Berjalan dari Sultanahmet menuju Eminonu, aku teringat kenangan 2 tahun lalu berjalan di jalan panjang sepanjang jalur tram Baciglar – Kabatas ini. Saat dimana aku masih pertama kali mengunjungi Turki dan masih bingung dengan kerumunan orang yang berjalan kaki dan keriuhan lalu lintas yang ramai dengan suara klakson mobil dan tram. Sekarang aku berjalan di jalan yang sama dengan suasana yang berbeda, tidak ada lagi suara klakson yang bising dan kerumunan orang yang berjalan hilir mudik di jalan ini. Yang ada hanya aku dan kenangan 2 tahun lalu.
Sesampainya di Eminonu, aku langsung berjalan menuju kantor Sehir Hatlari dan membeli tiket Moonlight Cruise seharga 20 Lira. Moonlight Cruise adalah tour dengan kapal ferry di sepanjang Selat Bosphorus yang hanya tersedia pada hari Sabtu selama musim panas. Berbeda dengan tour Bosphorus pada umumnya, Moonlight Cruise berangkat pada dari Eminonu pada sore hari pukul 18:25 dan kembali di tengah malam pukul 00:30. Dengan mengikuti tour ini kita bisa menikmati suasana sore, sunset dan juga pemandangan Istanbul bagian Eropa dan Asia di malam hari. Usai membeli tiket, aku pun mampir ke salah satu perahu Balik Ekmek di pinggir Galata Bridge. Balik Ekmek adalah roti isi ikan panggang khas Istanbul yang biasa dijajakan dari perahu yang berlabuh di pinggir Galata Bridge. Hanya dengan 8 Lira, sebuah Balik Ekmek besar sudah digenggaman dan siap disantap. Balik Ekmek enak dimakan panas-panas dengan bumbu air perasan lemon yang segar sambil duduk-duduk di kursi yang disediakan. Rasanya sungguh gurih dan nikmat.
Usai menyantap Balik Ekmek, aku pun berjalan kembali ke kantor Sehir Hatlari sambil menunggu kedatangan kapal ferry yang akan membawa para penumpang untuk tour selama 6 jam. Ruang tunggu di kantor Sehir Hatlari sudah dipenuhi oleh penumpang yang siap berangkat dan tanpa menunggu lama, ketika kapal ferry merapat, seluruh penumpang berjalan memasuki kapal ferry yang memiliki tiga tingkat ini.Aku langsung berjalan naik ke bagian atas kapal yang terbuka untuk menikmati pemandangan tanpa terhalang oleh jendela dan kaca. Selain itu berada di dek terbuka juga membuat aku bisa menghirup udara segar dan menikmati suara kicauan burung laut yang dengan lincah terbang kesana kemari. Setelah semua penumpang berada dalam kapal ferry, kapal pun mulai berlayar menyusuri selat. Aku duduk sambil menikmati pemandangan dari sisi kiri kapal ferry. Satu persatu landmark di sepanjang Selat Bosphorus dilalui dengan perlahan. Istana Dolmabahce yang mewah, Mesjid Ortakoy yang anggun dengan arsitektur Neo Baroque, Benteng Rumeli Hisari yang berdiri kokoh seolah menjaga Selat Bosphorus, dan Jembatan Bosphorus yang terbentang menghubungkan dua benua. Perjalanan dengan kapal ferry memang menyenangkan. Aku yang pergi sendirian duduk tenang menikmati pemandangan sambil menikmati hembusan angin sore. Tak terasa langitpun berubah warna menjadi temaram. Sang surya mulai tenggelam di balik awan kelabu yang mengubah sinarnya menjadi jingga. Kapal-kapal laut lain yang berpapasan membunyikan peluit dan burung burung camar berterbangan sesekali satu dari mereka menukik ke permukaan air dan menangkap seekor ikan di paruhnya.
Setelah berlayar selama 1.5 jam, kapal ferry kemudian merapat di Anadolu Kavagi, sebuah desa kecil di tepi Selat Bosphorus yang dipenuhi dengan restoran-restoran mewah. Kapten kapal mengatakan kalau kita akan merapat selama dua jam di Anadolu Kavagi dan kita bebas berjalan-jalan di sekitaran desa ini. Suasana senja yang temaram memang membuat tempat ini terasa romantis. Sebenarnya ada benteng peninggalan Byzantium di atas bukit yang bisa dicapai dengan berjalan kaki, namun kondisi yang sudah mulai gelap membuatku mengurungkan niat untuk mengunjunginya. Aku berjalan sendirian ala jomblo ngenes melewati satu restoran dan restoran lain untuk mencari tempat untuk sekedar duduk santai namun harga restoran yang mahal dan agresifnya para pelayan membuatku ilfil. Aku pun kemudian menjauhi restoran dan kemudian sampai di satu kedai kopi yang dikunjungi oleh penduduk lokal. Aku memesan secangkir kopi hitam dan kemudian duduk sambil ngopi. Kedai kopi ini mungkin satu-satunya tempat yang murah di sekitaran Anadolu Kavagi yang dipenuhi oleh restoran mewah. Bagaikan oase bagi traveller pelit macam diriku yang terlalu pelit untuk membayar 30 lira untuk sepiring ikan goreng.
Setelah menghabiskan secangkir kopi, aku pun kembali berjalan-jalan dan memotret suasana malam di sekitar Anadolu Kavagi. Jujur saja, aku sudah merasa bosan karena tempat ini walaupun indah terkesan sangat touristy dan tidak banyak yang bisa dilakukan selain duduk dan makan. Setelah mati gaya berjalan-jalan dan membuat bingung beberapa pelayan restoran yang tak lelah-lelahnya menawarkan saya untuk makan direstorannya, aku pun kemudian menyerah. Aku mampir di satu restoran yang menghadap dermaga untuk minum bir Efes. Akhirnya aku duduk dan menikmati sebotol bir dingin di lantai dua dari restoran ini. Pemandangan dermaga yang disinari lampu kuning membuat suasana semakin romantis. Di bawah sana beberapa anak kecil bermain bola dan banyak keluarga menghabiskan makan malam dengan ceria sambil mendengarkan musik ala Turki yang penuh semangat. Aku duduk sendiri dengan si Efes yang perlahan-lahan menjadi bagian dari diriku. Ah kesunyian yang indah. Mungkin bagi banyak orang, apa yang kulakukan ini agak aneh (kalau tidak mau dibilang galau), namun inilah ketenangan yang selalu kurindukan. Sendirian di tanah yang asing namun tidak pernah kesepian. Kala kesunyian adalah suatu nada yang begitu indah mengalahkan bisingnya rutinitas dan harmoni sumbang kehidupan.
Setelah menghabiskan 2,5 jam di Anadolu Kavagi, kapal ferry pun siap berlayar kembali di kegelapan malam Selat Bosphorus. Aku kembali duduk di dek atas sendiri dan menikmati pemandangan lampu-lampu di daratan Eropa yang gemerlap. Nun jauh di sana, aku bisa melihat jembatan Bosphorus yang dihias dengan lampu berwarna ungu. Aku pun sibuk mengabadikan pemandangan ini dan kemudian mulai naluri narsisku muncul. Aku ingin mengabadikan foto diriku di kapal ferry ini dengan pemandangan yang indah tersebut. Tripod andalanku pun kupasang dan action kamera pun siap mengambil gambarku. Sayangnya angin malam bertiup dengan kencang dan membuat tripodku tumbang. Saat itulah, seorang penumpang lain tiba2 berseru ” Here..here, if you want to take a picture, let me help you.” Ternyata suara ini datang dari seorang perempuan muda Turki yang sudah sedari tadi berada di bangku belakang saya bersama keluarganya. Aku pun tidak menolak difoto oleh perempuan yang ternyata seorang mahasiswi dari Bursa ini.Deniz dan keluarganya ternyata sudah melihat gerak gerikku yang duduk sendirian di depan. “You look so lonely and my father asked me to help you.” Wah saya terharu, sampai begitu jelaskah aku terlihat sendirian? Aku pun kemudian terlibat obrolan santai dengan Deniz sambil menikmati pemandangan malam Istanbul. Sinar warna warni dari bangunan di sepanjang selat menambah keindahan malam. Sesekali aku mengambil foto dan difoto oleh Deniz. Tak terasa kapal ferry semakin dekat dengan dermaga Eminonu dan kami pun berpisah dengan kapal yang sudah mengantarkan kami menikmati pemandangan Selat Bosphorus selama 6 jam. Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Deniz dan keluarganya, aku kemudian melanjutkan perjalanan ke Sultanahmet dengan tram yang masih beroperasi.
Aku mengira kawasan Sultanahmet akan sepi karena jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 malam, namun aku salah. Kawasan Sultanahmet justru ramai dengan pasar malam dan juga ceramah serta doa di Blue Mosque. Aku pun sempat berkeliling sebentar sebelum akhirnya berjalan kembali ke Antique Hostel untuk beristirahat.
Things to know:
- Moonlight Cruise hanya tersedia pada hari Sabtu di bulan Juli dan Agustus. Satu-satunya operator yang menyediakan moonlight cruise adalah Sehir Hatlari yang kantor dan loketnya berada di dermaga Eminonu di seberang perhentian tram Eminonu. Tiket Moonlight Cruise seharga 20 Lira dan lama tour selama 6 jam (18:25-00:30). Tiket bisa dibeli pada hari yang sama dan pengunjung diharapkan berada di dermaga setengah jam sebelum keberangkatan.
- Selain Moonlight Cruise, ada juga tour Bosphorus lain seperti Short Bosphorus Tour dengan durasi 2 jam, Full Bosphorus Tour dengan durasi sekitar 3 jam. Untuk membaca pengalaman saya dengan dengan Bophorus Tour klik disini
- Jangan lupa membawa makanan dan minuman untuk dinikmati sepanjang perjalanan untuk menghemat biaya terutama ketika berada di Anadolu Kavagi yang sangat touristy.
“You look so lonely so my father asked me to help you.”
MAKJLEEEBBB, YA LOOORD ?
Tapi seneng dapet temen baru, yekan? Nggak foto bareng sama Deniz, bang?
Ada,tapi buat konsumsi pribadi hahhaa. Masih temenan sampe sekarang.