Ngemil Kumpir di Ortakoy dan Jalan-jalan Malam di Istiklal Street

Setelah kembali dari Uskudar, dengan badan yang segar dan bersih habis nge-hamam, aku pun melanjutkan perjalanan menuju Ortakoy. Ortakoy adalah nama distrik dekat Beksitas yang terkenal akan mesjid Ortakoy yang indah. Jika anda pernah naik Bophorus Cruise, anda pasti pernah melewati mesjid indah berwarna putih gading yang berdiri di tepi Selat Bosphorus. Mesjid  yang dibangun dengan gaya Neo Baroque ini merupakan salah satu bangunan mesjid paling indah di Istanbul. Dibangun untuk Sultan Abdulmecid, mesjid ini didesain oleh duet bapak dan anak dari Armenia yang bernama Garabet Amira Balyan dan Nigogayos Balyan yang juga mendesain Istana Dolmabahce.

IMG_8024
Mesjid Ortakoy

Untuk mencapai Ortakoy dari Kabatas tidaklah sulit. Aku hanya perlu berjalan menuju terminal bis Kabatas dan naik bis 25E dan turun di halte Ortakoy. Perjalanan dengan bis dari Kabatas menuju Ortakoy hanya menempuh waktu sekitar 10-15menit (asal ga macet, mengingat ada Galatasaray University disini). Sesampainya di Ortakoy, aku pun disambut dengan banyaknya kios Kumpir yang berjejeran menunggu pembeli datang. Kumpir adalah kentang jumbo yang direbus lalu dicampur dengan keju dan diberi topping macam2 sayuran seperti jagung, selada, buah olive, dan banyak topping lain yang tidak saya kenal. Ukurannya gedeeee dijamin kalo makan sendirian bakalan nampol banget di perut. Aku pun kemudian membeli sebuah kumpir karena perut sudah berteriak minta makan. Nah ketika ditanya apa saja toppingnya, dengan lantang aku berseru ” All of them!”. Si penjual Kumpir pun tersenyum dan langsung memasukkan berbagai jenis topping yang ada. Alhasil ketika disajikan,Kumpir ini ukurannya segede kepala bayi. Dengan susah payah, aku pun berjuang menghabiskan kentang mutant ini. Mungkin karena kelaparan dan akibat jalan seharian, aku pun berhasil menyelesaikan kentang ini. Fiuhh..another check list to my culinary list.

Usai menyantap Kumpir aku pun berjalan-jalan di sekitar Ortakoy. Kawasan Ortakoy terkenal sebagai tempat kuliner dan juga ngumpul keluarga dan anak2 muda. Terdapat banyak cafe dan restoran yang cukup classy dengan harga yang juga wah..Namun, jika isi kantong teratas, kita bisa juga hanya nongkrong di dekat mesjid Ortakoy yang indah. Seperti yang aku lakukan saat itu. Aku duduk di kursi taman yang menghadap Selat Bosphorus dan menikmati pemandangan senjakala di Ortakoy yang kala itu ramai dengan pengunjung.Matahari telah tenggelam.Jam menunjukkan pukul 9 malam.Suara adzan pun berkumandang, saat berbuka puasa pun telah tiba. Para pengunjung yang mayoritas muslim pun segera berbuka dengan makanan yang mereka bawa atau mereka yang di restoran dengan hidangannya. Mesjid Ortakoy yang berwarna putih gading kemudian berganti warna keemasan setelah senja tiba dan langit berubah warna menjadi biru kelam. Sungguh indah pemandangan ini. Aku pun segera mengabadikan foto bersama mesjid ini dan keindahan senja di Ortakoy.

 

Tidak terasa jam pun telah menunjukkan pukul 10 malam, aku pun kemudian berjalan pergi menuju halte bis. Setelah menunggu cukup lama, sebuah bis tua pun datang membawaku ke Kabatas. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, suasana masih ramai dan aku belum berniat pulang ke hostel. Aku pun kemudian berjalan menuju Taksim Square dan Istiklal Street.

Aku selalu menyukai suasana malam di Istiklal Street. Bangunan-bangunan toko dan restoran yang bergaya Eropa dan tram merah putih yang melintas di tengah jalan dengan belnya yang khas membuat Istiklal Street  menjadi tempat yang selalu aku kunjungi saat berada di Istanbul.Udara yang lebih sejuk juga membuat jalan-jalan menjadi nyaman. Beberapa orang sempat mengajak kenalan dan minum-minum namun dengan ramah kutolak karena aku tahu ini hanya salah satu scam yang biasa dilakukan oleh orang tak bertanggung jawab untuk menjerat turis yang kurang waspada. Aku berjalan menikmati suasana malam dan mampir ke sebuah toko kaos yang kukunjungi 2 tahun lalu. Sebagai fans berat serial televisi Game of Thrones, aku pun mampir untuk membeli sebuah kaos berlambang serigala milik keluarga Stark. Baru 5 menit mencari-cari kaos yang cocok, aku malah diingatkan kalau toko akan tutup sebentar lagi. Wah ternyata jam sudah hampir menujukkan pukul sebelas malam. Aku pun memilih sebuah kaos dan setelah membayar, aku segera meninggalkan Istiklal Street.

 

Perjalanan dengan tram dari Kabatas menuju Sultanahmet berjalan singkat namun aku merasa agak kehilangan. Malam ini adalah malam terakhirku di Istanbul dan esok sore, aku akan pergi meninggalkan negara yang telah menjadi rumahku selama 15 hari ini. Tram bergerak perlahan melewati Jembatan Galata, Eminonu, Sirkeci, Gulhane Park dan kemudian berhenti di Sultanahmet yang kala itu masi ramai dengan pasar malam dan acara pengajian di Blue Mosque. Aku pun berjalan menikmati keramaian Sultanahmet sampai ke Antique Hostel tempatku menginap malam ini. Ah hari yang panjang. Kuawali dengan Topkapi Palace dan kuakhiri dengan Istiklal Street . Sungguh puas aku berjalan-jalan hari ini. Let see what tomorrow shall bring.

One comment

Leave a Reply