Riding around Selcuk : Petualangan Mencari Kota Pelabuhan dan Jalan Suci yang Hilang

Dalam suatu perjalanan, terkadang ada beberapa tempat yang gagal kita kunjungi karena permasalahan waktu atau kendala lain. Salah satu tempat yang ingin saya kunjungi di Turki 2 tahun lalu adalah Priene dan Miletus. Walaupun saya sempat mengunjungi Miletus, saya hanya mampir di teaternya saja tanpa menjelajah lebih jauh karena terburu-buru ingin mengunjungi Kuil Apollo di Didyma. Dua tahun berselang, kali ini saatnya menuntaskan perjalanan ke Priene dan Miletus.

 

Tidur saya sangat nyenyak semalam walau suhu udara di Izmir tetap panas seperti biasa. Berkelana di dua situs bersejarah seharian kemarin membuat badan saya memohon untuk istirahat yang lelap. Namun terkadang badan pun harus menuruti kehendak sang tuan yang kelewat semangat bangun pagi. Aku bangun tidur jam 5 pagi. Rencanaku hari ini adalah mengunjungi Selcuk dan menyewa sebuah scooter untuk menyelesaikan misi penjelajahan di Priene dan Miletus. Prienne, MIletus dan Dydima adalah tiga reruntuhan kota yang dapat dicapai dari Selcuk dengan menggunakan kendaraan pribadi atau umum. Ketiga kota dengan daya tarik masing-masing ini sering dijadikan tour oleh travel agent di Izmir atau Selcuk dengan nama PMD.

Usai menikmati secangkir kopi dan sebuah roti ukuran besar, aku pun kemudian berjalan menuju stasiun kereta Basmane untuk menumpang kereta menuju Selcuk. Ada beberapa kereta dari Basmane menuju Selcuk dan sebaliknya setiap harinya. Kereta paling pagi berangkat dari Stasiun Basmane menuju Selcuk pukul 07:45. Kereta ini juga melewati Airport Izmir dan setelah melewati Selcuk kereta ini akan terus melewati kota-kota lain sampai tujuan akhirnya yaitu Denizli. Kereta yang modern dengan AC dan kursi yang lega ini merupakan opsi yang tepat untuk mengunjungi Selcuk atau Denizli (Pamukkale) dengan nyaman. Aku pun duduk santai sambil menikmati pemandangan dari jendela. Pemandangan yang berubah dari kota sampai ke lahan hijau pertanian di sekitar Selcuk mengingatkan tujuanku yang hampir sampai. 1jam 15 menit, aku pun sampai di Selcuk.

Mengunjungi Selcuk bagiku seperti mengunjungi teman lama. Lama tak bersua tapi aku masih ingat hampir tiap sudut dari kota ini. Kota kecil yang terdekat dari situs Ephesus ini merupakan kota yang menyenangkan. Penduduk ramah dan dengan mudah aku bisa mendapatkan makanan murah dan buah-buahan yang segar. Dengan percaya diri, aku berjalan menuju museum yang terletak tak jauh dari Otogar. Museum Selcuk menyimpan banyak benda bersejarah dari sekitar Selcuk, termasuk dari patung Artemis yang ditemukan di Kuil Artemis. Mengunjungi museum ini dapat membantu untuk memberikan gambaran tentang Efesus di masa Yunani dan Romawi kuno. Berbagai koleksi patung dan juga koin kuno ada di museum yang ditata dengan modern ini.

Usai mengunjungi museum, aku pun berjalan menuju ANZ House yang merupakan tempatku menginap esok hari. Alasanku mengunjungi hostel ini adalah untuk meminta bantuan pemiliknya untuk menyewakan sepeda motor. Namun ternyata setelah Mehmet menelpon beberapa rental untuk mendapatkan sepeda motor untukku, dia tidak bisa mendapatkan satu pun.Akhirnya aku pun berjalan kembali ke Meandros Rental tempatku menyewa motor 2 tahun lalu.Sayangnya, mereka tidak menyewakan motor lagi dan motor yang dulu pernah kusewa sudah rusak haha. Setelah berjalan dari satu rental ke rental yang lain akhirnya aku mendapatkan satu motor sewaan di Demir Rental. Rental yang terletak di seberang Church of St John ini dikelola sendiri oleh si pemilik yang bernama Demir he3. Setelah mengurus administrasi dan membayar uang sewa motor selama 3 hari.Aku pun kemudian pergi makan siang di salah satu restoran di dekat Aquaduct Selcuk. Menu yang kupilih adalah Kasarli Tavuk, masakan ayam panggang yang disuwir dengan keju lembut di atas hot plate. Rasanya? Mantap deh. Kelezatan ayam berpadu dengan kelembutan keju yang masih lumer di hot plate sungguh membuat lidah berpesta. Usai makan siang, perjalananku pun di mulai.

IMG_7226
Kasarli Tavuk

Perjalananku kali ini sebenarnya adalah napak tilas perjalanan dua tahun lalu. Dua tahun lalu aku pergi ke Didyma dan Miletus melalui jalur D525. Kali ini sedikit berbeda, aku mengunjungi Priene dan Miletus saja. Motor pun kupacu menuju Soke dari Selcuk dengan kecepatan sedang. Motor yang kusewa ini tidak bisa berlari kencang, maksimal pun hanya 70km per jam. Jalan yang mulus dan pemandangan yang indah memang ciri khas jalan di sekitar Selcuk. Dengan nyaman aku menikmati perjalanan. Sesekali angin bertiup dari sisi jalan dan mengusir panas yang hinggap di badanku. Perjalanan cukup menyenangkan sampai suhu udara menjadi semakin panas di tengah hari. 38 derajat celsius! Astaga..aku pun meneruskan perjalanan walau sinar matahari semakin terik. Sialnya, sesudah memasuki daerah Soke, jalan baru saja di aspal ulang. Aku masih bisa melanjutkan perjalanan, namun panasnya jalanan yang baru diaspal membuat aku merasa seperti Ghost Rider, karakter superhero Marvel yang selalu terbakar ketika naik motor. Panasnya ga nahan bro! Untung, Priene tidak jauh lagi. Kira-kira sejam lebih setelah berangkat dari Selcuk, aku pun sampai di Priene.

Priene adalah kota Yunani kuno yang terletak di kaki Gunung Mycale yang curam. Kota yang sebenarnya berada di tepi laut ini sekarang terletak di tepi tebing dan hamparan tanah pertanian luas yang dulunya merupakan laut. Letak Priene yang strategis di tepi laut Aegea ribuan tahun yang silam menghidupi para penduduknya yang hidup sebagai pedagang dan pelaut. Namun akibat mengendapnya aliran sungai Meander, kota ini kehilangan aksesnya ke laut dan alhalsil kota ini pun ditinggalkan penduduknya yang pindah ke Miletus.

Ketika sampai di Priene, aku sudah dalam kondisi kehausan dan kepanasan. Suhu udara yang panas dan jalan menanjak sesudah pintu masuk membuat aku sering berhenti. Priene terletak di kaki gunung Mycale yang agak terjal, sehingga agak tidak cocok dikunjungi oleh orang tua yang mempunyai masalah dengan lutut. Reruntuhan Priene sebagian besar terletak dalam hutan yang belantara. Keadaan ini membuatku merasa seperti Indiana Jones yang menemukan reruntuhan kota yang hilang. Reruntuhan bangunan di Priene sulit dikenali lagi wujud aslinya, banyak yang sudah pecah dan berantakan. Namun reruntuhan Kuil Athena masih menakjubkan untuk dilihat. Ke 4 tiang Kuil dengan gaya Ionia ini berdiri menjulang dengan latar Gunung Mycale di belakangnya. di depan Kuil ini kita dapat melihat fondasi kuil dan sisa reruntuhan kuil. Hamparan tanah pertanian yang subur terlihat di bawah sana. Hamparan tanah ini dulunya merupakan bagian dari laut dan merupakan akses ekonomi Priene di masa lampau.

IMG_7241
Patung dewa air yang dulunya terletak di pemandian Miletus

Usai mengunjungi Priene, aku pun melanjutkan perjalananku menuju Miletus yang berjarak 25 km dari Priene. Jarak yang cukup dekat rasanya.Dengan mengumpulkan semangat dan mengguyur kepala dengan air dingin, aku pun melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari Priene ke Miletus terasa berbeda dengan perjalananku dua tahun lalu menuju Miletus. Kali ini aku melalu jalan yang lebih sempit dan berada di tengah sawah yang sepi. Saking sepinya, aku nyaris sendirian selama 20menitan berkendara tanpa ada mobil dari belakang atau arah sebaliknya. Ada apa ini?Apakah aku salah jalan? Ternyata setelah terus mengikuti pelang, aku sampai di Miletus. Teaternya yang besar menyambut aku seperti teman lama yang sudah menunggu. Aku yang kepanasan memutuskan tidak mengunjungi Miletus terlebih dahulu melainkan mengunjungi Museum Miletus yang jaraknya sekitar 500 meter dari pintu masuk Miletus. Selain ingin melihat2 museum (mumpung sudah punya Turkey Museum Card), aku ingin ngadem di ruangan ber-AC. Suhu panas di perjalanan membuat kepala pusing dan dehidrasi. Tidak terasa sebotol aqua besar dan air minum sebotol nyaris habis. Luar biasa perjalanan kali ini.

DCIM100MEDIA
Sendirian menunggu pertunjukkan di Teater. Mana konsernya?

Museum Miletus memiliki banyak koleksi patung terbaik yang didapat dari reruntuhan kota Miletus. Beberapa patung tersebut merupakan bagian dari air mancur dan pemandian yang tenar di Miletus. Dua tahun lalu aku pernah mengunjungi Miletus dan menuliskan tentang kota yang pernah dikunjungi oleh Rasul Paulus dalam misi penginjilannya di Asia Kecil (lengkapnya di sini). Kota yang juga merupakan kota pelabuhan ini juga terletak jauh dari garis pantai sekarang. Seperti Priene dan juga Efesus, kota ini mengalami kemunduran akibat endapan sungai yang memutus akses ke laut. Perjalananku ke Miletus kali ini bukan tanpa alasan. Aku penasaran dengan Jalan Suci yang menghubungkan Miletus dengan Didyma. Jalan Suci (Sacred Way) adalah jalur prosesi pemuja Apollo yang membentang dari Miletus sampai ke Kuil Apollo di Didyma. Jalur ini dulunya merupakan kalur yang harus dilalui jika ingin menemui sang oracle (peramal) di Didyma. Dua tahun lalu, aku hanya sempat mengunjungi teater Miletus dan sekarang aku akan mengunjungi bagian lain dari Miletus.

Penjelajahanku di Miletus kumulai dengan menaiki teater sampai ke bagian puncaknya. Menurut buku sejarah yang kubaca, ada celah yang bisa kunaiki dekat benteng peninggalan Byzantium. Aku pun melalui celah tersebut dan hamparan tanah lapang dengan reruntuhan yang tersebar nun jauh di sana. Aku pun mulai berjalan menuruni jalan yang penuh dengan kerikil dan bebatuan marmer. Kakiku membawaku ke reruntuhan pelabuhan Miletus yang sekarang terpisah jauh dari laut. Menurut beberapa blog yang kubaca, daerah pelabuhan ini nyaris terendam dalam air sepanjang tahun dan menjadi sarang kodok dan binatang rawa lain. Namun karena musim panas kali ini sangat tinggi suhunya, pelabuhan ini kering walau ada bagian yang agak basah. Aku pun sampai pada sebuah bangunan beratap dengan beberapa tiang Ionia. Bangunan ini ternyata merupakan bagian dari Stoa (jalan dengan atap) yang sering ditemui di kota2 Yunani dan Romawi. Ionic Stoa ini merupakan penanda  awal dari Jalan Suci. Setelah berfoto-foto dan berjalan sejenak, aku pun menemukan sebagian dari Jalan Suci yang kucari. Jalan ini sekarang sudah tak terawat padahal dulunya di kiri dan kanan jalan terdapat patung-patung pahlawan yang terbuat dari marmer bermutu tinggi sumbangan dari para pemuja Apollo.

DCIM100MEDIA
Aku dan motor sewaanku.

Ada banyak reruntuhan di Miletus, sayangnya banyak yang belum selesai direkonstruksi sehingga sulit membayangkan wujud aslinya. Suhu udara yang panas dan lokasi yang tidak terlindung dari sinar matahari membuatku harus puas berada di Miletus selama 1.5 jam saja. Haus, gosong dan capek menjadi satu dan aku pun kemudian berjalan kembali ke tempat parkir. I have to drink something cool and refreshing. Setelah membeli sekaleng coca cola dari toko minuman, aku pun beristirahat dan minum soda. Ah segar. Jarang-jarang coca cola terasa begitu menyegarkan. Akhirnya aku pun siap membawa diriku kembali ke Selcuk.

Perjalanan pulangku terasa lebih menantang dibanding perjalanan pergi. Motor yang kupacu dengan kecepatan sedang mulai mengalami hambatan ketika mendekati Soke. Ada sebuah pembangkit listrik tenaga angin yang berarti satu hal. Angin kencang sering bertiup di tempat ini. Suhu udara yang panas , aspal yang baru, dan angin kencang menjadi momok bagi perjalananku kali ini. Berkali-kali mata kelilipan sampai mataku berair dan air mata menetes. Angin yang kencang meniup motor 125cc ini sampai aku harus berusaha mempertahankan keseimbangan motor agar tidak terjungkal ke parit tepi sawah. Aku pun mulai teringat saat nyaris mati konyol di Santorini setahun lalu. Angin..lagi2 karena angin. Laju motorpun ku pacu perlahan melewati area berangin kencang ini. Akhirnya aku pun sampai di jalur yang aman dan semakin dekat ke Selcuk. Aku merasa sangat lelah, di pikiranku hanya satu. Hamam. Yak betul, aku harus mandi ala Turki setelah menitipkan motor ini di Demir. Dan itulah yang kulakukan.

Tiba di Selcuk pukul 5 sore, aku langsung menitipkan motor untuk kuambil lagi keesokan harinya. Langkah gontaiku kubawa menuju Hamam Selcuk yang pernah kukunjungi dulu. Sesampainya di sana beberapa perempuan muda Korea baru saja selesai mandi, dan aku harus menunggu sampai mereka semua selesai dari hamam.Maklum, hamam ini tidak melayani tamu lelaki dan perempuan di saat bersamaan. Setelah menunggu selama 15 menit, aku pun masuk dan menikmati nikmatnya mandi dan “digebukin” bapak2 Turki yang berkumis lebat. Sejam aku berada di hamam, dan setelah selesai. Aku pun berjalan kembali ke stasiun kereta Izmir dimana sepiring briyani ayam menungguku dekat stasiun Basmane.

Things to know:

1. Selcuk merupakan tempat yang nyaman untuk naik motor. Banyak tempat yang menarik dan mudah dijangkau. Menyewa motor di Selcuk tidak memerlukan banyak persyaratan. Cukup bawa SIM C dan isi surat peminjaman, motor pun siap dibawa.Harga bensin di Turki cukup mahal (1 liter= 4lira), nyaris dua kali lipat harga bensin kualitas pertamax kita.

2. Cara terbaik menuju Selcuk dari Izmir adalah naik kereta. Selain harganya murah, kereta juga nyaman dan bersih. Jika tinggal di Basmane, kita tidak perlu pergi ke Otogar untuk menuju Selcuk. Cukup naik kereta saja. Tiket kereta dari Basmane- Selcuk hanya 6.5 TL.

 

 

 

10 Comments

  1. sorry mas, mau tanya nih saya ada plan ke turkey cuma singkat ya . cuma satu minggu include penerbangan which is saya punya waktu effektif lima hari untuk mengunjungi turkey, istanbul saya coret . saya ingin mengunjungi selcuk, pamukkale, goreme dan capadoccia apakah itu memungkinkan dalam waktu yang ada , transportasi yang baik gimana ya mas. ditunggu suggest nya , salam,

    • Mas Imam, mungkin begini saja rutenya : ketika sampai di IStanbul langsung menuju Otogar (terminal bis)naik bis malam menuju Selcuk. Di Selcuk sewa motor dan kunjungi tempat2 di Selcuk sehari bisa.Menginap semalam di Selcuk dan besoknya naik kereta (3jam menuju Denizli lanjut naik dolmus ke Pamukkale). Di Pamukkale tidak usah menginap, cukup beli tiket bis menuju Goreme dan titip tas di agen bis. Setelah jalan2 di Pamukkale, naik bis malam ke Goreme. Di Goreme nginap semalam dan esoknya naik bis malam menuju Istanbul.

  2. Salam kenal Mas Hendro. Mohon izin sudah ubek-ubek sebagian blog ini. Terpukau dengan sejarah dalam jalinan wisata yang sangat apik. Terima kasih sudah menyajikan postingan-postingan sangat apik. Selamat terus berkarya dan berbagi

  3. Salam kenal mas hendro
    Sy boleh nanya,, mas tau ga harga bus istanbul selcuk brp?
    Sy ad liat di skyscanner klo naik pesawat sktr 268rb,, jd sy mw membandingkan, apa lbh baik naik bus biar bs hemat penginapan atw naik pswt aj,, mksh bantuannya ?

Leave a Reply