Jalan-Jalan Naples (Part 1) : Dari Mosaik Erotis sampai Altar Maradona

Naples (Napoli) adalah suatu kota dengan dua polar yang sangat berbeda. Di satu sisi kota ini terkenal akan reputasi buruknya sebagai sarang Camorra alias mafia Italia, kebersihannya yang kurang terjaga akibat seringnya serikat pekerja fasum mogok, sampai ke grafitti yang menghiasi banyak bangunan di kota asal pizza ini. Di sisi yang lain Napoli memiliki banyak daya tarik yang membuat pengunjung seperti saya merasa betah dan ingin tinggal lebih lama. Orang Italia dimanapun tidak ada yang menyangkal kalau pizza terenak berasal dari Naples. Bangsa Perancis yang pernah menguasai Naples memberi pengaruhnya dalam bentuk kue-kue manis yang amat menggoda. Bangsa Spanyol juga meninggalkan arsitektur dan jalan dengan nama Spanyol seperti Via Toledo.Lokasinya yang strategis tak jauh dari Gunung Vesuvius dan Teluk Naples, membuat Naples memiliki bentang alam yang indah. Selain itu kota ini juga kaya akan peninggalan sejarah. Didirikan oleh kolonis Yunani, Naples yang dalam bahasa Italia bernama Napoli ini tumbuh menjadi pusat kebudayaan Helenis diluar Yunani. Bangsa Romawi, Normandia, Perancis juga menambahkan pengaruhnya di kota ini. Begitu kayanya Naples dengan peninggalan budaya sampai kita dapat mengunjung reruntuhan kota kuno, bangunan istana, sampai kastil kokoh yang berdiri di atas bukit. Sayangnya semua potensi wisata ini ternoda oleh reputasi buruk Naples dan membuat kota ini hanya sebagai batu pijakan untuk mengunjungi Pompeii dan Sorrento.

Setelah mengunjungi Herculaneum dan Pompeii seharian kemarin, sekarang giliran saya dan si nyonya menikmati kota Naples yang unik ini. Setelah menikmati pemandangan Gunung Vesuvius dan Teluk Naples dari balkon apartemen, saya dan si nyonya pun bergegas keluar mencari sarapan pagi. Pagi menurut orang Italia adalah di atas jam 8 pagi sehingga jalan-jalan di sekitar Salvator Rosa sangat sepi. Kami berjalan kesana kemari dan tidak menemukan cafe yang buka. Akhirnya setelah jam 8 lewat, kami menemukan sebuah toko roti yang buka. Ketika masuk ke toko roti ini, saya langsung merasa menemukan surga. Berbagai jenis kue-kue khas Italia Selatan seperti Canoli,Baba, dan kue tart terpampang dengan indahnya di etalase toko. Sebagai pecinta makanan manis, saya langsung kebingungan hendak mencoba yang mana. Setelah mondar mandir sampai membuat karyawan toko senyum-senyum bingung, akhirnya pilihan saya jatuh ke Baba dan Sfogliatelle sementara si nyonya puas dengan satu pie buah.  Trust me, I have never tasted better pastries and sweets like these before. It tasted so good, that I had another one and another.

Setelah menikmati sarapan manis nan bikin nagih di toko roti ini, kami pun memulai perjalanan kami keliling Naples hari ini. Metro Line kuning membawa kami menuju tujuan kami yang pertama yaitu Naples National Archeological Museum. Museum ini merupakan salah satu museum era klasik yang paling terkenal di Italia. Koleksi peninggalan Yunani dan Romawinya begitu lengkap dan membuat penggemar sejarah bagai orang kelaparan di restoran mewah tapi gratis. Saya dan istri menggunakan Campania Artecard untuk masuk ke museum ini karena ada potongan 50% tiket. Lucunya, kami malah masuk gratis tanpa harus membayar lagi. Semestinya kami harus membayar tiket karena kami sudah menggunakan “jatah” gratis kami di Herculaneum dan Pompeii kemarin. Kami pun bergegas masuk menikmati koleksi patung-patung dari zaman Yunani dan Romawi kuno. Sebagian besar dari koleksi arkeologi di museum ini berasal dari Pompeii,Herculaneum dan daerah sekitarnya. Konon Raja Charles dari Dinasti Bourbon (Perancis) yang mendengar kabar ditemukannya kota Pompeii,meminta harta-harta yang ditemukan disana untuk dikumpulkan di museum buatannya. Ada banyak patung yang indah disini, namun yang paling terkenal adalah Patung Hercules Farnese dan Patung Bull of Farnese yang dulunya menghiasi Bath of Caracalla di Roma. Patung Bull of Farnese ini menggambarkan suatu eksekusi mengerikan dari seorang wanita bernama Dirce yang diikat oleh dua pria di tanduk banteng sementara seorang wanita lainnya berdiri menonton. Patung ini merupakan patung pualam terbesar yang pernah ditemukan di Roma dan sempat dipoles oleh Michaelangelo, sang seniman Renaissance kenamaan tersebut.

Setelah puas melihat-lihat patung Romawi di bagian Farnese, kami pun berjalan menuju bagian paling menarik dari Museum ini yaitu Secret Cabinet. Secret Cabinet adalah ruangan yang berisi mosaik-mosaik dan patung bertema erotis yang ditemukan di Pompeii dan sekitarnya. Konon ketika ditemukan, sang raja memerintahkan semua mosaik dan patung ini disembunyikan agar tidak merusak moralitas para bangsawan. Ada satu saat bahkan patung dan mosaik ini hendak dihancurkan,untungnya tidak jadi. Sekarang kita dapat menikmati peninggalan bersejarah ini dengan bebas. Ada patung Faun, sejenis makhluk berbadan manusia tapi berkaki kambing yang menggoda seorang wanita cantik yang ternyata hermaprodit (berkelamin ganda) sampai mosaik posisi ehem yang ditemukan di rumah bordil di Pompeii.Saya dan si nyonya cuma tersenyum geli melihatnya haha. Selain mosaik tersebut, terdapat juga mosaik raksasa yang menggambarkan pertempuran Alexander Agung melawan Raja Darius. Mosaik ini diambil dari House of Faun di Pompeii. Mosaik yang berasal dari abad kedua Masehi ini menggambarkan tiap tokoh dengan sangat realistis dan kita bisa menebak dengan mudah siapa yang memenangkan pertempuran tersebut hanya dengan melihat mimik kedua pemimpin pasukan.

Mengikuti jalur Naples Walk dari Rick Steves, kami menyebrang jalan menuju Galleria Principe di Napoli. Pusat perbelanjaan yang dibangun pada abad ke 19 ini dulunya merupakan pusat perbelanjaan yang terkenal di Naples. Ketenarannya menyamai Paris dan kala itu Naples merupakan tujuan turis di Eropa yang wajib dikunjungi ketika mengunjungi Italia. Sekarang pusat perbelanjaan ini kosong dan tidak ada satu toko pun yang buka. Saya dan si nyonya sibuk berfoto sambil mengagumi arsitekturnya yang mewah. Agak miris melihat bangunan seindah ini dibiarkan saja tanpa penghuni. Setelah keluar dari Galleria Principe, kami sampai di sebuah piazza dengan perumahan yang padat di kiri dan kanannya. Uniknya kami menemukan sisa tembok kota dari zaman Yunani kuno tak jauh dari Piazza ini. Tembok kuno seperti ini biasanya merupakan tembok kota yang melindungi kota dari serangan musuh. Lokasinya menandakan bagian dalam dan luar kota. Ternyata Naples sudah berkembang sampai keluar kota kunonya. Setelah melewati sebuah gerbang kota, kami sampai di sebuah Piazza besar yang bernama Piazza Dante. Piazza dengan patung Dante, sang pujangga kebanggaan Italia yang saya kunjungi makamnya di Ravenna. Di sekitar piazza ini terdapat banyak toko buku yang menjual buku bekas. Sayangnya sebagian besar buku tersebut berbahasa Italia, sehingga saya tidak membeli satu buku pun.

 

Langkah kami pun membawa kami sampai ke Via Toledo dulunya merupakan jalan untuk kepentingan militer di masa pendudukan Spanyol. Sekarang jalan ini adalah akses terdekat menuju Spaccanapoli, jalan yang membelah Naples menjadi dua bagian. Jalan ini merupakan bagian kota tua Naples yang sangat menarik dengan bangunan-bangunan Neoklasik,gereja-gereja dan piazza-piazza yang ramai dengan penduduk sekitar. Saya pernah mendengar adanya altar Diego Maradona di Napoli dan kali ini saya sengaja mencari tahu keberadaannya. Berjalan di Spaccanapoli, kami menelusuri jalan-jalan ramai dan menikmati suasana Naples yang rame tapi tetep asyik. Setelah bertanya pada seorag pemuda yang memberikan flyer iklan restoran kepada kami, kami pun menemukan altar tersebut di dalam sebuah cafe bernama Bar Nilo.

Diego Armando Maradona adalah pemain sepakbola berkebangsaan Argentina yang pernah membela Napoli selama 8 tahun dan sukses mengantarkan Napoli merajai papan atas Seri A Liga Italia. Penduduk Napoli yang fanatik dalam hal sepakbola menganggap Maradona sebagai simbol harapan dan perlawanan terhadap masyarakat Italia bagian utara dan tengah yang mendominasi persepakbolaan Italia.  Ketika Maradona pergi untuk membela Sevilla, penduduk Napoli bersedih dan mengutuk. Beberapa dari mereka sampai membangun altar yang berisi foto, rambut Maradona dan juga airmata para pendukung. Walaupun altar ini cuma semacam “lelucon”, altar ini menarik minat turis untuk datang dan berfoto,termasuk saya. Namun hati-hati, jangan pernah berfoto tanpa membeli kopi dahulu di Bar Nilo, atau bakalan dibentak sama yang punya cafe.Saya sempat dibentak karena tidak membeli kopi hehe.(to be continued)

 

One comment

Leave a Reply