Setelah makan puas di Freni en Frizioni, perut dan kaki kami sudah siap untuk ritual passegiata khas penduduk Italia. Passegiata adalah kebiasaan berjalan kaki santai ala Italia. Jalan-jalan sekedar menikmati suasana sore sambil bercengkrama dengan teman atau keluarga merupakan bagaimana orang Italia bersosialisasi (selain ngopi, makan malam dan lain-lain tentunya). Di Roma, passegiata adalah wajib bagi saya. Mengikuti rute ala Rick Steve’s, saya menyusuri kembali jalur jalan-jalan santai yang pernah saya jalani dua tahun lalu. Namun kali ini saya tidak lagi sendiri, ada si Nyonya yang menemani dan membuat passegiata kali ini bernuansa romantis ala pasangan honeymoon.
Jembatan Ponte Sisto menyambut kami bagai lengkungan pelangi diatas Sungai Tiber yang mengalir lambat. Muda-mudi berjalan kaki sambil ngobrol dan sesekali berhenti menikmati pemandangan sungai di sore hari yang indah. Kubah Basilica St Peter terlihat nun jauh disana berlatar lembayung langit senja. Si Nyonya terlihat senang menikmati suasana sore yang nyaman ini. Kakinya yang sakit karena salah ukuran sepatu pun terlupa sejenak terbawa oleh ambiance passegiata yang memang memiliki daya sihir memikat. There is something about passegiata that drives people walked so far yet so entertaining.
Kedua pasang kaki kami pun melangkah sampai ke Campo di Fiori. Lapangan yang dulunya merupakan padang bunga dengan sejarah kelam ini telah menjadi pusat keramaian. Muda-mudi Italia yang ganteng-ganteng dan cakep berkumpul di sekitar patung Bruno Giordano sambil menikmati segelas minuman. Sang patung pun menjadi tempat bertengger seekor burung yang tak ketinggalan ingin menikmati sore yang indah ini. Si nyonya sibuk memotret pemandangan sekitar sementara saya berdiri berusaha merekam pemandangan piazza dalam memori saya. Menikmati keindahan dalam keramaian sore yang indah, entah kapan suasana ini akan aku nikmati lagi.
Beralih dari Campo di Fiori, kami melangkahkan kaki menuju Piazza Navona. Piazza besar berbentuk oval yang dulunya merupakan stadium romawi ini masih menarik massa untuk berkumpul. Fountain of Four Rivers dengan sebuah Obelisk merupakan pusat dari Piazza yang ramai ini selain beberapa cafe dan restoran yang nyaris dipenuhi semua oleh turis. Dari kejauhan kami mendengar suara dentuman lagu “Black or White” karya mendiang Michael Jackson, dan benar saja dugaan saya. Seorang penari yang berdandan ala Michael Jackson dengan topi dan baju khasnya menari sendirian dengan kerumunan penonton yang berdecak kagum di sekelilingnya. Kami berhenti dan menikmati pertunjukkan gratis ini sambil bernostalgia dengan lagu Michael Jackson yang meski sudah lawas tetep enak didengar. Piazza Navona dengan keramaiannya memang selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk penduduk lokal dan turis.
Langkah kaki kami selanjutnya membawa kami ke kuil yang dulu didirikan oleh Marcus Agrippa,Pantheon. Bangunan kuil yang sekarang berfungsi juga sebagai gereja ini masih berdiri kokoh dan menawarkan sedikit dari warisan arsitektur Romawi yang memudar. Si nyonya langsung mengajak selfie untuk menandai tempat-tempat yang pernah kami kunjungi. Saya pun kemudian mengajaknya mencicipi es krim yang dulu pernah saya nikmati ketika mengunjungi Pantheon. Il Gelato San Crispino masih menjual gelato otentik Roma yang rasanya sungguh nikmat. Karena masih terjebak nostalgia rasa yang lama, pilihanku tetap jatuh pada gelato coklat,strawberry dan madu yang masih menjadi favorit saya. Si Nyonya yang penggemar fanatik gelato Venchi tetap bersikeras Crispino masih kalah enak dibanding Venchi, namun tiga scoop habis dalam hitungan menit membuktikan sebaliknya.
Berjalan dari Pantheon, kami beralih ke salah satu tujuan turis yang paling populer di Roma. Konon orang yang melempar koin ke air mancur ini akan kembali lagi ke Roma. Trevi Fountain dengan patung Neptune sang dewa laut yang berdiri dengan gagahnya menyambut kami dan juga ratusan turis lainnya yang bergerombol di pinggir air mancur. Banyak turis sibuk berselfie, minum bir sambil menggoda pasangannya,ada juga yang membelakangi air mancur dan kemudian melempar koin yang kemudian tercemplung ke kolam bergabung dengan ribuan koin di dalamnya. Konon koin-koin ini selalu dikumpulkan setiap hari dan uangnya digunakan untuk amal. Entah benar atau tidaknya legenda ini, saya dan si Nyonya pun ikutan melempar koin untuk sekedar kekinian saja. After all, dua tahun lalu saya tidak melempar koin ke Trevi Fountain yang sedang direnovasi kala itu, tapi saya kembali juga ke Roma.
Usai menikmati keindahan Trevi Fountain dan keramaiannya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir kami yaitu Spanish Steps. Tangga yang dipopulerkan oleh Audrey Hepburn dan Gregory Peck di film “Roman Holiday” ini belum lama dibuka lagi setelah direnovasi beberapa lama. Berjalan menyusuri Via di Propaganda bersama pasangan memang lebih greget ketimbang berjalan sendirian ala jomblo dua tahun lalu. Ada teman bercanda dan tangan untuk digandeng sambil menikmati suasana malam yang hangat di Roma. Ketika kami sampai di sebuah tiang besar yang ternyata adalah Collona dell Immacolata, kami berhenti sebentar untuk menikmati pemandangan malam. Suasana romantis dengan lampu jalan, gedung-gedung kuno dan jalan berbatu membuat banyak pasangan yang terlena dan berhenti sejenak untuk sekedar bercengkrama. Saya dan si Nyonya pun demikian.Kami berhenti dan ngobrol sambil menikmati pemandangan. There is something in the air tonight. All of us feel it and nothing can deny the charm of Rome.
Kunjungan kami ke Spanish Steps tidaklah lama. Walaupun terkenal sebagai tempat ngumpul yang asik, Spanish Steps sekarang terlampau ramai dan penuh dengan turis yang duduk-duduk menikmati minuman. Terlalu ramai buat kami.Ah lebih baik kembali ke hotel dan beristirahat, demikian saran si Nyonya kepada saya. Akhirnya passegiata la dolce vita kami akhiri dengan menumpang bis dan trem kembali ke Trastevere. Jalan malam singkat namun berkesan mendalam bagi kami berdua. Rome is truly la dolce vita.
[…] Romansa Roma : Jalan Jalan Romantis dari Trastevere sampai Spanish Steps […]
Dear
Ko Hendro. Mantap ko….
Ko gimana caranya dari Spanish steps ini ko hendro balik ke hotel di trastevere ? Cara naik bus / trem ? Dan hotelnya di trastevere apa ko ?
Salam,
Indra
Hi Indra, kami jalan kaki lagi ke dekat Trevi Fountain dan dari jalan dekat sana kami naik bis no 62 dan lanjut tram ke Trastevere. Disarankan untuk memiliki koneksi internet biar gampang navigasi jalan dan cari tau rute kendaraan umum via googlemap. Kami nginap di B&B Gli Scalini di Trastevere