Hari ini adalah hari terakhirku di Izmir. Aku bangun pagi dan meninggalkan Lotus Garden Hostel kala semua orang masih tertidur. Aku tidak pernah makan pagi di hostel ini. Aku selalu meninggalkan hostel sebelum para penghuni hostel bangun dan aku tidak punya waktu untuk menunggu sarapan di hostel. Aku biasanya membeli sebuah roti dan minum kopi di “Cafe Omar” (sebutanku terhadap warung kopi yang banyak dikunjungi bapak-bapak Turki). Hari ini terakhir aku menikmati secangkir kopi Turki di Cafe Omar. Omar yang sudah hapal dengan pesananku pun membawa secangkir kopi dengan sedikit gula. Aku mengatakan dalam bahasa isyarat bahwa aku akan pergi hari ini kepada Omar. Dia mengangguk dan tersenyum sambil berkata-kata dalam bahasa Turki yang tidak kumengerti sambil menepuk bahuku. Mungkin dia berkata selamat jalan dan semoga datang lagi ke Turki.
Memanggul backpackku yang berat, aku pun berjalan menuju Stasiun Basmane untuk melanjutkan perjalanan menuju Selcuk. Kali ini aku akan tinggal di Selcuk selama dua malam dan melanjutkan menjelajahi area Selcuk dengan sepeda motor. Motor yang kusewa pun sudah menunggu di Demir Rental. Sesampainya di ANZ hostel, aku diantarkan ke kamar dormitory yang berada di basement. Kamar dormitory ini memiliki kapasitas 20 orang namun saat itu hanya dua orang yang tinggal di sini. Aku dan Charlie, seorang anak muda asal Australia yang sedang dalam misi travelling selama setahun. Suhu udara di kamar dormitory ini sungguh kontras dengan suhu udara di luar yang panas. Di sini terasa sejuk dan nyaman, membuatku betah beristirahat di ranjang tersembunyi dari panasnya terik matahari. Suasana dorm di ANZ sungguh berbeda dari ekspetasiku. Sepi. Saat sarapan pun keesokan harinya, hanya beberapa orang yang tinggal di hostel yang besar ini. Pariwisata Turki memang sedang berada dalam titik nadir. Masalah terorisme dan perselisihan dengan Rusia membuat jumlah turis yang mengunjungi Turki menurun drastis. Demikian pula dengan Selcuk yang biasanya menjadi base bagi para turis yang ingin mengunjungi Efesus. Restoran-restoran di dekat Aquaduct Valen yang biasanya dikunjungi para turis sekarang sepi dan pelayannya pun ngangur. Situasi yang sangat merugikan bagi pariwisata Turki yang banyak menyimpan potensi wisata kelas dunia. Semoga kondisi ini membaik, Turki terlalu indah untuk dikucilkan dunia.
Di itinerary awalku, hari ini semestinya aku mengunjungi Aphrodisias dengan sepeda motor seharian. Namun rencana ini terpaksa kubatalkan karena jaraknya yang terlalu jauh ( one way 150km) serta suhu udara yang terlalu panas untuk berkendara dengan jarak tempuh yang begitu jauh. Akhirnya aku pun mencari tempat lain untuk kutuju hari ini. Pilihanku jatuh pada jalur pantai dan pegunungan tak jauh dari Selcuk. Rute ini akan melewati Pamucak Beach, naik ke arah pegunungan menuju Kuil Apollo Claros, kemudian terus ke teater kuno Metropolis dan kembali ke Selcuk melalui Torbali sambil mampir ke Belevi Mausoleum (makam yang dibuat menyerupai Halicarnassus Mausoleum di Bodrum). Akhirnya setelah matahari mulai sedikit ramah untuk berkendara, aku pun memulai perjalananku.
Dengan bermodal GPS, aku menuju tujuan pertamaku yaitu rute pantai menuju Pamucak Beach. Pamucak Beach terletak sekitar 15 menit dari Selcuk, jalur lurus melewati Kuil Artemis dan Ephesus Lower Gate. Pantai yang terdekat dari Selcuk ini tidak seindah pantai-pantai lain di Turki, tapi tetap menawarkan ombak yang tenang dengan pasir putih yang membuat para turis pecinta sinar mentari datang untuk sekedar menikmati suasana pantai ini. Aku tidak menghabiskan waktu lama di pantai ini. Niat untuk naik motor dan berkeliling santai kemudian membuatku mematikan GPS di hand phone dan memutuskan untuk berkendara sesuka hati.Aku membawa motorku mengikuti jalan yang naik turun di sepanjang garis pantai. Jalan yang mulus dengan pemandangan pantai di bawah sana dan pegunungan membuat aku sangat menikmati perjalanan. Sesekali aku berhenti untuk mengabadikan pemandangan indah di tepi jalan. Tanpa terasa, perjalananku membawaku kembali ke pantai dengan sebuah kapal ferry besar sedang merapat. Ternyata aku tersasar dari rute semestinya. Aku sampai di Kusadasi, bukannya Claros.
Kusadasi adalah kota resort pantai yang terkenal akan popularitasnya di kalangan turis barat yang mengunjungi Turki. Biasanya kapal pesiar akan merapat di sini dan para turis kemudian melanjutkan kunjungan singkat mereka ke Efesus. Karena lokasinya yang terletak 30 menitan dari Efesus, Kusadasi juga merupakan base yang tepat untuk mengunjungi Efesus. Berbeda dengan Selcuk yang tenang, Kusadasi menawarkan banyak hiburan malam seperti cafe dan bar yang hingar bingar di kala matahari terbenam. Suasana yang mirip dengan pantai Kuta di Bali yang juga ramai di malam hari. Usai mengunjungi Kusadasi, aku pun melanjutkan perjalanan menuju Claros, mengikuti petunjuk GPS.
Awalnya perjalanan menuju Claros terbilang lancar dan menyenangkan dengan sesekali melewati jalan di tepi pantai dengan pemandangan Laut Aegea yang indah. Jalan menanjak pun kemudian membawaku ke daerah pegunungan yang anehnya tidak dingin. Suhu udara semakin meningkat dan jalan yang lagi-lagi baru diaspal membuat berkendara menjadi tidak nyaman. Untunglah, papan petunjuk mengantarkanku ke arah yang tepat.
Claros adalah tempat Kuil dan Sanctuary dari Dewa Apollo dan Oracle-nya yang terkenal. Ada tiga oracle (peramal) Apollo di dunia Yunani kuno. Oracle di Delphi,Dydima dan yang ketiga adalah di Claros. Ketiga pusat ramal ini memiliki banyak pengaruh dalam dunia politik dan kehidupan masyarakat kala itu. Raja Croesus dari Lidya berkonsultasi dengan oracle di Delphi sebelum berperang dengan bangsa Persia. Kaisar Diocletian mengadakan penindasan terhadap umat kristiani setelah dipengaruhi oleh oracle di Dydima. Penduduk kota Smyrna membangun kotanya atas petunjuk oracle di Claros. Situs Claros sekarang terdiri dari fondasi Kuil Apollo yang sebagian terendam oleh air dan menjadi habitat dari kura2 hijau. Di dekat kuil ini terdapat juga beberapa patung dewa seperti sisa patung raksasa dari Leto (ibu dari Apollo dan Artemis), Apollo dan Artemis. Pemandangan di Kuil Apollo Claros memang berbeda dengan reruntuhan kuil di Turki. Situs yang kecil dan sebagian terendam air membuat suasana misterius dan agung menyelimuti daerah ini. Beberapa kura-kura berjemur dan menikmati sinar matahari sementara kura-kura yang lain berenang ke sana ke mari. Dikatakan kalau oracle di Claros sebagian besar adalah pria dan ketika ditanya mengenai ramalan, sang oracle akan turun ke bawah kuil dan meminum air dari sumber mata air kemudian menyampaikan ramalannya. Hmm..apakah kura-kura yang sekarang sering berenang di bawah kuil ini bisa meramal? Hahaha..begitulah kura-kura.
Setelah termenung memperhatikan kura-kurang berenang ke sana kemari, aku pun meninggalkan Claros di tengah teriknya matahari sore. Jalan menuju arah timur laut ke Metropolis pun kutempuh selama 30 menit namun ternyata GPS menuntunku ke arah yang salah dan kondisi jalan yang kurang baik akibat pengaspalan, membuat aku akhirnya memilih kembali ke Selcuk dan membatalkan perjalanan selanjutnya menuju Metropolis dan Torbali. Aku pun memacu scooter putih sewaanku kembali ke Selcuk.
Sampai di Selcuk, aku bertemu dengan Charlie yang kebetulan sedang nganggur di dorm. Karena hari masih terlalu pagi untuk beristirahat,kami memutuskan untuk pergi ke Sirince dan membeli sebotol anggur. Jalan menanjak menuju Sirince membuat motor yang kusewa ini sedikit kewalahan.Suara mesin pun mulai kasar namun kami sampai dengan selamat di Sirince. Aku pernah mengunjungi Sirince dua tahun yang lalu (lengkapnya di sini). Sirince masih mempesona seperti dulu dengan jalan berbatu dan rumah-rumah khas yunani yang bertengger di atas bukit. Kami berjalan dan mencoba beberapa sampel wine sampai akhirnya sebotol wine pun berada dalam genggaman kami. Usai mendapatkan wine, kami pun turun dari Sirince dan pergi berbelanja buah-buahan dan sayuran untuk makan malam. Kebetulan, pada saat itu sedang ada Saturday market di jalan dekat otogar. Aku membeli setengah kilo buah ara kering dan Charlie membeli roti,lemon,cherry dan mentimun. Semua hasil bumi yang masih segar dengan harga yang murah meriah.
Menenteng barang belanjaan kami, kami pun kembali parkiran dan masalah pun terjadi. Motor sewaanku mogok. Entah apa yang salah, sepertinya motor ini tidak bisa menyala. Kami mencoba menyalakan dengan kick starter namun tidak terjadi apa2. Akhirnya aku harus membawa motor tersebut ke Demir Rental yang untungnya terletak tak jauh dari otogar. Anak remaja yang kebetulan sedang menutup toko rental, melihatku dan segera membantu mendorong motorku. Demir memutuskan untuk mengganti motorku dengan motor lain. Fiuhh..aku mengira akan disuru ganti rugi karena motornya mogok. Kami pun kembali ke hostel dengan motor yang baru.
Things to know :
- Penyewaan motor di Selcuk cukup jarang, saya beruntung bisa mendapat motor sewaan di Demir Rental seberang Gereja St John. Harga sewa motor sehari penuh seharga 40 lira dan bensin seliter 4 lira.Motor disewa dengan kondisi sedikit bensin yang cukup untuk membawa motor ke pom bensin terdekat.
- Pengendara motor di Turki sangat santai dan jarang memakai helm. Jangan ikut-ikutan karena keselamatan anda bukanlah mainan. Berhati-hati dengan kendaraan besar seperti bis dan truk karena supir-supir di Turki suka ngebut. Selalu berkendara di jalur lambat dan mempersilahkan kendaraan besar untuk mendahului anda.
[…] Riding around Selcuk : Mengunjungi Sang Peramal di Kuil Apollo Claros […]