Hikayat Penang ala Guru Kelana : Gendut teratur ala Nasi Beratur

Jika ditanya kota mana di Malaysia yang paling saya sukai, tanpa ragu saya akan menjawab Penang. Bagaimana tidak, sejak pertama kali saya mengunjungi kota ini di awal karir saya sebagai pengelana, saya sudah mengunjungi Penang sebanyak 7x! Apa sih istimewanya Penang? tanya teman saya yang sempat heran karena saya sering mampir ke kota bekas jajahan Inggris ini. Pertanyaan yang susah-susah gampang buat dijawab. Banyak orang yang menganggap Penang merupakan tempat berobat murah ketimbang Singapura, makanya kalo saya bilang mau ke Penang biasanya ditanya, “lu sakit dro?”. Lah kok sakit? orang mau travelling kok. Emang mau liat apa di Penang? Nah..ini dia yang susah dijawab. Penang tidak memiliki daya tarik  metropolitan seperti Singapura atau Kuala Lumpur yang punya banyak shopping mall dan pusat hiburan ala kota besar. Penang juga tidak punya pantai indah ala Phuket atau Phi-Phi tempat kita bisa berjemur atau menikmati olah raga air. Bagaimana dengan kehidupan malam ala Pattaya atau Clark Quay? Hahaha becanda luh..the closest you can get to a night life is having some lok-lok (sate celup) at Lebuh Chulia! Walau minim dengan hiburan ala metropolitan,Penang menawarkan hal lain yang tak kalah serunya, kuliner dan warisan budaya!

 

Setelah menempuh perjalanan transit dari Jakarta-Kuala Lumpur-Penang selama setengah hari, kami pun sampai di Georgetown, ibukota negara bagian Penang pada malam hari. Usai check in, tentu saja saya tidak menunggu waktu berlama-lama untuk jalan-jalan malam di Georgetown (karena tidur di hotel sebelum jam 12 malam itu merupakan penistaan traveling). Hotel yang kami tinggali (Cititel Express) terletak sangat dekat dengan KOMTAR(pusat transportasi dan bisa dibilang jantungnya Georgetown, jika nyasar carilah gedung KOMTAR yang tinggi bulat menjulang sebagai petunjuk jalan). Berbekal pengalaman mengunjungi Penang berkali-kali, saya pun dengan percaya diri membawa teman-teman berjalan menuju Lebuh Chulia untuk melanjutkan makan malam kali kedua (sebelumnya panitia tour telah membawa kami makan di sebuah restoran ala Melayu di Lebuh Pantai). Ada atmosfer yang menyenangkan tiap kali berjalan-jalan di Georgetown. Bangunan-bangunan tua peninggalan etnis Tionghoa,Melayu, India dan kolonial Inggris membuat suasana menjadi romantis dan penuh dengan kenangan. Sesekali kami melewati penjual makanan dan Kopi Tiam yang masih buka dan sibuk melayani pembeli yang lapar. Aku pun sesekali harus mengingatkan teman-teman yang sudah tak sabar ingin mencoba makanan ala Penang. Sabar broo..Lebuh Chulia sudah dekat, ntar puas-puasin deh.

Setelah berjalan selama 20 menitan, kami pun sampai di Lebuh Chulia dan tanpa menunggu komando, rombongan pun terpencar ke arah para hawker (penjual makanan) berada. Ada yang bergerombol di Lok-Lok  sambil mengunyah sate celup. Ada juga yang duduk-duduk menunggu mie wantan dihidangkan. Ada juga yang sibuk berjalan kesana kemari kebingungan hendak makan yang mana duluan. Lebuh Chulia memang merupakan jalan yang ramai dengan penjual makanan di kala malam tiba. Lokasinya yang tak jauh dari Love Lane (jalan yang identik dengan kawasan backpacker) membuat jalan ini ramai dikunjungi oleh turis manca negara. Tidak seperti teman-teman lain yang sibuk dengan kunyahan-nya, saya sibuk berjalan kesana kemari menghampiri teman-teman dan memotret suasana jalan Lebih Chulia yang ramai. Lapar? tentu saja, tapi saya menyisakan ruang untuk Nasi Kandar Beratur yang memang menjadi tujuan utama saya jalan-jalan di Penang kali ini (lebay..ya gitulah).

Nasi Kandar Beratur mungkin merupakan restoran nasi kandar paling terkenal di pulau Penang. Uniknya, restoran ini hanya buka di malam hari yaitu pukul 10 malam dan tutup menjelang subuh. Gila kan? Siapa juga yang mau makan makanan seberat nasi kandar (FYI nasi kandar adalah nasi dengan bumbu kari dan lauk pauk yang mirip nasi padang ala malaysia) malem2? Eits jangan salah, restoran ini sudah terkenal enaknya sampai antrian pun sudah mengular sebelum restoran dibuka. Nasi Kandar Beratur terletak dekat dengan Mesjid Kapitan Keling dan anda ga bakalan susah nyari restoran ini. Cukup liat antrian orang di sepanjang jalan saja, nah itu pasti Nasi Kandar Beratur. Setelah mengantri selama setengah jam, akhirnya sepiring nasi kandar dengan lauk telur dan ayam serta kuah kari yang banjir pun terhidang di depan mata. Menatap hidangan yang lezat di depan mata ini, saya merasa berdosa terhadap badan terutama pada lemak perut yang semakin tebal. Ah bodo deh, kalo mau diet mending ga usah ke Penang. Sesuap demi sesuap, nasi kandar pun kulahap. Kegurihan bumbu dan pulennya nasi beradu dengan renyahnya ayam goreng khas mamak (india muslim). Paduan rasa yang sempurna ini membuat saya lupa dengan rasa bersalah yang saya alami beberapa detik sebelumnya. Ah inikah nikmatnya dosa? Tidak butuh waktu lama, aku pun kemudian menghabiskan sepiring nasi kandar tersebut. Berjalan sendiri menuju hotel dengan perut yang penuh, diriku kemudian merenung. Georgetown yang romantis dan kaya dengan kuliner, apakah yang akan kau sediakan bagiku esok hari? Sudikah keteguhan imanku berkompromi dengan kelezatan hidanganmu? Ah semoga aku kuat iman. Esok hari memiliki kesusahannya sendiri..biarlah esok menawarkan makanannya sendiri.

img_8811
picture random dekat Cititel Express (kehadiran foto ini tidak ada hubungannya dengan artikel dan semata-mata karena penulis kurang kerjaan saja)

 

 

 

 

 

 

4 Comments

  1. Pantai di Penang juga kece loh mas Hendro. Saya sempat main ke pantai yang di utara pulau, lupa namanya dan gak banyak orang di situ, berasa milik pribadi. Pantainya juga punya batuan granit seperti di Belitung.

    btw, salam kenal ya.

    .: Efi :.

Leave a Reply