Satu hal yang selalu membuatku semangat bangun pagi di kala berlibur ke negara lain adalah aktivitas jalan-jalan pagi sementara teman-teman se-dorm masih berlomba mendengkur dan terlelap dalam mimpinya masing-masing. Maklum, kalau sedang di negeri orang bawaannya selalu ingin aktif keluar berjalan-jalan. Aku jarang berada di hostel lama-lama. Biasanya hostel hanya menjadi tempat tidur dan mandi saja, selebihnya aku menghabiskan waktu di luar. Pagi ini aku bangun dan berjalan menuju Marina, menikmati sejuknya pagi dengan latar Hidirlik Tower dan pelabuhan Antalya yang indah. Pegunungan Taurus yang tinggi menjulang nan jauh di sana terlihat jelas dengan puncaknya yang diselimuti kabut. Seorang penjual simit sibuk menata dagangannya di taman dekat Hidirlik Tower dan hembusan angin pagi membuat aku merasa enggan beranjak dari tempat ini. Antalya adalah kota yang indah, dengan pemandangan seperti ini, aku sedikit iri dengan penduduk Antalya yang bisa menikmati keindahan seperti ini setiap hari dan gratis pula.
Setelah menghabiskan sarapan pagi dan secangkir kopi panas, aku pun berangkat menuju Side. Side adalah salah satu lokasi wisata yang populer bagi penduduk lokal dan turis mancanegara khususnya dari Rusia. Side menawarkan pantai indah dan bersih khas Mediterania dengan reruntuhan kota kuno peninggalan bangsa Romawi. Bus menuju Side berangkat dari Otogar Antalya setiap setengah jam sekali dan aku pun tidak mengalami kesulitan untuk mencapai Side. Di tengah panasnya sinar mentari, bis melaju menuju kota Manavgat, kota terdekat dari Side. Sekitar satu jam lebih, bis pun sampai di otogar Manavgat yang ramai dengan dolmus dan bis yang siap berangkat ke tujuan. Aku pun kemudian mencari dolmus tujuan Side dan tanpa menunggu lama, aku sudah berada di dalam dolmus menuju Side yang kala itu bercuaca cerah dan hangat.

Side (baca : Sidey) didirikan oleh kolonis dari Yunani yang kemudian berbaur dengan penduduk setempat di daerah yang dulunya dikenal dengan sebutan Pamphylia ini. Kota ini pun kemudian tumbuh menjadi kota pelabuhan yang kaya dengan komoditas utama budak belian dan hasil pangan. Side ditaklukkan oleh Alexander Agung tanpa perlawanan dan kemudian kembali menjadi kota dengan pengaruh Yunani yang kuat. Pergolakan kekuasaan di daerah Laut Mediterania juga mempengaruhi posisi Side sebagai kota pelabuhan yang strategis. Bangsa Romawi, Persia, dan juga Arab tercatat pernah menguasai kota ini, namun pengaruh Kekaisaran Romawi yang paling kental di Side. Di bawah kekuasan Kaisar Agustus, Side dimasukkan dalam provinsi Galatia. Side menjadi pusat perdagangan budak dan juga sarang bajak laut yang uniknya dibiayai oleh para pedagang di Side. Dengan modal keuntungan perdagangan budak dan perompakan, Side dibangun dengan luar biasa. Bangunan-bangunan kuil, teater, pemandian pun dibangun di sekitaran kota Side yang menghadap Laut Mediterania. Namun kejayaan Side pun kemudian memudar setelah pelabuhan Antalya dibangun. Antalya segera menggantikan Side sebagai pelabuhan utama di provinsi Galatia. Gempa bumi dan serangan bangsa Arab membuat Side kemudian ditinggalkan oleh penduduknya pada abad ke 10. Side pun kemudian terlupakan dan hilang dari catatan sejarah sebagai kota yang gemilang.
Sekitar 10 menit di dolmus, aku pun sampai di Side. Dolmus berhenti di tempat parkir yang letaknya dekat dengan nymphaeum ( air mancur romawi kuno). Cuaca yang panas membuat aku haus dan ingin mencari penyegar dahaga. Seorang penjual es krim ramai dikelilingi oleh para turis dan aku pun membeli sebuah ice cream cone seharga 3 lira. Berjalan di tengah sinar matahari yang terik, aku pun menyusuri reruntuhan kota Side yang unik. Unik kenapa? Well, aku berjalan di jalan kuno dengan tiang-tiang Corinthians beriringan dengan mobil turis yang melaju di atas jalan beraspal. Mobil tersebut menyusuri jalan beraspal yang kemudian membawanya melewati gerbang romawi kuno dan hilang dari pandangan mata terhalang oleh tembok kota. Amat jarang aku melihat sesuatu yang kontras seperti ini, kereta kuda di zaman dahulu telah digantikan oleh mobil dengan mesin diesel.
Berjalan di jalan kuno, aku pun melihat Museum Arkeologi Side di seberang jalan.Tanpa tunggu lama, aku pun menyebrang jalan dan menggunakan Turkey Museum Pass untuk masuk ke museum. Museum Side merupakan satu-satunya museum yang bertempat di bekas rumah pemandian zaman Romawi kuno (Roman Bath).Bangunan Roman Bath yang masih utuh ini kemudian dialihfungsikan menjadi museum yang menyimpan artefak2 yang ditemukan di sekitar Side. Ruangan-ruangan di dalam kompleks pemandian seperti frigidarium (ruang dingin), caldarium (ruang panas) dan tepidarium (ruang hangat) diubah menjadi tempat memamerkan artefak dan koin yang ditemukan di sekitar Side.Halaman depan pemandian yang dulunya merupakan tempat berolahraga (Palaestra) sebelum menikmati pemandian pun digunakan sebagai tempat memamerkan sarkofagus (peti batu) dan taman. Kita juga bisa menikmati pemandangan pantai Side dari belakang museum Side yang tidak luas namun amat sayang untuk dilewatkan ini.
Setelah mengunjungi Museum Side, aku pun kembali berjalan menyusuri jalan kuno melewati reruntuhan bangunan toko dan agora di sebelah kiriku. Agora atau pasar Side yang merupakan pusat kegiatan masyarakat romawi kuno ini belum selesai direstorasi dan tertutup untuk umum. Aku hanya bisa melihat dari luar pagar dan sebuah bangunan kuil unik berbentuk bundar berdiri di tengah reruntuhan agora. Kuil ini ternyata adalah bangunan kuil dewi Tyche atau dewi peruntungan baik. Bangunan kuil yang baru selesai direstorasi ini merupakan icon wisata baru dari kota Side. Kuil bundar dengan marmer putih ini berdiri anggun seolah menggoda pengunjung untuk datang namun apa daya, pagar menghalangi. Melangkah melewati gerbang kota, aku sampai di teater Side yang katanya merupakan salah satu teater terbaik di Asia Minor. Tiket masuknya pun cukup mahal (20 lira) untuk mengunjungi teater yang masih kalah besar dibandingkan dengan teater di Miletus dan Efesus. Untung aku memiliki kartu sakti bernama Turkey Museum Pass yang sudah mencakup hampir semua tempat wisata di Turki, sehingga aku pun tidak merasa ragu masuk ke teater ini. Bangunan teater yang menghadap agora ini memang terkesan biasa dibandingkan dengan teater di Aspendos yang dikenal sebagai tempat pertunjukan seni sampai sekarang. Namun, teater ini tetap menarik karena nilai historisnya.Di zaman romawi kuno, teater ini digunakan sebagai tempat pertandingan gladiator yang brutal, tak jarang pertarungan antara gladiator dengan binatang liar seperti singa atau banteng. Berada di pusat kota Side, teater ini dulunya pernah dijadikan gereja terbuka di zaman Kekaisaran Byzantium. Sekarang, kita bisa duduk di kursi penonton sambil menikmati pemandangan reruntuhan agora di belakang panggung.
Setelah mengunjungi teater, aku pun berjalan menuju Kuil Apollo yang terletak di pantai Side.Jalan menuju Kuil Apollo dipenuhi dengan toko-toko dan restoran yang ditujukan untuk turis. Banyak toko bahkan bertulisan abjad Cyrilic yang biasa digunakan oleh orang Rusia.Suatu pertanda bahwa Side merupakan salah satu tujuan utama turis Rusia. Sayangnya, sekarang Side sepi dari turis, jauh dari yang biasa ditulis di blog tentang Side. Toko-toko sepi pengunjung dan ketika aku berjalan melewati sebuah restoran dekat pantai, seorang pelayan restoran memintaku untuk makan atau sekedar minum di restorannya. Separuh memohon, pelayan ini pun mengeluh sepinya kunjungan turis dan meminta bantuanku untuk duduk dan minum sebagai penglaris. Aku pun luluh dan berjanji akan mampir minum bir setelah mengunjungi Kuil Apollo.
Kuil Apollo di Side merupakan salah satu obyek foto paling terkenal di Turki. Kuil dengan pilar Corinthians ini berdiri anggun menghadap laut biru dengan pasir putih ini memang indah. Walaupun hanya tersisa beberapa pilar yang masih berdiri kokoh, kuil ini tetap menarik perhatian para turis untuk berfoto terutama di saat matahari terbenam, kala sinar matahari senja menyinari bangunan kuil.Konon kuil ini merupakan tempat Marc Anthony, sang tangan kanan Julius Caesar, bertemu dengan pujaan hatinya Ratu Cleopatra dari Mesir. Kuil yang dibangun pada abad ke 2 M ini kemudian dipersembahkan oleh sang jendral kepada sang ratu.Walau sulit membuktikan kebenaran cerita ini, Kuil Apollo di Side memang menawarkan suasana romantis yang bisa membuat pasangan mabuk dalam nuansa asmara.
Usai berfoto dengan Kuil Apollo, aku pun memenuhi janjiku pada pelayan restoran tadi. Aku mampir dan memesan segelas bir Efes dingin sambil duduk menikmati pemandangan pantai Side. Banyak turis yang duduk bersantai menikmati sinar matahari yang terik dan ada juga yang berenang menikmati sejuknya air Laut Mediterania. Aku menikmati sedikit demi sedikit bir Efes yang menyegarkan ini. Side merupakan tujuan wisataku yang terakhir di sekitar Antalya. Esok hari aku akan berangkat menuju Istanbul yang kala itu masih berduka akibat serangan teroris di bandara. Hangatnya suasana di Antalya membuat aku ingin menambah hari di sini, namun sayang, aku sudah memiliki bookingan tiket pesawat dan penginapan yang tidak bisa diubah. Hmm..some other time, maybe. Usai menghabiskan bir tersebut, aku pun berjalan kembali ke tempat parkir melewati reruntuhan Side seolah mengucapkan selamat tinggal. Dolmus telah menungguku di tempat parkir dan tanpa menunggu lama. Aku pun sampai di Manavgat untuk menumpang bis kembali ke Antalya. Oh Side, how warm is your embrace. Forever, you shall have my place.
Things to know :
- Side dapat dituju dengan menumpang bis dari terminal dalam provinsi (Ilceler Terminali) di Otogar Antalya. Biasanya bis akan menurunkan penumpang tujuan Side di Manavgat dan penumpang bisa melanjutkan dengan dolmus menuju Side.
- Restoran-restoran dan toko di sekitar reruntuhan Side terkenal mahal dan ditujukan untuk turis Eropa. Terkadang harganya dipatok dengan mata uang Euro dan bukan lira. Jika anda ingin berhemat, anda bisa makan di salah satu lokanta di dekat otogar Manavgat.