Usai menikmati makan malam di Samikitno, kami pun kembali ke Apartemen Lasha. Si nyonya yang sudah kenyang dan capek berjalan seharian ingin menikmati waktu istirahat dengan nyaman. Sementara bagi saya yang masih semangat, pulang dan tidur pagi di saat liburan haram hukumnya. Lagipula, ada satu tempat yang ingin saya kunjungi yaitu pemandian air panas di kawasan Abanotubani. Saya sempat mengunjungi tempat ini untuk sekedar survei tadi siang namun belom sempat mencicipi nikmatnya berendam ala Georgia. Malam ini adalah kesempatan saya menikmati kehangatan air yang katanya membuat Alexander Pushkin, sang bapa kesusastraan Rusia, mengalami “lahir baru” usai mengunjungi pemandian air panas di Abanotubani.Saya sudah pernah menikmati Turkish Bath dan kali ini saatnya saya menikmati Georgian Bath.
Berbekal handuk dan sabun sendiri, saya berjalan menuju kawasan Abanotubani. Cafe-cafe dan restoran yang tadi siang sangat sepi sekarang sangat hidup suasananya. Beberapa diskotik dan Strip Club juga menunjukkan geliatnya dengan musik techno dan rombongan muda-mudi Georgia yang hilir mudik masuk ke dalam diskotik untuk menikmati malam yang meriah. Saya sendiri sempat ditawari masuk ke dalam Strip Club namun saya tolak dengan halus.”You don’t like women?” ujar wanita Georgia yang menjadi greeter di depan Strip Club. Dengan enteng saya lambaikan tangan kanan saya yang sudah mengenakan cincin kawin. Sang greeter pun cuma cekikikan sambil melihat saya berjalan pergi.
Setibanya di Abanotubani, saya langsung memilih King Erekle’s Bath. Seorang babushka (wanita paruh baya) yang bertugas sebagai kasir langsung menunjukkan daftar harga mandi. Ternyata ada beberapa harga sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Harga sewa ruangan mandi privat selama dua jam adalah 35 lari ( Rp 175ribuan) dan bisa digunakan oleh maksimal 3 pengunjung. Ada juga ruang umum yang harganya hanya 10 lari namun bergabung dengan pengunjung-pengunjung lainnya. Selain harga sewa ruangan, terdapat juga harga pijat, sabun, rental handuk dan lain-lain.
Setelah membayar di muka, saya langsung diberi kunci ruangan mandi privat yang terdiri dari 3 ruangan berbeda. Ruangan depan adalah ruangan santai dengan sofa dan meja. Di sebelah ruangan santai terdapat toilet dan ruangan utama yang memiliki kolam air panas. Kolam air panas ini memiliki bau belerang yang khas. Airnya beneran panas dan bukan suam-suam kuku. Konon kadar mineral di Abanotubani ini berkhasiat mengobati banyak penyakit termasuk penyakit para Raja Georgia dan para penakluk Tbilisi. Raja-raja Georgia membangun banyak pemandian di Tbilisi dan mewajibkan para pedagang yang mengunjungi Tbilisi dari Jalur Sutra untuk mandi dulu sebelum memasuki kota. Dulunya terdapat banyak pemandian air panas di Tbilisi namun sekarang hanya tersedia beberapa dan terpusat di Abanotubani.
Setelah menanggalkan pakaian, saya langsung menikmati panasnya air belerang di kolam rendam. Rasanya sungguh nyaman. Rasa capek dan pegal-pegal setelah berpetualang panjang serasa hilang dibawa oleh kehangatan air di kolam. Untuk menikmati air panas di pemandian ini, pengunjung wajib telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian apapun. Untungnya saya menyewa kamar privat dan menikmati kolam sendirian. Risih rasanya mandi telanjang dengan orang asing apalagi sesama jenis.
Setelah berendam cukup lama, saya pun berbilas dengan shower dan menggunakan sabun yang saya bawa sendiri. Tidak sampai dua jam, saya sudah merasa cukup menikmati rasanya pemandian ala Georgia. Alexander Pushkin memang benar. Saya merasa “lahir baru”. Badan terasa melayang dan mata pun terasa ingin terpejam. Saya pun harus susah payah berjalan sambil menahan rasa kantuk menuju Apartemen Lasha. Ah I am so ready for tomorrow.
[…] Menikmati Hangatnya Pemandian Air Panas Ala Georgia […]