Honeymoon Trip Highlight : Mengunjungi San Marino, Negara Mungil di Gunung Titano

” Say, cepet bangun. Kita bakalan pindah negara hari ini.”  Si nyonya bangun sambil ngedumel kebingungan mendengar  saya ngomong dengan santainya barusan. Ketika rohnya sudah terkumpul semua, dia baru nyadar kalau kita akan mengunjungi San Marino, salah satu negara terkecil di dunia (nomor tiga setelah Vatikan dan Monaco).

 

Terletak di pegunungan sekitar 10 km dari Rimini, San Marino merupakan daya tarik wisata bagi turis manca negara maupun turis lokal. Pemandangannya yang indah dan suasana kastil abad pertengahan membuat banyak turis yang kesengsem mengunjungi negara yang luasnya tidak lebih besar dari salah satu kecamatan di Jakarta. San Marino didirikan oleh Marinus, seorang tukang batu beragama kristen yang mengungsi untuk menghindari penindasan tentara Romawi. Didirikan pada tahun 301 M, negara ini mengklaim sebagai negara republik tertua di dunia. Walaupun statusnya adalah negara berdaulat, negara ini sangat bergantung pada Italia dan pandangan politiknya pun selaras dengan Italia.

Setelah berberes-beres, kami pun berjalan menuju bus stop menuju San Marino yang terletak di seberang stasiun kereta Rimini Centrale, tak jauh dari restoran Burger King. Tiket bis menuju San Marino bisa dibeli di Tabacchi seharga 10euro pulang pergi. Jadwal bis tertera di halte dan bis datang on time sesuai dengan jadwal. Di musim panas banyak turis yang mengunjungi San Marino dari Rimini, sehingga umumnya bis penuh dengan penumpang. Karena sudah tahu tentang hal ini, kami pun berangkat jam 8 pagi menuju San Marino.

 

Perjalanan menuju San Marino menempuh jarak 10 km saja, namun karena jalannya berkelok-kelok, kami sampai sejam setelah keberangkatan. Ketika sampai di pelataran bawah San Marino, kami seolah pindah ke kota abad pertengahan lengkap dengan jalan berbatu dan lorong-lorong yang sempit. Bendera-bendera warna warni dengan simbol kuno menghiasi kiri kanan jalan dan jalan berbatu serta menanjak seolah menunggu para turis menapakinya. Kami pun berjalan mengikuti kemana jalan menanjak ini membawa kami. San Marino memang merupakan kota berbenteng, dari parapet (celah tempat pemanah berlindung), kami bisa menikmati pemandangan lembah ala Italia lengkap dengan rumah-rumah batu dan perkebunan anggur. Di hari yang cerah, kita juga bisa melihat Rimini dan Laut Adriatik nun jauh disana.

Daya tarik utama San Marino adalah Tiga Menara yang menjadi simbol dari negara ini.  Tiga menara tersebut adalah Guaita,Cesta, dan Montale. Menara Guaita merupakan menara yang paling tua dan paling umum dikunjungi oleh turis. Di menara ini kita dapat mengunjungi penjara dan menikmati pemandangan yang indah dari puncak menara. Cesta, menara kedua, menyimpan museum San Marinus dan museum perlengkapan perang abad pertengahan. Montale, menara ketiga, merupakan menara paling kecil dan memiliki penjara seperti menara Guaita. Dua dari tiga menara yang berdiri kokoh di ibukota San Marino yang juga bernama San Marino ini dibuka untuk umum namun kita harus membayar tiket untuk mengunjunginya. Kami membayar 4.5 euro perorang untuk mengunjungi satu menara.

Setelah membayar tiket, kami berdua berjalan menanjak menuju Guaita. Ngos-ngosan sambil sesekali ngaso di kursi yang untungnya disediakan di pinggir jalan, kami “menikmati” pendakian kami menuju Guaita. Guaita dikelilingi benteng dengan batu yang kokoh. Ketinggian menara ini merupakan kunci pertahanan negara yang terletak di atas bukit ini. Saya ga bisa membayangkan bagaimana menyerang benteng yang tinggi dan terjal ini. Selain memiliki lokasi yang strategis, San Marino juga terkenal dengan perlengkapan perangnya yang terbilang mutakhir di jamannya. Penduduk San Marino ahli dalam menggunakan busur silang dan meriam. Sebuah meriam dengan bola sebesar bola bowling terdapat di menara ini. Setelah berjalan melewati jalan menanjak, kami masuk kedalam menara yang semakin naik ke atas semakin sempit. Pada saat menaiki lantai tertinggi menara, kami harus menggunakan tangga kecil yg nyaris vertikal. Pemandangan dari menara ini sungguh luar biasa dan bila ada yang mengidap penyakit vertigo, dijamin pasti melintir pusing disini.

 

Selain mengunjungi menara-menara di San Marino, kami juga mengunjungi Basilica San Marinus yang dibangun untuk menghormati pendiri negara ini, Santo Marinus. Basilica yang dari luar mirip dengan kuil romawi ini merupakan bangunan gereja yang aktif dan ada misa dalam bahasa Italia tiap harinya. Berjalan-jalan di San Marino tidak lengkap rasanya tanpa menikmati makanan khas negara ini. Karena terletak di dalam propinsi Emilia Romagna, makanan khas San Marino pun sama dengan makanan di wilayah ini. Saya mencicipi Piadina yaitu roti tipis mirip kebab dengan isi keju dan ham. Rasanya gurih dan sedikit keasinan buat saya tapi enak juga mengingat saya makan dengan sebotol bir. Ada banyak restoran di San Marino dan harganya pun sedikit mahal mengingat tempat ini merupakan  destinasi turis. Banyak dari restoran ini menyediakan menu turistico (menu turis) yang terdiri dari makanan pembuka sampai penutup. Harganya pun lumayan, yaitu 15 euro untuk seluruh satu menu turistico. Souvenir yang bisa dibeli di negara ini cukup beragam dari yang standar seperti gantungan kunci, magnet kulkas sampai pedang dan busur silang asli. Niat hati pengen membeli sebuah pedang namun mana mungkin bisa lewat keamanan bandara. Salah-salah malah ditahan polisi he3. Akhirnya saya pun berpuas diri dengan mendapatkan souvenir khas San Marino yaitu stempel dan perangko di paspor saya, sebagai bukti pernah ke San Marino.

Setelah berkeliling-keliling di San Marino selama 5 jam, kami pun segera kembali ke Rimini untuk melanjutkan perjalanan kami ke Ravenna. Bis menuju Rimini menunggu kami di tempat yang sama ketika kami sampai pagi tadi. Dalam perjalanan kembali ke Rimini, si nyonya tertidur senderan di bahu sementara saya beristirahat sambil menikmati pemandangan bentang alam Emilia Romagna dengan ladang anggur dan pegunungannya.

9 Comments

  1. Halo ko…kalau bus dari rimini yang san marino itu ada beberapa schedule ya ko.
    Apa cuma 2 x ya kalau tidak salah ?
    Kalau saya berangkat pagi dari venice apa ke kejar nga ko ke rimini lalu ke san marino.
    Mohon infonya ko…

  2. Halo ko hendro…
    Ko saya mau tanya nih tentang rute kereta. Kalau sy berangkat dr station venezia s. lucia ke rimini apa benar nga ko kalau saya pilih rute seperti ini.

    Berangkat dari Venezia S. Lucia to Rimini Stazione (16.42 – 20.34)

    1. Dari venezia s. lucia ke ferrara (16.42 to Ferrara 18.09)
    Kereta Regionale Veloce (RV) 2243
    Transfer : 5 minutes

    ii. Dari ferrara ke Ravenna (18.14 – 19.26) kereta Regionale (RE) 6525
    Transfer : 9 minutes

    iii. Dari Ravenna ke rimini stazione (19.35 – 20.34) kereta Regionale (RE) 3013

    Pertanyaan saya pak,
    Apakah waktu 5 dan 9 menit cukup untuk transfer keretanya ?
    Apakah mencari kereta itu hanya tinggal mencari berdasarkan no kereta saja ?

    Mohon masukan dari ko hendro.
    Terima kasih ko sebelumnya,
    Salam,
    Indra

    • hi indra, jadwalnya sudah benar dan 5 atau 9 menit bisa dibilang cukup untuk stasiun kecil seperti di ravenna, rimini atau ferrara. Kalau di Termini mungkin tidak akan cukup karena luasnya. pastikan indra mendownload aplikasi trenit sebelum berangkat. aplikasi ini berguna untuk memeriksa jadwal kedatangan kereta dan berada di peron (dalam bahasa italia dsebut binario) nomor berapa. Pastikan selalu mencek ulang nomor peron dengan pengumuman di layar yang ada di stasiun.

Leave a Reply