam total penerbangan dari Kuala Lumpur. Ah inilah awal dari petualangan kami di Benua Biru selama 22 hari ke depan.
Kereta RER melaju dengan cepat menyusuri rel dari Bandara Charles De Gaul menuju Gare Du Nord. Langit senja yang mendung dan pemandangan luar kereta yang sedikit kumuh belum menunjukkan kesan Paris, the city of light, yang menjadi magnet bagi turis untuk berkunjung. Saya langsung memeriksa GPS melalui Handphone untuk memastikan kami berada di jalur yang tepat. Kereta mendekati Gare Du Nord. Kami berada di jalur yang tepat dan akan sampai segera.
Sesampainya di Gare Du Nord, kami langsung berjalan mencari pintu keluar di stasiun kereta yang luas ini. Papan petunjuk arah mengarahkan kami menuju pintu keluar namun entah karena jetlag atau kami belum makan, kami berjalan berputar-putar di stasiun kereta. Wah pintu keluarnya dimana yak? Dalam kebingungan kami, kami berpapasan dengan sekelompok pemuda keturunan Afrika yang membuat kehebohan sendiri. Berteriak-teriak dan beberapa dari mereka tiba-tiba berlari melewati kami. Kami banyak mendengar berita negatif mengenai Paris dan kriminalitas yang biasanya menghantui kota yang cantik ini. Walaupun mereka tidak melakukan apapun kepada kami, kami merasa kurang nyaman. Si Nyonya pun sudah mulai paranoid dan kami pun bergegas keluar no matter what. Setelah berhasil menemukan pintu keluar, kami disambut dengan langit malam dengan hujan gerimis.
Paris hasn’t been warm to us. Didorong oleh rasa lelah dan lapar, kami pun kemudian berjalan di bawah hujan menuju Apartemen Benjamin yang terletak di dekat Gare De Est, sekitar 10 menit berjalan dari Gare Du Nord. Saat hujan bertambah deras, saya pun membalutkan syal pashmina Turki si Nyonya ke kepala saya sementara si Nyonya berlindung di dalam jaket waterproof Uniqlonya. Cafe-cafe dan restoran Turki berbaris menyambut kami yang sudah basah diguyur oleh hujan. Namun niat kami untuk sampai di apartemen terlebih dahulu membuat kami terus berjalan walaupun aroma kebab datang menggoda kami. Setelah berjalan selama 10 menitan, kami pun sampai di Apartemen Benjamin. Namun memasuki gedung apartemen Benjamin merupakan suatu tantangan tersendiri.
Pernah bermain escape room? Nah pengalaman real escape room inilah yang kami alami demi memasuki apartemen Benjamin. Berhadapan dengan pintu gerbang gedung, kami harus memasukkan kode yang sudah dikirim oleh Benjamin. Awalnya kami kurang paham dengan sistem unik ini, namun setelah memasukkan kode yang tepat, pintu gerbang pun mengeluarkan suara elektronik tanda kunci telah dibuka. Kami langsung saling berpandangan heran. Ini serius masuknya kayak gini? Berjalan masuk ke dalam gedung kami kemudian berhadapan dengan pintu kaca yang juga terkunci secara numerik. Lagi-lagi saya membuka isi chat saya dengan Benjamin yang bahasa Inggrisnya kurang fasih.
“Code building door 2 A ****534, courtyard right building last stage.”

Setelah memasukkan kode, kami kemudian berhadapan taman kecil dan gedung berlantai lima di sebelah kanan kami. Last stage? astaga. Ternyata yang dimaksud Benjamin dengan Last Stage adalah lantai paling atas dan kami pun kemudian harus menggeret koper melalui tangga melingkar ke atas. Bukan hanya itu, layaknya gedung-gedung apartemen tua di Eropa pada umumnya, lampu yang dipasang adalah lampu sensor. Lampu baru menyala kalau ada gerakan yang mengaktifkan sensor gerak. Si Nyonya makin parno dan saya cuma ketawa geli berhadapan dengan situasi ini.Sambil menenteng koper dan backpack di punggung saya berjuang naik di tangga dengan lampu disko ini. Akhirnya sampai juga di lantai paling atas. Kami kemudian bingung, wah masuknya gimana?
Kami pun kemudian membuka petunjuk dari Benjamin dan menemukan petunjuk seperti ini :
“code box key :1234”
Apaan pula ini? Kami mencari ke sekeliling dan menemukan sebuah kotak plastik berwarna hijau dengan kode numerik geser seperti di koper. Setelah memasukkan kode, kotak hijau tersebut pun terbuka dan kami menemukan sebuah kunci di dalamnya. ” Ini apa banget sih?” kata si Nyonya sambil mengambil kunci. Kita seperti bermain escape room dan kali ini kami berada di last stage. Kunci pun kemudian kami gunakan untuk membuka pintu apartemen. Ceklik….krieeeekkkkk..pintu pun terbuka. Kami berhadapan dengan ruang tamu yang hangat dengan sofa dan sansak tinju. Yak sansak tinju. Benjamin kayaknya tipe orang yang sporty neh. ” Bonjour..hello…” seru kami namun tidak ada seorangpun yang menyambut.
Kami pun kemudian berinisiatif masuk dan menaruh tas kami. Kami tiba dengan baju basah dan kedinginan, kami butuh kehangatan. Terus kamarnya mana? Di depan kami ada dua kamar dan satu kamar di bagian atas loft. Kami yang masih kebingungan kemudian mendengar suara dua orang perempuan cekikikan dari sebuah kamar. Daripada bingung, saya pun kemudian mengetuk pintu kamar asal suara tersebut. Seorang wanita muda keluar dari kamar dan memperkenalkan dirinya. Perempuan bernama Michelle yang juga tamu Airbnb Benjamin ini kemudian menjelaskan kalau Benjamin sedang keluar dan kamar kami ada di sebelah mereka. Michelle juga menjelaskan tentang kamar mandi, dapur dan wifi. Ah akhirnya bisa rest juga setelah penerbangan panjang. Sempat lupa dengan rasa lapar kami, sekarang perut pun minta diisi. Karena kami malas berhadapan dengan hujan lagi, kami pun kemudian mengeluarkan senjata rahasia kami yaitu Indomie Goreng! Yak betul , makanan kami di Kota asal Escargot, Baguette dan berbagai makanan lezat lainnya adalah Indomie Goreng selera Nusantara hahahaha.
Masak indomie Pemandangan dari jendela apartemen
Usai menyantap indomie goreng kami pun kemudian berangkat menuju peraduan. Mengisi tenaga untuk jalan-jalan seharian di Paris esok hari. Bonjour, Paris!
Tips Arrival di Paris:
- Paris city center bisa dicapai dengan kereta RER dari Bandara Charles De Gaule. Setelah keluar dari imigrasi, anda bisa berjalan mengikuti papan petunjuk menuju stasiun kereta RER. Kereta RER beroperasi dari pagi sampai tengah malam dengan interval yang cukup sering. Tiket menuju pusat kota “Gare du Nord” hanya 10.3 Euro. Jarak tempuh dari bandara menuju Gare du Nord adalah 40menit. Tiket bisa dibeli di loket atau mesin otomatis yang hanya menerima kartu kredit saja.
- Sesampainya di Gare du Nord, anda bisa mencari Metro untuk mencapai penginapan anda. Paris terhubung oleh jaringan metro yang luas,sehingga cukup mudah untuk mencapai tempat penginapan anda dengan modal metro saja.
- Selalu waspada ketika berada di metro atau kereta RER. Banyak kasus pencopetan terjadi karena turis yang kurang waspada karena baru sampai di tempat baru dan badan yang lelah karena penerbangan. Istirahat dulu di bandara, ngopi dulu kalo sempat dan baru lanjut ke kota. Perhatikan barang bawaan dan jangan sibuk maen HP, camkan itu!!