Alkisah seorang solo traveler asal Indonesia, sebut saja namanya Andi, sedang nongkrong di Sultanahmet Square sambil menikmati pemandangan Hagia Sophia dan keramaian daerah kawasan turis yang tidak pernah sepi ini. Sambil mengunyah simit, Andi duduk santai sendirian sambil senyum-senyum sumringah karena akhirnya setelah menabung selama setahun, impiannya buat jalan-jalan ke negeri Attaturk akhirnya kesampaian. Sambil berselfie ria, Andi mengungkapkan kesenangannya dengan mengupdate foto ke account Instagramnya  dengan caption “ Istanbul, here I am #istanbul #turki #yolo #solotraveler”. Tingkahnya mengundang kedatangan seorang pria ramah bernama Hasan yang kemudian menghampirinya .

Hasan : “Hallo. Where are you from, my brother? My name is Hasan. I am from Cyprus and I am on holiday in Istanbul.”

Terkejut sekaligus senang karena ada yang mengajak ngobrol, Andi pun kemudian meresponi dengan hangat pembicaraan Hasan. Alhasil mereka kemudian ngobrol ngalor ngidul seputar Istanbul, rencana perjalanan sampai situasi Jakarta. Setelah bercakap-cakap selama 15 menit, Hasan kemudian mengajak Andi untuk pergi minum-minum di cafe yang asik dan happening katanya.

Hasan : “ Let’s have a drink. The night is still young. I will introduce you to my beautiful cousin Gizem. She is single and she would love to meet you, my brother. Don’t worry I will treat you.”

Tergoda dengan iming-iming dikenalkan dengan gadis Turki yang cantik, akhirnya Andi pun mengiyakan ketika diajak Hasan minum-minum di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari Sultanahmet Square. Hasan, Andi dan seorang perempuan cantik bernama Gizem pun terlibat percakapan yang hangat sambil ditemani beberapa botol Efes dan beberapa piring mezes. Setelah beberapa lama, Hasan pamit ke toilet dan suasana pun berubah. Pemilik cafe datang dan membawa tagihan dengan harga yang tidak wajar. 1000 Lira hanya untuk 3 botol Efes dan 4 piring mezes. Andi yang bingung pun kemudian menanyakan mengapa harganya mahal. Pemilik cafe tidak mau peduli dan memaksa Andi untuk membayar. Beberapa pria dengan perawakan sangar pun datang dan mengerumuni Andi seolah mengintimidasi Andi agar menuruti kemauan sang pemilik cafe. Andi berharap Hasan yang tadi pamit ke toilet untuk datang dan menjelaskan semua. Namun Hasan tak kunjung datang dan akhirnya Andi terpaksa mengalah dan membayar. Andi kehilangan nyaris separuh budgetnya untuk berjalan-jalan di Turki dan kemudian harus meminta bantuan keluarganya di tanah air untuk mengirimkan uang ke rekening tabungannya. Awal liburan yang buruk untuk Andi yang sudah lama bermimpi berjalan-jalan di negara yang terkenal ramah ini.

Cerita diatas adalah cerita fiksi yang terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata yang umum terjadi di Istanbul terutama di kawasan turis seperti Sultanahmet dan Taksim. Biasanya oknum scammer akan mengincar solotraveler dari Asia yang terkenal ramah dan murah senyum. Setelah oknum menentukan target, mereka akan langsung menghampiri lalu  membuka pembicaraan dengan modus pura-pura meminjam pemantik rokok ,bertanya arah, atau langsung berkenalan. Jika target memberikan respon positif, maka akan dilanjutkan dengan mengajak makan atau minum di cafe. Jika target mengiyakan, nah sukses besar buat sang oknum. Target dibawa ke cafe,diajak ngobrol sambil ditemani cewek, lalu dipaksa bayar tagihan yang mahalnya nujubilehh. Scam yang populer di Istanbul ini (saya tidak pernah menemukan scam model begini di luar Istanbul) sudah lama terjadi di Istanbul namun uniknya masih banyak turis yang termakan mentah-mentah dan kemudian mengeluh di social media bahwa Istanbul rawan scam dan tidak aman.

Seperti kota-kota besar tujuan turis di dunia, Istanbul tidak luput dari oknum-oknum pelaku kejahatan yang mengincar turis-turis lugu. Paris terkenal dengan copet-copetnya yang agresif, Roma terkenal dengan kelihaian copetnya yang sangat profesional, Athens yang terkenal dengan berbagai scam dari friendship bracelet sampai  free rose dll. Berbeda dengan kota-kota tersebut kejahatan terhadap turis di Istanbul seperti cerita di atas sifatnya lebih pada interaksi sosial dan lebih mudah dihindari ketimbang copet di Roma atau Paris. Saya sendiri tidak pernah terkena scam di Istanbul walaupun beberapa kali saya menjadi target oknum seperti cerita di atas. Ketika saya berjalan di Sultanahmet dan Istiklal Street ada saja yang meminjam korek api  walau terlihat jelas mereka perokok berat  dan tidak mungkin ga punya korek api. Respon saya biasa saja. Diajak ngobrol, saya juga ngobrol. Namun ketika diajak minum-minum tentu saja saya menolak dengan alasan mau tidur cepat atau ada janji dengan teman lain. Biasanya si oknum tidak akan memaksa dan akan pergi meninggalkan saya begitu saja.

Banyak teman-teman yang juga mengeluhkan tentang bagaimana agresifnya pria-pria Turki terhadap turis Asia. Di Istanbul, saya bahkan pernah bertemu dengan seorang turis asal RRT yang tidak berani keluar hostel selama 3 hari hanya karena diajak makan malam oleh seorang pria Turki. Katanya dia mengalami perlakuan yang berbeda dan dia merasa tidak aman. Saya pun agak heran dengan perlakuan paranoid turis ini dan memilih tidak mengambil kesimpulan apapun. Dalam kasus ini, menurut saya keramahan ala Turki mungkin disalahartikan sebagai agresif untuk kita yang dibesarkan dengan budaya Timur yang lebih pasif dan tertutup. Saya sering terkejut dengan keramahan penduduk Turki yang berlebihan ketika saya berada di Turki. Ketika bertanya alamat, tak jarang saya malah diantar. Ketika berjalan kaki di bawah terik mentari dan opsi saya hanya terus berjalan atau menumpang mobil yang lewat, nyaris tidak ada mobil yang menolak saya tumpangi, bahkan ada yang menawarkan untuk mengantar sampai terminal. Saya tidak pernah mengalami bahaya apapun, Thank God, walaupun teman-teman saya selalu kaget akan kebiasaan hitchiking saya di Turki.

Mengenai copet di Turki, saya tidak pernah menemui satu pun yang berhasil atau mencoba mencopet saya. Entah karena saya kelewat waspada (teman-teman saya menganggap saya sebagai orang yang paranoid dan selalu berada dalam kondisi bahaya sampai instingnya pun terlalu tajam) atau memang saya beruntung. Ketika naik bus malam, saya nyaris tidak pernah tidur karena memang saya tidak bisa tidur dengan kondisi duduk dan saya selalu waspada dengan gerak gerik mencurigakan di sekeliling saya. Tas berisi barang berharga saya taruh disamping tempat duduk dan saya biasanya sibuk nonton film atau mendengarkan musik sementara penumpang di samping saya tertidur pulas.

Akhir kata, saya menyimpulkan bahwa scam dan petty crime (kejahatan kecil) umum terjadi di kota-kota besar tujuan turis dunia ,tanpa pengecualian Istanbul. Namun jangan sampai rasa takut kena scam dan copet malah mengurungkan niat anda untuk berwisata. Dengan persiapan yang matang dan selalu waspada, anda dapat menikmati jalan-jalan anda dengan aman. Happy Traveling!

4 Comments

  1. Tricky juga ya, mas. Mengingat warga Istanbul sendiri mas bilang ramah dan baik banget sampai mau nganter, lalu modus scam-nya adalah beramahtamah. Berarti intinya jangan mau kalo diajak ke cafe, ya.
    Lalu aku bingung, 1000 Lira itu ada penjelasan nggak kenapa jadi mahal? Lalu karena katanya modus ini udah marak, tidak adakah usaha dari para pemilik cafe untuk membantu para korban?

    • Diajak ke Cafe sama some random stranger itu big no no apalagi di Istanbul. Biasanya pemilik cafe yg sekongkol dengan pelaku,semacam kejahatan terorganisir gitu.klo solotraveling apalagi co,iini target utama mereka.

Leave a Reply