Usai menikmati sarapan dimsum yang luar biasa bikin kenyang, kami pun berjalan sambil memegang perut kenyang kami menuju Hotel. Langkah yang berat ditambah obrolan dan candaan konyol tentang “mabok dimsum” mengiringi kami sampai di Cititel Hotel. Ternyata breakfast masih disajikan dan gejolak aji mumpung pun muncul. Saya masuk ke restoran Jepang di hotel yang saat pagi berfungsi sebagai tempat sarapan. Secangkir kopi panas dan beberapa potong buah pun menambah penghuni perut yang semakin membuncit ini.
Tepat pukul 10 pagi, tour guide kami pun menggiring semua peserta tour yang sebagian besar guru-guru ini (so freakin obvious..) menuju bis. Tujuan kami pagi ini adalah Penang Hill ( atau Bukit Bendera demikian penduduk Melayu menyebutnya) dan Kuil Khe Lok Si. Keduanya terletak tak jauh dari Georgetown dan merupakan tempat wisata yang layak dikunjungi di Penang. Penang Hill adalah nama bukit yang dulunya merupakan tempat peristirhatan para kolonis dari Inggris yang berusaha “kabur” dari panasnya Georgetown. Bertempat di Air Itam, Penang Hill hanya sekitar 6 kilometer jauhnya dari Georgetown dan masih tetanggaan dengan Kuil Kek Lok Si. Sepanjang perjalanan, Vincent (Tour Guide kami) menjelaskan banyak hal tentang masyarakat Penang dan juga sejarah Penang Hill.Setelah kurang lebih setengah jam kami pun sampai di Penang Hill dan disambut oleh banyaknya pengunjung hari itu. Maklum, pertengahan bulan Desember juga merupakan saat liburan sekolah bagi penduduk Malaysia dan Penang Hill adalah salah satu tempat tujuan wisata favorit mereka.
Setelah mengantri sebentar di antrian express kami pun kemudian diarahkan menuju furnicular (semacam kereta tram) yang akan membawa kami menuju Penang Hill. Kereta bergerak perlahan-lahan menuju puncak dan membuat kami seolah naik roller coaster. Pengen jerit2an seru sambil melihat pemandangan nanjak? Pilihlah tempat duduk paling depan dekat Pak Sopir, dijamin seru!
Setelah kurang lebih 10 menit, kami pun sampai di puncak Penang Hill. Udara sejuk pun berhembus menyambut kedatangan kami. Beberapa teman-teman langsung pasang badan berfoto dengan furnicular dan berjalan ke platform untuk menikmati pemandangan Georgetown dari atas. Jejeran rumah dan gedung-gedung terlihat jelas bahkan gedung KOMTAR, icon Georgetown, pun terlihat jelas. Penang Hill yang sekarang berbeda dengan 5 tahun lalu ketika aku datang berkunjung pertama kalinya. Dulu, Penang Hill sepi dan tidak banyak orang berjualan. Suhunya pun dingin sampai berkabut. Sekarang ada banyak penjual makanan dan oleh-oleh sampai pijat refleksi di puncak Penang Hill. Selain menikmati pemandangan Georgetown dari atas, kami kemudian berfoto di Kuil Hindu dan Mesjid yang juga terdapat di sini. Then what? Sebenarnya tidak banyak yang bisa dilakukan di Penang Hill. Saya pun sebenarnya lebih menikmati perjalanan naik dan turun dengan tram ketimbang berjalan-jalan di puncak Penang Hill. Namun meski begitu, duduk menikmati desir angin dan menatap pemandangan Georgetown sungguh merupakan pengalaman yang menyenangkan.
Usai mengunjungi Penang Hill, kami pun bergerak menuju tujuan kami yang selanjutnya yaitu Kuil Kek Lok Si. Kuil Budha yang didirikan selama lebih dari setengah abad ini merupakan kuil Budha terbesar di Asia Tenggara. Kuil ini terkenal dengan patung Dewi Kuan Yin ( Dewi Welas Asih) berukuran raksasa yang berdiri menjulang di puncak Kuil. Rombongan kami pun bergegas meninggalkan bis dan menaiki tangga yang kiri kanannya penuh dengan penjual oleh-oleh dan makanan. Tangga yang cukup terjal ini kemudian membawa kami menuju Liberation Pond (Kolam Kebebasan) yang penuh dengan kura-kura hijau yang berenang ke sana kemari. Beberapa dari kami membeli seikat kangkung dan kemudian memberi makan kura-kura yang kayaknya udah kelaperan lama. Setangkai demi setangkai kangkung direbut dan dilumat dengan ganas oleh kura-kura kelaperan tersebut sampai Vincent kemudian mengingatkan waktu kita tidak banyak.
Kami pun kemudian berjalan melewati kios pakaian dan restoran vegetarian yang uniknya ada di bagian kuil ini. Langkah kaki akmi kemudian membawa kami di pelataran luas dan kuil bawah yang kala itu juga ramai dikunjungi oleh turis manca negara. Vincent mengingatkan waktu kami hanya setengah jam disini. Saya pun agak terkejut karena kuil luas ini mana mungkin bisa dikunjungi hanya dalam waktu setengah jam. Untungnya saya sudah pernah berkunjung ke kuil ini sebelumnya sehingga tidak begitu kecewa. Beginilah ikut tour, waktu sempit dan terkesan hanya sampai untuk berfoto tanpa menikmati esensi kunjungan ke tempat tersebut. Alhasil untuk mengobati kekecewaan teman-teman saya kemudian menjelaskan apa saja yang bisa dilihat di bagian atas kompleks kuil. Kompleks atas kuil menyimpan banyak patung Budha dan juga dewa-dewi yang dikenal dalam agama Konghucu. Harmoni antara dua agama ini memang sering terjadi di kebudayaan Tiongkok dan merembet sampai ke Asia Tenggara. Salah satu dari patung yang ada di Kuil ini adalah Patung Dewi Kuan Yin yang terbuat dari perunggu dan tingginya 30 meter. Patung ini terletak di pelataran atas kuil dan untuk mencapai kuil ini kita kudu naik tram selama kurang dari semenit. Patung dewi welas asih ini dilindungi oleh sebuah kanopi besar yang indah dan penuh dengan ornamen khas Tiongkok.Selain patung tersebut, kita juga bisa mengunjungi pagoda bertingkat 7 yang dibangun dengan gaya Tiongkok,Thailand dan Burma. Pagoda ini menyimpan patung Budha yang merupakan pemberian Raja Bhumibol dari Thailand. Ketika menaiki pagoda ini sampai puncaknya kita akan disuguhi pemandangan indah kompleks kuil dan kawasan Air Itam.
Usai mengunjungi Kuil Kek Lok Si, aku menyempatkan diri untuk “kabur” sebentar dengan dua orang teman ke pasar Air Itam yang hanya 2 menit berjalan kaki dari tempat parkir. Pasar Air Itam merupakan tempat masyarakat sekitar berbelanja sayuran dan daging namun tempat ini juga terkenal dengan Laksa Air Itam-nya yang terkenal. Laksa khas Penang yang rasanya asam manis pedas ini patut dicoba ketika mengunjungi Penang. Sayangnya kala itu, kami tidak punya waktu untuk menikmati semangkuk laksa. Akhirnya kami pun membeli beberapa pia dan kue manis di toko kue yang ada disana. Penjualnya yang manis senyumnya dan akhlaknya membuat teman saya jatuh hati dan berjanji akan kembali datang untuk membeli dirinya eh kuenya. Kembali ke bis dengan belanjaan kue membuat kami disoraki teman-teman yang ternyata sudah menunggu cukup lama. Malu hati akhirnya kami duduk dan perjalanan menuju makan siang pun dilanjutkan. Ah perjalanan trip hari ini pun selesai dan waktu bebas kami pun tiba. Hmm..yang gue pengen sekarang adalah makan laksa penang dan es cendol…ah lanjut di postingan berikutnya saja.
More info about Penang Hill & Kek Lok Si
- Penang Hill dapat dicapai dengan menumpang bis no Bus 201, 203, 204, 206, 306, atau 502 dari KOMTAR. Dari arah KOMTAR, bis akan sampai terlebih dahulu ke Kek Lok Si sebelum sampai ke Penang Hill.
- Tiket masuk Penang Hill untuk warga negara non Malaysia sebesar 30 ringgit untuk jalur biasa dan 60 ringgit untuk jalur cepat (fast lane).
- Jika anda ingin tantangan, anda bisa mencapai Penang hill dengan berjalan kaki selama kurang lebih 3 jam dari Penang Botanical Garden.
- Kuil Kek Lok Si dapat dikunjungi secara gratis namun anda harus membayar 4 ringgit untuk naik tram menuju Patung Dewi Kuan Yin. Untuk menaiki Pagoda, anda juga diminta untuk memberikan sumbangan, namun saya lupa berapa tepatnya (maklumlah..kemaren itu kan ga naek he3)
Photo credits to : Leo Andy (buat foto2 lengkap Penang di trip kita dulu), Putri, Natalie, Hui-Hui, dan Ms Marilou.