Tbilisi : Tentang Kaki Keseleo, Angkot, dan Apartemen Bangsawan

Kembali ke hotel dengan tertatih-tatih karena keseleo sungguh membuat saya sangat kecewa. Bagaimana tidak, saya sudah merencanakan perjalanan ke Kazbegi selama berbulan-bulan dan niat saya untuk melihat glacier pun kandas. Melihat kondisi kaki saya yang mulai bengkak, Levan, si pemilik Guest House on V. Pashvela 50 pun membawa saya dengan mobilnya ke rumah sakit terdekat.

IMG-20170703-WA0016.jpeg
Kakiku Keseleo..hiks..

Sesampainya di rumah sakit, saya berusaha menjelaskan kondisi kaki saya dengan bahasa Inggris namun tidak seorang pun yang bisa berbahasa Inggris. “Ruski?Ruski?” tanya dokter jaga yang menanyakan apakah saya bisa berbahasa Rusia. Tentu saja saya hanya bisa menjawab, ” net.” alias tidak. Para suster dan dokter jaga menjadi bingung bagaimana menjelaskan kondisi saya dan saya mulai tidak nyaman. Akhirnya mereka meminta saya untuk di-rontgen dan saya langsung menolak. Kaki saya cuma keseleo dan saya masih bisa berjalan dengan baik, hanya nyeri dan bengkak sedikit. Saya bisa saja meminta dirawat full karena saya sudah membeli asuransi namun saya tidak ingin membuat si nyonya khawatir dan merusak liburan kami. Dokter pun kemudian menuliskan resep dan saya kembali ke hotel dengan salep.

Sisa hari yang masih panjang akhirnya saya habiskan untuk beristirahat di hotel. Sambil menaruh kaki yang keseleo di posisi yang lebih tinggi, saya pun tidur dan berharap keesokan hari, kaki saya akan lebih baik. Ternyata salep dan istirahat penuh di hotel berhasil membuat kaki saya lebih baik. Bengkaknya berkurang dan saya bisa berjalan dengan normal. Sepatu Sketcher yang saya pakai juga sangat membantu mengurangi beban kaki saya. Jalan pun terasa lebih nyaman.

Tibalah saatnya kami meninggalkan Kazbegi yang sudah menjadi tempat kami tinggal selama dua malam. Udara segar dan pemandangan indah tempat ini selalu terkenang dalam benak kami. Si nyonya sangat menyukai Kazbegi dan mungkin tempat ini adalah spot honeymoon kesukaannya dalam perjalanan ini. Dalam perjalanan kembali ke Tbilisi pun, matanya tidak bisa beralih dari jendela marshrutka yang bergerak cepat menyusuri jalur pegunungan. Angkot khas Georgia ini merupakan andalan penduduk Georgia untuk berpergian ke luar kota. Harganya yang murah merupakan alasan utama kenapa banyak penduduk Georgia yang suka naik marshrutka. Marshrutka di Georgia wujudnya adalah mobil van dengan kapasitas 10 orang dewasa termasuk supir dan tentu berbeda dengan mikrolet di Jakarta. Penumpang membayar ongkos ketika naik ke dalam Marshrutka  dan duduk di kursi yang masih kosong. Jangan berharap akan ada AC dan hiburan musik di Marshrutka. Rata-rata penumpang lokal cenderung diam dan sesekali membuat tanda salib setiap melewati jembatan dan gereja. Relijius sekali ya?

Setelah duduk selama 4 jam di marshrutka, kami pun sampai di terminal Didube. Terminal yang lebih mirip tempat parkir mobil ini sangat ramai dengan penumpang yang hilir mudik berjalan mencari marshrutka dan sopir taxi yang sibuk mencari penumpang. Ramai riuh namun tetap hangat merupakan kesan yang saya dapat dari tempat ini. Tak jauh dari Terminal Didube adalah stasiun Metro Didube yang termasuk dalam jaringan Metro Tbilisi. Untuk menumpang Metro, penumpang harus menggunakan kartu Metromoney yang bisa diisi ulang mirip kartu MRT Singapura. Bermodal kartu ini, kami pun menumpang Metro menuju stasiun Freedom Square untuk mencapai apartemen Airbnb sewaan kami di jalan Rustavelli.

tbilisi-metro-map-eng

Layaknya negara pecahan Soviet lainnya, Georgia juga mewarisi infrastruktur khas Soviet yang kaku dan besar. Stasiun metro di Tbilisi adalah salah satu contoh bangunan yang masih menyisakan kejayaan Uni Soviet di masa lampau. Platform metro terletak begitu dalam dari permukaan tanah dengan struktur bangunan yang kokoh dan terkesan ‘dingin’. Untuk mencapai permukaan, kami harus menggunakan eskalator yang tinggi menjulang dan butuh waktu 10 menit untuk sampai. Ga kebayang kalo eskalator ini mati dan kami harus berjalan menaiki tangga sampai ke atas. Bisa-bisa kaki bakalan gempor dan kaki saya bakalan bengkak lebih parah.

Setelah sampai di Freedom Square, kami pun berjalan menyusuri Rustaveli Avenue yang terkenal sebagai jalan utama di Tbilisi. Jalan yang ramai dengan kendaraan yang lalu lalang ini tidak bisa diseberangi pejalan kaki. Untuk menyeberang, kita harus menggunakan under pass yang berfungsi juga sebagai tempat berjualan. Alhasil, jalanan lancar dan kendaraan bisa melaju dengan kecepatan tinggi. Jalur pejalan kaki luas dan pohon-pohon yang rimbun serta bangunan-bangunan besar khas Soviet membuat pengalaman berjalan kaki di Tbilisi sangat menyenangkan. Setelah berjalan selama 15 menit kami pun sampai di apartemen Temo.

Temo menyambut kami yang kebingungan ketika mencari alamat apartemennya. Bagaimana tidak, google map mengantarkan kami ke depan bangunan tua dengan pintu gerbang yang gelap dan suram. Temo yang sudah menghubungi kami sejak kami sampai di Didube kemudian muncul dan mempersilahkan kami masuk melalui gerbang tua tersebut. Awalnya kami sempat was-was karena foto di Airbnb profile tidak seperti yang kami lihat. Namun ternyata setelah masuk ke dalam apartemen Temo, kami langsung terkejut dengan begitu kontrasnya bagian luar dan bagian dalam apartemen ini. Apartemen Temo begitu rapih dan terkesan mewah dengan sebuah balkon kecil yang menghadap jalan. Cocok untuk duduk dan menikmati sore sambil ngopi. Apartemen ini juga menyediakan mesin cuci, dapur, kulkas dan asiknya lagi Temo tinggal di apartemen sebelah sehingga kami bisa menghubungi dia kapan pun untuk meminta bantuan. Oh iya, ternyata gedung apartemen ini dulunya merupakan tempat tinggal salah satu bangsawan Georgia dan Temo masih merupakan kerabat dekat bangsawan tersebut.

Setelah berada di marushka selama 4 jam, kami memutuskan untuk beristirahat lebih dulu di apartemen sebelum menikmati hari terakhir kami di Tbilisi.Hiks…I hate to leave this wonderful country.

Buat teman-teman yang ingin mencoba menginap ala Airbnb,silahkan gunakan kode referal saya untuk mendapatkan potongan sebesar 28 Euro untuk biaya penginapan Nih link kodenya : Potongan AirBnB . Anda hanya perlu klik dan join Airbnb melalu link diatas dan voucher 28Euro akan ditambahkan di account anda. Silahkan mencoba.

3 Comments

  1. Koh Hendro, boleh info nama apartemen yang di pakai waktu di Tbilisi?
    sepertinya ownernya helpful sekali.. saya masih belum memutuskan antara booking hotel atau pakai airbnb

    terima kasih sebelumnya

Leave a Reply