Last day shopping di Istanbul : Grand Bazaar dan Spice Market

Terbangun di kamar dormitory yang dingin, aku segera bangun dan teringat kembali bahwa hari ini adalah hari terakhirku di Turki. Perjalanan yang kumulai dari Kars sampai ke Istanbul selama 15 hari akan berakhir malam ini ketika pesawat Emirates yang kutumpangi terbang menuju Dubai. Turki yang indah dengan penduduknya yang ramah dan hangat selalu membuatku betah mengunjunginya. Turki memang seperti sahabat lama yang tinggal jauh dan menunggu dengan setia untuk kukunjungi.

 

 

Setelah mandi dan berberes, aku pun pergi ke roof top untuk sarapan. Rooftop Antique Hostel adalah tempat yang asyik untuk duduk menikmati secangkir kopi dan roti sambil menikmati pemandangan Laut Marmara yang tenang. Pagi itu aku duduk dan sarapan bersama Christian dan Monchita, pasangan suami istri asal Indonesia yang baru saja sampai di Istanbul semalam. Pasangan ini ternyata sudah booking tour menuju Cappadocia  dan Pamukkale dengan agen tour lokal. Kami pun ngobrol-ngobrol mengenai tempat wisata di Turki yang akan mereka kunjungi. Setelah menikmati sarapan, aku pun kemudian beranjak pergi menuju Grand Bazaar untuk belanja oleh-oleh.Namun ketika berjalan menuju stasiun tram Sultanahmet, aku pun mampir ke Blue Mosque yang tidak kukunjungi dua tahun lalu ketika pergi ke Istanbul pertama kalinya. Dua kali berniat masuk ke mesjid yang berdiri berhadapan dengan Hagia Sophia ini,namun selalu terbentur kendala.Kali ini aku berhasil masuk dan menikmati keindahan mesjid dengan arsitektur wahid ini. Blue Mosque mendapat nama biru karena warna keramik biru yang dipakai di mesjid ini. Mesjid ini dibangun diatas fondasi Istana Kekaisaran Byzantium dan merupakan salah satu bangunan mesjid terindah di dunia.

Ketika berpergian, hal yang paling terakhir kulakukan adalah belanja. Aku tidak begitu suka aktivitas yang menyita waktu dan uang ini. Berkeliling mencari oleh-oleh di pasar membuatku bingung, apalagi kalau belanja di Grand Bazaar  Istanbul yang terkenal sangat luas. Pasar tertua di dunia ini bagaikan selasar dengan banyak toko dengan beragam barang dagangan dari pakaian, perkakas, perhiasan sampai buah-buahan kering pun dijual disini. Aku berjalan berkeliling dari satu lorong ke lorong lain sambil melihat-lihat barang apa yang harus kubeli untuk keluarga di rumah.Para penjaga toko yang awas menyadari kehadiranku di Grand Bazaar yang sepi pagi itu. Satu persatu dari mereka memanggil dengan ramah dan mengajak ngobrol. ” My friend, come and let me show you my carpets, you don’t have to buy”.Biasanya amat sulit menolak ajakan ini, karena umumnya mereka sangat ramah dan pandai membuat pembeli merasa “ga enakan” kalau keluar toko tanpa membeli apa-apa. Hal ini juga terjadi padaku yang keluar dari sebuah toko pashmina dengan selendang berwarna merah tanpa tahu untuk siapa aku beli barang ini. Akhirnya setelah berkeliling dan menghindari beberapa penjual kaos dan karpet yang terus mengajak untuk mampir dan minum teh, aku pun membeli beberapa tas wanita dengan desain khas Ottoman. Tentu saja, ini bukan tanpa perjuangan. Aku harus menawar harga dengan gigih sampai akhirnya sang penjual ikhlas melepas harga sesuai dengan kesepakatan kami.

img_8056
Hasil belanja di Grand Bazaar

Usai mengunjungi Grand Bazaar, aku kemudian berangkat kembali menuju hostel dan menaruh barang-barang belanjaan di loker. Ketika sampai di hostel, aku bertemu dengan Christian dan Monchita serta Iswadi yang tinggal di dorm sebelah kamarku semalam.Mereka bertiga kemudian berencana untuk berlibur bersama dan akan membeli tiket bis menuju Goreme. Aku pun menawarkan untuk membantu mereka setelah selesai belanja. Setelah selesai membereskan barang, aku pun kembali ke stasiun tram Sultanahmet menuju Kabatas dan melanjutkan ke Istiklal Street.

Di siang yang cerah itu, Istiklal Street tampak sepi dibandingkan dengan semalam. Aku berjalan melewati toko-toko di sepanjang jalan yang populer di kalangan turis sebagai tempat belanja kelas atas ini. Sepasang seniman jalanan bernyanyi di pinggir jalan dikerumuni oleh para pejalan kaki yang terhibur dengan nyanyiannya yang merdu. Sebuah tas hitam terbuka di samping sang penyanyi yang kian terisi lira dan kurus yang dilemparkan oleh pejalan kaki yang menikmati alunan nada sang penyanyi dan saxophone yang dimainkan rekannya. Sempat berdiri selama beberapa menit menikmati musik indah sang seniman jalanan, aku pun kemudian melanjutkan untuk berbelanja. Aku pergi ke toko yang semalam kukunjungi untuk membeli sebuah kaos Games of Thrones sebagai oleh-oleh. Gara-gara diburu-buru kemarin aku tidak sempat melihat model yang lain, lalu aku pun kemudian mengacak-ngacak koleksi Games of Thrones toko ini dan mendapatkan kaos Jon Snow.

Ketika keluar dari toko, kebetulan tram nostalgia yang berwarna merah putih tersebut sedang terparkir di depan menunggu penumpang. Seumur-umur, aku belum pernah naik tram legendaris yang menjadi salah satu icon Istanbul ini. Tanpa menunggu panjang lebar, aku pun kemudian langsung mengambil Istanbulkart, memindainya pada pintu masuk dan masuk ke dalam tram yang kapasitasnya terbatas ini. Tram kemudian bergerak perlahan menyusuri Istiklal Street sambil membunyikan suara loncengnya yang khas. Aku pun mengabadikan pemandangan sekitar Istiklal Street dengan action camera yang kubawa. Perjalanan singkat menuju Taksim Square pun cukup menyenangkan karena hembusan angin segar dari luar tram membuat adem di siang yang terik ini. Sesampainya di Taksim Square, aku pun menengok kebelakang untuk melihat Istiklal Street untuk terakhir kalinya.Ah semoga aku akan segera kembali ke sini. Ups..ternyata perutku pun berbunyi,sambil menengok kembali ke arah Taksim Square, aku yang masih terngiang-ngiang enaknya rasa kunefe yang kumakan di Antalya, kemudian berjalan menuju cafe at Hafidz Mustafa yang terletak di seberang Taksim Square. Hafidz Mustafa bisa dibilang merk Turkish Delight yang populer di Istanbul. Cafe ini terkenal menjual Turkish Delight dan manisan yang rasanya mantap. Aku pun kemudian duduk dan memesan sebuah kunefe coklat. Kunefe yang aslinya keju lumer disiram dengan sirup manis kali ini ditambah dengan lezatnya coklat dan taburan serbuk pistachio. Rasanya manis menggoda. Sangat gurih n bikin nagih namun mengingat bahaya diabetes, aku pun hanya makan satu saja dan itu pun sudah cukup.

Usai berbelanja baju di Istiklal Street dan menyantap kunefe, aku pun kembali naik tram menuju Spice Market di Eminonu untuk berbelanja oleh-oleh khas Turki yaitu Lokum (Turkish Delight). Dibanding mengunjungi Grand Bazaar yang luas dan bikin nyasar, aku lebih suka belanja di Spice Market yang berukuran lebih kecil. Sesuai namanya, Spice Market menjual banyak rempah-rempah yang harum dan buah-buahan kering yang enak. Sekedar jalan-jalan di Spice Market saja sudah membuat mata segar karena banyak barang dagangan yang berwarna-warni sungguh membuat lapar mata. Para penjual di Spice Market juga ramah dan biasanya berusaha menebak dari mana turis datang dan menyapa mereka dengan bahasa asal mereka. Lucunya, mereka semua gagal menebak dari mana aku berasal. Dari Anyong Haseo, Nihao sampai Konichiwa dan akhirnya aku pun berkata ” Assalammualaikum, I am from Indonesia”. Mereka pun tertawa dan berkata “apa kabar”. Turis Indonesia cukup populer di Istanbul karena hobi belanjanya, dan dijamin jika anda pergi belanja di Spice Market atau Grand Bazaar, anda akan mendapati pemilik toko yang bisa berbahasa Indonesia atau Melayu.

Walaupun Spice Bazaar adalah tempat yang asik untuk cuci mata, namun untuk belanja Lokum dan buah-buahan kering, tempat paling murah adalah di gang di luar Spice Market. Di gang ini banyak toko kecil yang menjual buah-buahan kering, kacang-kacangan, rempah-rempah sampai Lokum dan teh yang harum. Saat itu gang ini sedang ramai diserbu penduduk lokal yang sedang bersiap untuk lebaran keesokan harinya. Aku harus berpepetan membeli oleh-oleh khas Istanbul ini. Untungnya semua barang dagangan sudah diberi harga dan kita tidak perlu bertanya berapa harganya. Cukup bilang seberapa banyak yang kita mau dan penjual akan menimbang dan kita tinggal membayar sesuai harga. Ketika berada di sini, yang tidak berniat belanja pun kemudian ngiler untuk membeli. Aku yang niatnya cuma mau beli Turkish Delight, akhirnya pulang ke Sultanahmet dengan sekilo buah ara, 4 kotak Turkish Delight, Love Tea, dan sekilo kacang almond.

Sekembalinya di Antique Hostel, aku bertemu dengan teman-teman dari Indonesia yang kutemui pagi tadi. Karena aku masih memiliki waktu sekitar 5 jam sebelum berangkat ke airport, aku pun kemudian menawarkan untuk menemani mereka menuju otogar. Christian dan Monchita memutuskan untuk pergi jalan-jalan mandiri bersama Iswadi dan tidak jadi ikut tour. Sayangnya ketika sampai di otogar, tiket menuju Pamukkale telah ludes dan mereka tidak bisa membatalkan tour yang sudah mereka pesan sebelum sampai di Turki. Kami pun kemudian kembali ke Sultanahmet dan berpisah. Aku bergegas ke Palatium Restaurant yang terletak tak jauh dari hostel untuk makan malam. Nah, Palatium Restaurant ini merupakan restoran unik yang berdiri di atas situs istana Kekaisaran Byzantium (saya akan menulis artikel khusus tentang restoran ini). Suatu pengalaman yang unik serta membuka persepsi baru tentang kawasan Sultanahmet dan sejarahnya.

Usai menghabiskan seporsi kofte dan salad, aku pun kemudian berangkat menuju Sabiha Gokcen Airport dengan shuttle yang sudah kupesan dari hostel. Minivan putih ini membawaku melewati jalan-jalan kecil di Sultanahmet sampai jalan utama di samping Selat Bosphorus, hanya sekitar 40 menit aku pun sampai di bandara Sabiha Gokcen. Tak terasa perjalananku selama 15 hari di Turki telah selesai. Semua kenangan indah dari reruntuhan Ani,birunya pantai Kaputas, hangatnya Antalya dan Istanbul yang historis membuat aku sulit untuk meninggalkan negara yang indah ini. Semoga di kesempatan yang lain, aku dapat kembali lagi ke negara Ataturk ini. Güle güle, eski dostum. Until I see you again.

Tips belanja di Grand Bazaar dan Spice Market :

  1. Grand Bazaar sebenarnya lebih ditujukan untuk para turis sehingga harganya cukup tinggi dan barang yang dijual juga lebih ke pernak pernik dan oleh2 khas Turki. Namun berarti anda tidak usah pergi ke Grand Bazaar, pengalaman belanja dan menawar harga di Grand Bazaar sangat menyenangkan. Ketika berbelanja,selalu menawar dan jangan lupa tersenyum dan bercanda dengan penjualnya. Jangan pasang muka serius karena penduduk Turki pada dasarnya suka bercanda dan ngobrol.Latihlah skill tawar menawar anda di sini. Grand Bazaar juga sangat luas dan membingungkan jadi jangan lupa membawa peta atau bertanya pada orang sekitar jika anda nyasar. Harga barang-barang di kios luar Grand Bazaar lebih murah dibanding dengan di dalam Grand Bazaar.Jadi sebelum membeli, mungkin anda bisa survei harga dahulu.
  2. Jika anda berniat membeli Turkish Delight dan buah-buahan kering di Spice Market, pertimbangkan untuk membeli di gang di samping Spice Market. Harga di sini lebih murah dibandingkan dengan harga di dalam Spice Market. Jika anda berniat membeli gantungan kunci atau pernak-pernik khas Turki, ada sebuah toko pernak pernik di dalam Spice Bazaar yang harganya murah meriah. 1 gantungan kunci hanya 1 lira dan jika anda membeli lebih dari 10, biasanya penjual akan memberi bonus. Anda penggemar kopi hitam? Di gang luar Spice Market ada toko kopi bubuk merk Mehmet Efendi yang harum dan nikmat. Harganya pun terjangkau dan ga nyesel deh klo beli.

 

Leave a Reply