Amalfi Coast Honeymoon (part 2) : Boncengan Mesra sampai Ravello

Setelah tidur ngorok semalaman, saya terbangun di pagi yang cerah sementara si nyonya masih puas tertidur. Kebiasaan bangun pagi saya memang sukar hilang walaupun lagi liburan. Segera, saya menuju dapur untuk membuat secangkir kopi. Ternyata Luigi dan istrinya belum menyiapkan sarapan pagi dan dapurnya yang super bersih bikin hati jiper untuk sekedar membuat kopi. Namun, candu kafein lebih kuat reaksinya dibanding rasa sungkan. Akhirnya saya pun nekad membuat kopi dengan coffee maker Italia yang tampak asing bagi saya (lah biasanya bikin kopi tubruk kok). Hasilnya bisa diduga. Tumpahan kopi berceceran di meja, lap kering jadi basah karena dipake buat ngelap kopi tumpah tapi saya berhasil membuat secangkir kopi yang rasanya encer dan tak karuan rasanya.

Setelah ngopi singkat, saya pun membangunkan si nyonya dan kami bersiap untuk menjelajahi Amalfi Coast dengan scooter. Awalnya kami berencana untuk menjajal jalur trekking Path of Gods yang terbentang dari Bomerano sampai Positano. Namun karena kaki si nyonya sakit akibat salah memakai sepatu, akhirnya rencana ini kita ganti menjadi naik motor mengunjungi kota-kota cantik di sepanjang Amalfi Coast. Setelah bersiap, kami pergi ke dapur untuk sarapan yang sudah dipersiapkan oleh Luigi. Namun si Luigi mukanya rada asem dan saya langsung sadar penyebabnya. ” Andrew,Did you make the coffee this morning?” tanyanya dengan ekspresi datar. Saya pun mengiyakan dan meminta maaf karena membuat dapurnya berantakan. Reaksi Luigi datar dan malah meminta saya untuk sarapan lagi. Hmm..dia marah ato mang gitu ya orangnya? Saya pun bingung.

Usai sarapan kami berjalan menuju rental motor Rent2Ride yang terletak tak jauh dari stasiun kereta Salerno. Pagi itu sudah ada dua orang Swiss yang sedang mengurus dokumen penyewaan. Tampaknya menyewa motor di Italia tidak sesimple di Thailand. Penyewa harus mengisi formulir, menyertakan SIM untuk kendaraan roda dua (tidak perlu SIM Internasional) dan kartu kredit yang kemudian didebit sebanyak 500euro sebagai jaminan. Jaminan akan dikembalikan setelah motor dikembalikan. Kami pun kemudian menyewa sebuah scooter dengan transmisi otomatis 150cc seharga 45 euro selama 10 jam. Si pemilik rental pun kemudian mengeluarkan motor dan kami pun siap meluncur di jalan sepanjang garis pantai Amalfi ini.

Seperti negara-negara Eropa lainnya, kendaraan di Italia mengadopsi setir kiri sehingga kendaraan yang kecepatannya lambat wajib berada di lajur kanan. Bingung? Intinya terbalik dengan Indonesia deh. Kalo angkot di Jakarta mau menepi, kenek bakalan teriak “kiri..kiriiii!!” kalo di Italia mungkin teriak, “kanan..kanan..” hahaa. Singkat kata, si scooter pun membawa kami keluar dari Salerno menuju jalan SS 163 Amalfitana atau yang lebih dikenal dengan Amalfi Coast Road. Amalfi Coast Road terbentang dari Salerno sampai Sorrento menghubungkan berbagai kota tepi pantai Amalfi yang indah. Ravello, Amalfi, Positano, dan banyak kota lainnya semua terhubung oleh jalur ini. Terletak di antara pegunungan yang menghadap ke Laut Mediterania, jalur ini menawarkan pemandangan menakjubkan pegunungan dan laut yang indah. Belum lagi bangunan-bangunan di kota-kota yang dilalui jalan ini yang indah dan unik. Namun di sisi lain, jalan ini juga dikenal berbahaya dan banyak terjadi kecelakaan. Jalur yang berkelok-kelok ditambah dengan lebar jalan yang hanya dua jalur (kadang menyempit menjadi satu jalur), ini sering juga dilalui oleh bis besar yang mengangkut turis. Saat membaca review jalan ini di Tripadvisor.com, banyak netizen yang berkomentar negatif tentang jalan ini. “This road has seen many accidents. Riding a scooter on this road is clearly out of the question.” Begitu salah satu komentar netizen yang sempat membuat saya ragu menjajal jalur ini. Taaapiiii..berbekal filosofi praktis saya “If you can ride in Jakarta, you can ride anywhere in the world.”, saya pun nekad menjajal rute “maut” ini.

Jalan 4 jalur dari Salerno kemudian menyempit menjadi dua jalur ketika keluar dari Salerno. Tanpa menunggu lama, pemandangan indah lautan Mediterania dengan warna birunya pun terlihat.”Wooohooooo!!” saya dan nyonya langsung bersorak kegirangan melihat pemandangan indah ini. Jalan berkelok dan naik turun pun menjadi hiburan karena pemandangan Amalfi Coast ini serius bikin mata terhibur. Kami pun terus melanjutkan perjalanan motoran kami sampai ke Ravello.

Ravello adalah sebuah kota kecil yang dulunya didirikan oleh bangsawan Romawi dan terus ditinggali sampai sekarang. Kota yang letaknya di atas bukit sekitar satu jam berkendara dari Salerno ini merupakan tempat para seniman, komposer sampai penulis mengasingkan diri. Para seniman ini tertarik dengan suasana tenang dan pemandangannya yang indah. Richard Wagner, komposer terkenal dari Jerman pada abad ke 18, sangat menyukai tempat ini dan konon beberapa mahakaryanya terinspirasi dari pemandangan di Ravello. Sekarang Ravello menjadi terkenal karena menjadi salah satu setting film Wonder Woman yang diperankan si jelita Gal Gadot beberapa bulan lalu.

Karena terletak di atas bukit, perjalanan menuju Ravello didominasi oleh jalan menanjak terutama setelah belokan dari kota Castiglione. Untungnya motor ini memiliki mesin 150cc sehingga tidak masalah untuk ngebut sampai ke puncak. Di tengah perjalanan semua kendaraan yang menuju ke atas berhenti dan kita harus menunggu giliran dengan kendaraan yang turun. Jalannya terlalu sempit untuk dua arah tampaknya. Setelah kurang lebih sejam dari keberangkatan kami, kami sampai di Ravello.

Ketika sampai di Ravello, kami langsung berjalan menuju Villa Rufolo, destinasi utama kami. Ketika sampai di pintu masuk, kami berniat menggunakan Campania Artecard kami sebagai kartu diskon, ternyata kami malah bisa masuk gratis. Lumayan ga usah bayar 7 euro per orang he3.Villa Rufolo dibangun oleh keluarga Rufolo, salah satu bangsawan Italia yang kaya raya. Setelah berganti kepemilikan berkali-kali, Vila ini jatuh ke tangan Francis Neville Reid, seorang  warga Skotlandia yang kemudian merestorasi vila ini ke wujudnya sekarang. Apa istimewanya villa ini? Villa ini memiliki bangunan abad pertengahan dengan kebun bunga serta balkon yang menghadap ke garis pantai Amalfi sehingga kita bisa menikmati pemandangan laut dengan latar bangunan kuno. Richard Wagner yang begitu mencintai tempat ini kemudian menginspirasi pengelola untuk mengadakan konser setiap musim panas. Pada saat kami disana,persiapan untuk konser sedang dimulai. Panggung dengan latar belakang pemandangan Laut Mediterania dan kursi sedang dipersiapkan. Kami berjalan di taman penuh dengan bunga berbagai warna dan menikmati pemandangan laut dari balkon. Sungguh berasa dunia milik berdua, sempurna deh bulan madu kali ini.

Selain menikmati pemandangan, kami juga mampir ke menara di Villa Rufolo yang sekarang berfungsi sebagai museum. Berbagai lukisan dan juga foto dipamerkan disini namun yang paling keren adalah pertunjukan sinar laser yang disinkronisasi dengan kontur bangunan. Dari puncak menara, kami bisa melihat pemandangan Teluk Salerno dan sekitarnya yang indah, namun angin yang kencang akhirnya membuat kami memilih turun dan kemudian mampir ke sebuah cafe untuk mencicipi minuman khas Italia Selatan yaitu Limoncello. Awalnya ini adalah ide si nyonya yang kepengen tahu minuman khas daerah pesisir Amalfi. Tentu saja saya menyarankan Limoncello. Sayangnya, dia ga tau kalo ini sejenis liquor dengan kadar alkohol yang lumayan. Setelah meneguk satu gelas kecil, dia pun merasa kepala melintir dan pusing. Buat saya yang terbiasa dengan wine, limoncello berasa sirup lemon biasa. Akhirnya kami duduk sebentar sambil ngakak karena si nyonya baru pertama kali ngerasain pusing karena alkohol. Setelah si nyonya mulai pulih, kami pun kemudian melanjutkan perjalanan menuju Positano.

2 Comments

Leave a Reply