Bologna : Si Merah dari Emilia Romagna

Fly Pgs begitu kode pesawat Pegasus Air yang kami tumpangi dari Istanbul ke Bologna,Italia. “Sounds more like Fly Pigs, ya say?” begitu komen saya tentang maskapai murah asal Turki ini. Maskapai Pegasus Air memiliki jaringan layanan yang luas dari domestik sampai internasional. Cakupannya bahkan sampai ke Georgia dan Jerman. Untuk Italy, Pegasus melayani penerbangan dari Istanbul ke Bologna, Roma, Venice sampai ke Milan. Saya sendiri sudah beberapa kali menggunakan maskapai penerbangan ini beberapa kali tahun lalu ketika mengunjungi Turki. Pelayanannya profesional dan cukup nyaman. Uniknya di menu makanan ada Pop Mie yang bisa dipesan selama penerbangan. Indomie ternyata menemukan pangsanya di Turki juga.

Setelah 2 jam berada di udara, pesawat kami pun mendarat di Bandara Guglielmo Marconi. Segera udara khas iklim Mediterania berhembus menyambut kami dengan hangatnya. Tanpa menunggu lama kami pun kemudian melewati imigrasi dan bergegas ke kota Bologna untuk mencicipi kuliner ala Emilia Romagna. Base (tempat menginap) kami di provinsi Emilia Romagna ini bukanlah Bologna, melainkan Rimini. Rimini adalah sebuah kota wisata yang terletak di pinggir Laut Adriatik sekitar  2 jam naik kereta dari Bologna. Setelah menimbang-nimbang untung rugi dan jarak, kami menjatuhkan pilihan kami kepada Rimini sebagai base. Selain harga penginapan yang lebih murah dibandingkan dengan Bologna, Rimini juga dekat dengan Ravenna dan San Marino, dua kota eh (satu kota dan satu negara). So, kami hanya mampir ke Bologna untuk lunch..sounds like a snob huh?

Sangat mudah mencapai Bologna dari Bandara Guglielmo Marconi, kami hanya perlu naik bis Aerobus yang berangkat tiap 10 menit di luar bandara. Tiket bisa dibeli lewat mesin yang menggunakan uang logam atau kartu kredit di dalam bandara. Pada saat kami disana, ada beberapa remaja Italia berseragam yang bertugas membantu para turis untuk membeli tiket. Walaupun mesin tiket menggunakan berbagai bahasa termasuk bahasa Inggris, bantuan anak-anak muda ini sangat bermanfaat apalagi buat yang gaptek macam saya. Setelah membeli dua tiket, kami pun segera menuju bis menuju Bologna Centrale (stasiun kereta utama Bologna).

Bologna la rossa atau si merah Bologna, begitulah orang Italia memanggil kota ini. Asal usul nama rossa (merah) ini berasal dari warna merah bata yang merupakan warna dominan bangunan di kota ini. Selain La rossa, Bologna juga dikenal dengan sebutan La Grassa,atau si gemuk, karena makanannya yang berminyak namun lezat. Bologna dikenal dengan saus ragu (daging) yang mantap. Saking mantapnya, nama spaghetti yang paling terkenal pun menggunakan nama Bologna (Spaghetti Bolognaise). Walaupun jika kita mencari nama spaghetti bolognaise di menu, kita tidak akan menemukan namanya. Spaghetti Bolognaise di Bologna sendiri bernama Spaghetti Ragu dan jangan bilang mau mesen spaghetti Bolognaise kalo ga mau dianggap sebagai turis.

Setelah menitipkan tas di stasiun Bologna Centrale, kami kemudian berjalan menuju pusat kota Bologna yaitu Piazza Maggiore melalui Via dell’ Indipendenza. Via dell’ Independenza merupakan jalan panjang yang terbentang dari seberang Bologna Centrale menuju Piazza Maggiore. Jalan ini merupakan surga para pembelanja dan turis yang ingin menikmati jalan santai. Di kiri-kanan jalan ini terdapat jalur pejalan kaki yang dilindungi oleh atap bangunan yang disebut portico. Portico dulunya banyak terdapat di kota-kota Eropa dan portico di Bologna masih terawat dengan baik. Sepanjang jalan kami melewati pertokoan dan cafe tempat penduduk bersantai sambil ngopi. Sungguh tempat yang nyaman untuk bersantai sejenak.

Langkah kaki kami kemudian membawa kami sampai di Piazza Magiore. Piazza Magiore adalah alun-alun utama di Bologna. Di alun-alun ini terdapat salah satu gereja terbesar di dunia yaitu Basilica San Petronio, city hall dan Fontana di Nettuno yaitu air mancur dengan patung Dewa Neptus berdiri kekar dengan trisulanya. Sayangnya air mancur ini dalam kondisi direnovasi ketika kami sampai.Kami pun kemudian berjalan menuju Basilica San Petronio yang terletak tak jauh dari air mancur. Basilica San Petronio dibangun untuk menghormati Santo pelindung kota Bologna yaitu San Petronio. Gereja ini merupakan proyek ambisius kota Bologna untuk membangun gereja yang megah bahkan lebih megah dari Basilica St Peter di Roma. Namun gereja ini tidak pernah selesai dibangun dan sekarang kita masih bisa melihat kondisi setengah jadi bangunan ini bahkan dari facade (tembok depan gereja). Interior basilica terasa agung dengan langit-langit yang luas dan tinggi. Tidak bisa dibayangkan jika gereja ini selesai dibangun,pasti lebih megah dari gereja-gereja lain di Italia.

Usai mengunjungi Basilica San Petronio, kami pun berjalan menuju Osteria del Podesta, sebuah restoran kecil yang terletak tak jauh dari gereja tersebut. Ada banyak jenis restoran di Italia. Ada Osteria, tratoria, Ristorante, Enoteca dan sebagainya. Osteria berarti restoran kecil yang biasa menjual wine tapi juga menu makan yang sederhana. Osteria tidak memiliki daftar menu selengkap Ristorante tapi tetap menyajikan makanan yang tak kalah lezat. Di Osteria del Podesta si nyonya memesan spaghetti ragu alias spaghetti “Bolognaise” dan saya mencoba Gnocchi dengan saus carbonara. Tentu saja tidak lengkap rasanya makan ala Italy tanpa wine. Sungguh pasangan yang sempurna. Duduk makan dan ngobrol sambil menikmati suasana kota merah di sore hari memang menyenangkan. Tanpa terasa sudah tiba waktu kami untuk kembali ke stasiun Bologna Centrale untuk melanjutkan perjalanan ke Rimini. Singkat namun kenyang,begitulah kesan kami terhadap La Rossa Bologna.

 

5 Comments

Leave a Reply