Hat Yai dan Jodoh yang Tak Sampai

Setelah membeli tiket bis menuju Hat Yai, kami pun kemudian duduk menunggu datangnya bis di terminal. Duduk santai sambil menunggu bukanlah hal yang bikin saya betah, akhirnya saya pun kemudian berjalan di sekitar terminal dan menemukan sesuatu yang bikin saya kaget. Penyewaan motor di terminal bis Krabi! Astaga…seandainya saja kami mampir sebentar di stasiun dan tidak langsung buru-buru nyari songtheaw, kami sudah bisa melenggang santai motoran menuju Krabi Town. Hemat duit pula. Ah sudahlah, yang penting sekarang pembaca Gurukelana.com bisa mengetahui info ini. So teman-teman, kalo mampir ke Krabi, sewa saja motor di terminal bis Krabi. Letak penyewaan ada di restoran One to Ten dan penyewaan sehari hanya 250 baht, harga yang lumayan reasonable karena ongkos sekali naik Song Theaw ke Krabi town saja sudah 30 baht.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, bis yang kami tunggu pun akhirnya tiba. Bis berwarna putih oranye dengan aksara Thailand yang rumit menepi dan mulai menaikkan penumpang. Kondisi bis kali ini tidak sebagus bis PhuketKrabi, tapi masih cukup nyaman untuk perjalanan  selama 5 jam menuju Hat Yai. Bis yang tidak begitu penuh ini pun kemudian segera berangkat setelah semua penumpang naik. Hat Yai adalah kota terakhir yang akan kami kunjungi di Thailand. Sebenarnya kami pun tidak berencana untuk menjadikan kota ini sebagai salah satu destinasi kami. Kami hanya ingin memotong jarak tempuh bis dari Phuket menuju Penang menjadi lebih singkat dan tidak kelamaan di bis. Dari Phuket kami naik bis menuju Krabi,lalu dari Krabi lanjut ke Hat Yai dan kemudian Hat Yai menuju Penang, tentu saja kami tinggal semalam di Krabi dan Hat Yai sambil jalan-jalan. Rencana ini lebih nyaman ketimbang naik bis langsung dari Phuket menuju Penang yang bisa menempuh waktu sekitar 12 jam di bis.

Sepanjang pengalaman saya sebagai seorang backpacker, saya telah mengunjungi Hat Yai sebanyak 3 kali. Namun tidak sekali pun saya berjodoh dengan kota ini. Kunjungan pertama saya ke kota di provinsi paling selatan Thailand ini adalah pada tahun 2011. Saya beserta tiga teman saya berangkat dari Phuket menyusuri jalur darat sampai Singapura dan hanya mampir setengah jam di Hat Yai untuk berganti dari bis ke van menuju Penang. Tidak sedikit pun minat kami untuk mampir melihat-lihat apa yang ada di kota ini. Sampe di terminal lalu nyari van tujuan Penang dan berangkat langsung ke Penang. Saat itu kami masih terpengaruh berita pengeboman sporadis di Hat Yai yang dilakukan oleh kaum separatis. Percaya bahwa Hat Yai adalah tempat yang berbahaya, kami pun tidak menjelajah kota ini. Kunjungan kedua saya ke Hat Yai pun kurang lebih sama. Berniat mengunjungi Penang dari Bangkok namun ingin menghemat biaya pesawat yang mahal, saya pun naik pesawat dari Bangkok menuju Hat Yai dan kemudian lanjut naik van menuju Penang. Kali ini pun tidak jauh berbeda, saya hanya naik shuttle dari bandara Hat Yai menuju pusat kota, makan nasi goreng Melayu dan kemudian lanjut naik van menuju Penang.

Di kunjungan ketiga kali ini, saya dan istri memberi kesempatan kepada Hat Yai untuk membuktikan bahwa kota ini layak dikunjungi dan tidak sekedar transit saja. Kami pun memutuskan untuk tinggal semalam di kota ini dan menyisakan waktu sedikit untuk berjalan-jalan sambil kulineran malam. Namun nampaknya Hat Yai memang belum berjodoh dengan kami. Setelah duduk terpaku di bis selama 5 jam, kami pun sampai di terminal bis yang sepi. Langit mendung pun mulai menuangkan tetes gerimis ke bumi dan kami pun mulai kelabakan mencari arah menuju penginapan kami. Sebenarnya jarak antara penginapan kami, The Aree Hat Yai Hostel, hanya sekitar setengah jam jalan kaki, namun kondisi gerimis akhirnya membuat kami urung jalan kaki dan kemudian naik Grab. Setelah berhasil mendapatkan driver, kami pun kesulitan mencari lokasi penjemputan. ” Go to 711 near the terminal. I will meet you there.” begitu isi pesan sang driver Grab ke ponsel saya. Ah gampang, depan saya ada 711 dan dengan pede kami berpikir sudah menunggu di tempat yang tepat. Namun setelah melihat lokasi sang driver yang berputar-putar di sekitar terminal, kami pun mulai menyadari kalau kami menunggu di tempat yang salah. Sang driver pun kemudian menelpon dan karena kami tidak memahami bahasa Thai, kami pun memanggil seorang bapak-bapak yang berdiri nganggur di dekat kami untuk membantu. Ah ternyata ada 711 lain di sisi lain terminal. Kami pun kemudian berjalan menuju lokasi penjemputan yang benar dan tak lama sebuah mobil sedan pun kemudian menjemput kami.

Jalan-jalan di kota Hat Yai kebanyakan sempit dan satu arah. Seringkali mobil tumpangan kami ini terjebak macet ketika berhadapan dengan perempatan jalan yang penuh dengan kendaraan dan juga mobil parkir. Mirip Indonesia, namun pengemudi di sini jarang sekali membunyikan klakson. Semua tetap sabar walaupun kondisi jalan yang macet kadang bikin garuk-garuk kepala. Setelah menyusuri jalan kota Hat Yai yang sempit selama 15 menit, kami pun akhirnya sampai di penginapan kami. Setelah menaruh tas dan beristirahat sebentar, kami pun berjalan keluar untuk mencari makan.

Cuaca Hat Yai memang tidak begitu bersahabat semenjak kami tiba. Gerimis dan langit yang sudah gelap membuat kami bingung hendak kemana. Pria berambut gondrong yang merupakan penjaga hostel kami menyarankan kami untuk pergi ke The Central yang merupakan mal terbesar di Hat Yai. Ironisnya, The Central adalah mal yang jaraknya hanya seperngesotan (apa pula ini) dari terminal bis tempat kami menjejakkan kaki pertama kali di Hat Yai. Si Nyonya yang enggan berjalan di bawah gerimis kemudian memutuskan untuk berjalan di dekat hostel saja. Pilihan terdekat kami adalah night market di dekat Lee Garden Plaza. Jalanan yang sepi dan agak suram membuat kami buru-buru berjalan dan tidak sempat mengambil foto apapun. Kami lebih memikirkan isi perut kami dan pesanan PO bedak kami yang belum memenuhi pesanan. Sesampainya di Lee Garden Plaza, kami berhadapan dengan rombongan turis Malaysia dan penduduk lokal yang berlalu lalang. Astaga ramenya. Satu persatu 711 dan Guardian kami masuki untuk membeli Bedak Ponds pesanan teman-teman di  tanah air. Ternyata perburuan kami hanya menghasilkan beberapa buah bedak saja, masih banyak pesanan yang harus kami beli. Ah lupakan soal PO, kami pun mencoba mencari makan di sekitar plaza namun tiba-tiba hujan deras turun dengan dahsyatnya.

Kami pun terkurung di plaza dan alih-alih mencoba street food ala Thailand, pilihan kami jatuh pada ayam goreng McDonald’s. Pilihan terdekat dan terbaik sebelum Guru Kelana berubah menjadi Guru Marah Marah. Itu pun setelah mengantri selama lima belas menit dan “Pahe” ala McD Thailand pun sampai di baki kami. Tak perlu lama, posisi ayam dan nasi pun beralih ke dalam perut kami yang belum di isi makanan sejak siang di Krabi. Dengan sabar kami menunggu hujan reda dan akhirnya kami pun berjalan kembali ke hostel. Langkah gontai dan berasa sia-sia karena gagal jalan-jalan malam di Hat Yai, kami pun mampir sebentar ke sebuah mini market di pom bensin seberang hostel. Dan keajaiban pun terjadi.

Saya iseng berjalan ke bagian kosmetik dan menemukan satu etalase penuh bedak Ponds pink yang sudah kami buru semenjak sampai di Phuket. Sontak saya langsung memanggil si Nyonya yang langsung kegirangan dan memborong semua isi etalase tersebut. Pesanan PO kami pun kemudian lengkap dan masih menyisakan beberapa sebagai oleh-oleh. Demikianlah malam kami di Hat Yai. Gerimis, McDonalds dan Bedak. Hat Yai memang masih belum berjodoh denganku.

 

Note :

  1. Jika anda hendak mengunjungi Hatyai dari arah Thailand atau Malaysia, tinggallah dekat terminal bis atau stasiun kereta. Kami memilih tinggal di The Aree Hat Yai Hostel karena lokasinya yang hanya 10 menit dari stasiun kereta api.
  2. Jangan lupa mengunduh aplikasi Grab sebelum mengunjungi Hat Yai. Jika anda malas mencari tahu rute kendaraan umum dan takut nyasar, Grab adalah pilihan yang tepat.
  3. Harga makanan, minuman dan penginapan di Hat Yai cenderung lebih murah (mungkin paling murah) dari seluruh kota Thailand yang pernah saya kunjungi. Semalam di The Aree Hat Yai Hostel saja hanya 120 ribuan rupiah.

2 Comments

  1. Hai Pak Hendro Liu & nyonya.. salam kenal ya..
    Sebelumnya sy mau ucapkan terimakasih, sy udh sukses ngikuti jejak nya dari hat yai ke Penang di solo trip sy yg pertama. Bbrp bln lg mgkn sy jg akan cb perjalanan kalian yg dr Phuket ke Krabi. Dan pengen jg ngikuti ngeteng ala kalian (hahahaha..) Krabi ke hat yai . Tp yg dr Krabi ke hat yai gmn cara nya spy Ndak kesasar terlalu jauh ? Mohon pencerahannya ya.. makasih. Gbu all ?

    • Hi Sarah, maap baru liat pesannya. Kami baru balik dari Eropa dan baru sempet buka blog lewat laptop. Kalau dari Krabi ke Hat Yai tinggal naik bis saja dari terminal Hat Yai sama seperti yang pernah saya dan Nyonya tempuh Desember lalu. Kalau takut nyasar, nginep deket stasiun kereta saja biar perjalanan ke Penangnya mudah. Jangan lupa instal aplikasi Grab yang selalu siap sedia membantu kalo nyasar.

Leave a Reply