Naik Kereta Api ke Ipoh, Malaysia

Setelah puas berjalan-jalan pagi, kami pun kemudian kembali ke hotel untuk mengambil tas dan baju cucian kami yang masih tergantung di jemuran (penting ga sih hahaha). Berkat kemajuan peradaban dan teknologi, kami pun memutuskan untuk naik Grab dari hotel menuju Pangkalan Weld. Walaupun jaraknya tidak seberapa jauh, kami merasa naik Grab lebih asyik ketimbang jalan kaki sambil berjemur di terik matahari siang. Segera sebuah sedan putih pun datang menjemput kami. Supir Grab yang ramah kemudian mengantarkan kami ke Pangkalan Weld yang cuma sekitar 5 menit saja dari hotel.

Sesampainya di Pangkalan Weld, kami pun kemudian berjalan melewati terminal bis Pangkalan Weld menuju ramp yang mengarahkan kami menuju dermaga ferry. Dermaga ferry ini merupakan satu-satunya penghubung antara kota tua Georgetown dengan Butterworth. Walaupun ada dua jembatan yang menghubungkan Pulau Penang dengan daratan utama Malaysia, dermaga Pangkalan Weld ini masih menjadi pilihan yang populer bagi penduduk Penang terutama yang tinggal di Georgetown. Ramainya antrian mobil dan orang bergerak masuk ketika ferry datang merapat di dermaga. Kendaraan bermotor masuk terlebih dahulu disusul oleh para penumpang. Kami pun bergabung dengan penumpang lainnya memasuki kapal ferry dan mencari spot yang tepat untuk menikmati pemandangan Georgetown. Penyebrangan yang hanya 30 menit ini tidak memakan biaya seringgit pun karena pemerintah daerah Penang hanya menerapkan ongkos bagi penumpang yang menyebrang dari Butterworth menuju Georgetown.

Sesampainya di dermaga Butterworth, kami pun langsung berjalan menuju perhentian bis menuju Stasiun Kereta Butterworth. Karena adanya renovasi stasiun, kami tidak bisa berjalan melalui ramp yang menghubungkan dermaga dengan stasiun kereta seperti biasanya. Kami pun menumpang bis gratis yang disediakan untuk mengantar penumpang menuju stasiun kereta. Berbeda dengan kala kami menumpang bis menuju dermaga, kali ini kami mendapatkan kursi di bis dan kondisinya pun tidak seheboh kemarin. Sekitar 5 menit, kami pun sampai di stasiun kereta Butterworth.

Stasiun Butterworth merupakan stasiun kereta di Malaysia yang pernah saya kunjungi. Pada tahun 2011, stasiun kereta ini masih terlihat sederhana seperti stasiun Duri di Jakarta dengan fasilitas yang sangat sederhana. Namun sekarang, stasiun kereta ini telah berubah menjadi lebih luas dan modern. Ada ruang tunggu bagi penumpang, foodcourt, eskalator dan juga lift. Fasilitas ini juga ditunjang dengan AC yang membuat stasiun menjadi tempat yang nyaman. Saya dan Nyonya pun kemudian menunggu kereta ETS kami datang menjemput kami menuju Ipoh.

Kereta ETS merupakan kereta cepat versi Malaysia. Kereta ini terbagi dalam beberapa kelas, Silver, Gold, dan Platinum. Kelas ini ditentukan oleh kecepatan kereta. Kelas Platinum merupakan kelas yang paling cepat karena hanya berhenti di beberapa stasiun atau bahkan tidak berhenti sampai tiba di tujuan. Karena paling cepat, maka kelas Platinum merupakan kelas yang paling mahal dan kelas Silver merupakan yang paling murah. Kelas yang kami pilih untuk rute Butterworth-Ipoh adalah kelas Gold karena hanya kelas ini yang jadwalnya sesuai dengan kami.

Ketika kereta datang, pengumuman pun ditayangkan di layar ruang tunggu. Kami dan penumpang lainnya kemudian turun menuju peron dan segera memasuki kereta. Kereta yang masih baru dengan kursi yang nyaman membuat kami langsung duduk dengan wajah tersenyum. Ah akhirnya kami berpindah kota lagi. Kereta ETS pun melaju dengan mulus dan tidak ada getaran berarti yang menggangu perjalanan kami. Kereta ETS yang kami tumpangi ini sebenarnya merupakan kereta Butterworth-KL yang melalui Ipoh di tengah perjalanan. Dulu saya beberapa kali menumpang kereta malam dari Butterworth-KL. Kereta Senandung Mutiara (CMIIW) merupakan kereta malam jurusan Butterworth-KL yang populer di kalangan penumpang lokal dan turis. Kita bisa memilih kelas biasa dengan kursi atau sleeper train dengan tempat tidur. Kereta berangkat jam 11 malam dan sampai di KL Sentral pukul 6 pagi. Namun setelah kereta ETS diperkenalkan, kereta Senandung Mutiara pun dipensiunkan, sehingga tidak ada lagi sleeper train di Malaysia.

Setelah duduk selama 15 menit di kereta menatap layar TV, saya pun iseng berjalan menuju gerbong kantin. Gerbong kantin?apaan tuh? Gerbong kantin adalah gerbong yang menjual makanan dan minuman ringan untuk penumpang kereta. Gerbong ini menyediakan beberapa tempat duduk dan meja bagi penumpang yang ingin duduk santai sambil ngopi. Tidak sekeren gerbong restoran di Eropa sih, tapi lumayan juga. Saya membeli segelas kopi hitam dan kemudian bergegas kembali ke kursi saya untuk menemani si Nyonya yang ternyata sudah terlelap. Dengan kopi hitam di tangan kiri dan tablet di pangkuan, saya pun menikmati serial Knights Fall yang sudah saya download dari tadi malam. Inilah yang saya suka dari naik kereta. Bisa nyantai dan kepala ga pusing dibanding naik bis.

Setelah dua jam, kereta pun kemudian berhenti di Stasiun Ipoh dan setelah membangunkan si Nyonya, kami pun beranjak keluar dari kereta. Stasiun Ipoh terlihat anggun dengan arsitektur peninggalan kolonial Inggris. Stasiun ini membuat kami takjub dengan keindahannya. Stasiunnya aja udah begini bagus apalagi kotanya nanti ya, pikir kami yang baru pertama kali mengunjungi Ipoh. A new adventure begins!

Things to Know :

  1. Tiket kereta ETS dapat dibeli di website KTM (klik di sini) secara langsung atau melalui website easybook.com
  2. Jika anda belum membeli tiket secara online dan ingin menumpang kereta dari Penang menuju Ipoh atau Kuala Lumpur, anda bisa membeli tiket di loket tiket ETS yang terletak di Pangkalan Weld (dekat ramp menuju dermaga)

Leave a Reply