Pagi menjelang di lobby hotel Legian 101, kami menunggu supir Grab yang akan membawa kami menuju Pelabuhan Sanur. Rasa kantuk yang luar biasa masih menghinggapi mata saya yang baru tidur sekitar 6 jam. Saya pun melangkah ke Indomaret untuk membeli segelas kopi yang mungkin bisa mengusir rasa kantuk pagi ini. Huff…Pagi di Legian sungguh berbeda dengan suasana malam yang hingar bingar. Keramaian semalam hanya bersisa beberapa botol bintang di pojok jalan dan beberapa bule yang tampaknya berusaha melek sambil berjalan pelan.
Setelah menghirup aroma kopi, mata pun mulai melek seiring dengan datangnya sedan hitam yang ternyata adalah mobil Grab tumpangan kami ke Pelabuhan Sanur. Saya dan si Nyonya pun kemudian segera menghampiri mobil dan tanpa basa basi langsung masuk ke dalam mobil. Kami sudah pernah mendengar sebelumnya kalau masih ada “perselisihan” tentang kehadiran angkutan online seperti Grab atau Gocar. Mobil jemputan kami ini pun tidak dilengkapi dengan “atribut” Grab pada umumnya seperti handphone di dashboard. Mungkin untuk menghindari sweeping. Mobil melaju kencang di jalan yang sepi menuju Sanur. Kami sampai di Pelabuhan Sanur hanya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya yaitu 20menitan saja.
Perjalanan kami ke Nusa Penida kali ini sebenarnya merupakan misi kaburan dari tour kantor kami. Berhubung lokasi tour kantor sudah pernah kami kunjungi sebelumnya, kami pun memutuskan untuk berpisah dari rombongan untuk mengunjungi Nusa Penida yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Bergabung dengan teman kami dan keluarganya, kami mengikuti day tour Nusa Penida yang harganya Rp 350 ribu per orang. Kami hanya perlu nongol di Pelabuhan Sanur pukul 7 pagi, naik speed boat dan disambut mobil van untuk mengunjungi spot-spot menarik di Nusa Penida.
Karena kami dateng kepagian, kami pun memilih nongkrong di depan Alfamart sambil menunggu kedatangan teman kami dan keluarganya. Cuaca agak mendung dengan sedikit gerimis membuat suasana agak muram. Kami berharap langit akan lebih cerah mengingat liburan ke pantai dengan langit yang kelabu akan menggangu moment instagram kami. Setelah semua rombongan berkumpul, kami pun kemudian digiring masuk ke speedboat menuju Nusa Penida.
Speedboat melaju dengan cepat membelah ombak lautan yang ganas. Setiap kali berhadapan dengan ombak yang tinggi, speedboat terhempas naik turun membuat penumpang di dalamnya merasa mual. Ini sih ibarat naik Kora-Kora dalam tempo 40 menit. Berbagai ekspresi para penumpang yang menahan mual akhirnya berubah cerah setelah speedboat mendarat di pelabuhan Nusa Penida. Kami pun langsung disambut oleh Pak Made dari Tour Darmawisata Nusa Penida yang memegang kertas bertulisan ” Sandra” teman kami. Pak Made menjelaskan bahwa kita akan mengunjungi 4 spot wisata di Nusa Penida yaitu Broken Beach, Angel’s Billabong, Kelingking Beach dan Crystal Bay. Agar lebih efektif kami pun menuju titik terjauh terlebih dahulu yaitu Broken Beach dan Angel’s Billabong yang terletak dalam lokasi yang berdekatan.
Nusa Penida terbilang merupakan anak bungsu dalam pariwisata Bali. Pamornya baru kelihatan 2 tahun belakangan ini dan menurut Pak Made, yang menemukan spot-spot menarik di sini adalah para peselancar dan wisatawan asing. Tak heran jika nama-nama tempat wisata di sini diberi nama asing seperti Broken Beach dan Angel’s Billabong. Infrastrukturnya pun masih tergolong kurang memadai dibandingkan dengan Bali. Jalan lebarnya hanya 1.5 jalur dan baru sebagian yang sudah diaspal. Selama perjalanan kami diguncang-guncang ke atas bawah dan kiri kanan seperti berada dalam wahana di Dufan. Untung kami mengurungkan niat kami untuk naik motor di Nusa Penida.Setelah menempuh perjalanan selama hampir dua jam, mobil kami terhenti karena ada antrian mobil di depan yang berhenti juga. Pak Made yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres kemudian turun dari mobil.
“Pak, di depan ada 4 tiang listrik roboh.Jadi kita ga bisa lewat.” ungkap Pak Made kepada kami yang menunggu di mobil. Saya dan teman saya Henry pun iseng meninjau lokasi dan memang benar, 4 tiang listrik tumbang dan menghalangi jalan. Pejalan kaki dan motor masih bisa nyelonong lewat namun mobil tidak akan bisa lewat. Jarak Broken Beach dan Angel’s Billabong dari mobil kami masih 2 kilometer jauhnya. Kami pun sempat putus asa mengingat hal ini diluar prediksi kami. Untungnya Pak Made menyewa motor dari penduduk setempat untuk mengantarkan kami satu persatu. Namun karena kami tidak ingin membuang waktu menunggu,kami pun berjalan kaki sambil dijemput satu persatu menuju Broken Beach.
Setelah kami semua sampai dekat Broken Beach, kami masih harus berjalan sekitar 10 menit melewati jalanan berlumpur akibat hujan lebat semalam. Rombongan kami yang terdiri dari orang tua dan dua anak kecil tetap semangat sampai ke tujuan pertama kami yaitu Broken Beach. Sebuah tebing yang menjorok ke laut dengan lubang di tengahnya menyambut kami. Perairan yang berwarna hijau kebiruan di bawahnya menambah indah pemandangan. “Nah ini baru greget,” gumam saya yang sudah sampai titik jenuh karena hanya mengunjungi tempat yang itu-itu saja di Bali. Pemandangan indah dengan turis yang minim kala itu membuat kami bebas mengambil foto seenaknya. Gaya gendong-gendongan, gaya berantem sampe gaya romantis dan gaya turis Asia yang selalu menunjukkan simbol Victory.
Puas berfoto dengan Broken Beach, kami pun berjalan menuju Angel’s Billabong. Angel’s Billabong merupakan pantai dengan karang yang memiliki keindahan warna air yang tak kalah indahnya dengan Broken Beach. Namun sayangnya, akibat hujan lebat semalam, airnya berubah keruh. Walaupun demikian, kami tetap bisa menikmati keindahan Angel’s Billabong. Sekedar duduk santai menikmati hembusan angin laut yang segar dan pemandangan yang indah.
Usai menikmati Angel’s Billabong, kami pun kemudian berjalan kaki dan dijemput dengan motor sampai ke mobil. Dalam perjalanan, kami melihat beberapa orang petugas mulai mengevakuasi tiang listrik yang tumbang dengan alat berat. Antrian panjang mobil pun masih terlihat sampat 500 meter jauhnya. Untung kami sampe duluan, sehingga tidak perlu berjalan lebih jauh lagi. Mobil kami melaju dengan kecepatan sedang melewati jalanan yang brutal selama 1 jam sebelum kami sampai di parkiran menuju Kelingking Beach. Setelah menahan mual akibat kondisi jalan yang rusak, kami pun kemudian bisa bernafas lega di luar mobil.
Pantai Kelingking adalah destinasi utama di Nusa Penida. Pantai dan tebing yang mirip bentuknya dengan T-Rex ini dapat anda lihat di account Instagram orang yang pernah mengunjungi Nusa Penida. Pemandangan indah dari tebing dan pasir putih bersih dengan warna air yang biru dan hijau membuat pengunjung rela jauh-jauh ke sini. Keindahan pemandangan laut ini mengingatkan saya pada pantai Oludeniz di Fethiye, Turki. Namun kita tidak bisa berjalan menuju pantai tersebut. Kami hanya berfoto dari tebing di atas pantai. Memang ada jalan menurun dengan tangga menuju pantai namun tampaknya jalan tersebut sedang ditutup. Kami pun puas berfoto ria dengan latar belakang Kelingking Beach. Beberapa bagian dari tebing ini tidak dipagari sehingga cukup berbahaya, namun bisa menjadi kesempatan foto yang keren. Saya pun tergoda untuk berfoto dengan duduk di tebing (tidak untuk orang yang takut ketinggian).
Setelah berfoto dengan Kelingking Beach, kami pun berjalan menuju parkiran untuk menikmati makan siang kami. Kami berpapasan dengan sebuah pohon tua dengan ranting yang cukup kuat untuk menahan beban orang dewasa. Beberapa turis nampak menunggu giliran untuk berfoto di atas pohon tua ini. Hmm keren juga. Kami pun kemudian ikutan untuk berfoto sementara angin kencang dan awan kelabu mulai menghampiri kami. Berdiri di atas dahan pohon tua memang bikin jantung deg deg serrr.. Belom lagi angin kencang yang berhembus, namun apalah artinya liburan tanpa foto keren bukan? Satu persatu kami pun kemudian berfoto dengan gaya galau, norak atau pun sok keren.
Usai menikmati makan siang, hujan deras disertai angin pun turun menerpa Nusa Penida. Perjalananan kami menuju destinasi terakhir kami yaitu Crystal Bay pun terganggu oleh cuaca yang buruk. Walaupun hujan kemudian mereda, kami sampai di Crystal Bay dengan kondisi gerimis. Langit kelabu dan gerimis membuat kami tidak berlama-lama di spot yang kata pak Made asyik untuk berenang dan santai-santai. Pasir pantai ini halus sehingga asyik untuk berjemur atau piknik sambil menikmati pemandangan indah. Sayang hujan 🙁
Setelah mengunjungi Crystal Bay selama setengah jam, kami pun kembali ke pelabuhan Nusa Penida untuk menumpang speedboat kembali menuju Pelabuhan Sanur. Nusa Penida adalah Bali sebelum terkenal seperti sekarang. Jika anda ingin menikmati pemandangan alam yang indah dan spot yang belum seramai Bali sekarang, menyebranglah ke Nusa Penida.
[…] mulai berubah dari yang tadinya ceria menjadi muram ketakutan. Ini sih lebih brutal dari yang ke Nusa Penida kemarin. Kapal terus melaju dan para penumpang pun pasrah sampai ada yang bersiap dengan kantong […]
Satu hari rasanya terlalu sedikit waktunya untuk wisata ke Nusa Penida. Sudah banyak destinasi yang ada disini mas. Ada watersport, kalau di Lembongan ada Zipline, Snorkeling, Diving. Sebaiknya dicoba mas agar bisa tahu keberagaman dan keindahan bawah laut Nusa Penida.
Terima kasih sudah berkunjung ke pulau tercinta kami. Semoga lain waktu ada kesempatan lagi untuk berkunjung.
makasi mas atas kunjungannya, jangan lupa berkunjung kembali ya
Sharing pengalaman yang bagus mas, isinya gak berbelit – belit mudah untuk di cerna dari segi pemilihan katanya dan point yang ingin disampaikan pun bisa sampai ke saya selaku pembaca.
Btw, kalau boleh tau. ini mas nya jalan bulan kapan yah? apakah bulan desember / january atau bulan apa? mengingat kok ada hujan gerimis. karena saya sedang merancang solo traveling ke Nusa Penida di bulan Desember ini
Terima kasih buat apresiasinya, Arai. Waktu itu Saya pegi bulan desember n memang rada mendung waktu Saya di Bali n Nusa Penida waktu itu. Konon kata local guide desember mang agak ujan walau ga terlalu sering.