Setelah tiba kembali di Izmir Otogar dari Sardis, aku pun langsung berjalan menuju loket di lantai atas otogar yang menjual tiket bis menuju Bergama (nama modern Pergamum sekarang). Tiket bis seharga 10 Lira pun berada di tangan dan aku pun siap menuju Bergama. Dua tahun lalu sebenarnya aku sudah merencanakan untuk pergi mengunjungi Bergama dari Istanbul namun karena suatu hal, akhirnya rencana tersebut tertunda hingga hari ini. Bis yang ternyata adalah minivan ini pun berangkat menuju Bergama. Perjalanan menuju Bergama sekitar 1.5jam melewati jalan yang meliuk2 dan pemandangan indah khas Turki yang membuat perjalanan yang cukup jauh terasa singkat. Bis terkadang berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sepanjang perjalanan.
Bis berhenti di tujuan akhir yaitu pusat kota (centrum) Bergama yang terletak dekat dengan Red Basilica. Setelah bertanya jam berapa bis terakhir menuju Izmir, aku pun kemudian memulai penjelajahanku di kota kuno Pergamum. Tempat yang pertama kali kukunjungi adalah Red Basilica. Red Basilica adalah kuil yang didirikan Kaisar Hadrian untuk dewa-dewi Mesir yang juga disembah oleh orang Romawi. Kuil yang aslinya berukuran lebih besar dari sekarang ini terbuat dari batu bata merah dan merupakan salah satu bangunan Romawi terbesar di Turki. Begitu besarnya kuil ini sehingga ketika kuil ini tidak digunakan lagi sebagai tempat penyembahan dewa Mesir, sebuah gereja didirikan di dalam bangunan ini. Salah satu menaranya sekarang merupakan bagian dari Mesjid Kurtulus.
Setelah mengunjungi Red Basilica, aku pun berjalan mengikuti papan petunjuk menuju Akropolis. Sesuai petunjuk Lonely Planet, ada kereta gantung yang mengantarkan pengunjung dari kota menuju Akropolis yang ada di puncak bukit.Namun sayangnya, ketika saya sampai di stasiun kereta gantung, kereta gantung tersebut tidak beroperasi. Petugas menyarankan saya berjalan atau menyewa taksi.Aku pun berjalan menanjak menuju Akropolis di bawah sinar matahari yang terik. Ketika baru berjalan 5 menit, aku melihat seorang remaja dengan sepeda motornya sedang melaju ke arah Akropolis. Panas yang terik dan jalan yang menanjak membuatku berpikir dua kali untuk jalan kaki ke Akropolis. Jempol pun kuacungkan berharap si anak remaja berhenti dan memberikan tebengan ke Akropolis. And..it works!. Remaja tersebut tanpa basa-basi mempersilahkan aku nebeng sampai ke Akropolis.Perjalanan dengan sepeda motor sekitar 10 menit, itu pun karena dia ngebut. Ga bisa membayangkan jika aku tadi memilih berjalan naik.
Berbekal Muzekart, aku pun masuk dengan leluasa ke Akropolis. Seperti umumnya kota kuno di Yunani, Pergamum memiliki Akropolis yang terdiri di atas bukit tinggi sebagai pusat kota. Akropolis di Pergamum adalah salah satu yang tertinggi yang pernah saya kunjungi selain Akropolis Athens. Dibangun di bukit yang terjal, Akropolis ini memiliki bangunan kuil-kuil, istana dan teater tercuram di dunia yang bisa dilihat dari seluruh penjuru kota. Aku berjalan mengikuti platform kayu menuju Altar of Zeus. Altar of Zeus adalah altar besar yang digunakan untuk membakar persembahan kepada Dewa Zeus yang merupakan raja dari para dewa yunani.Dulu asap pembakaran dari korban bakaran ini selalu membumbung di atas langit kota Pergamum. Altar ini sekarang hanya tinggal fondasinya saja yang tertinggal. Seorang insinyur dari Jerman bernama Carl Humman membongkar altar tersebut dan mengirimkannya ke Jerman. Sekarang altar tersebut lengkap dengan ukiran pertempuran dewa-dewi melawan Titans bisa kita lihat di Berlin’s Museum Island. Berjalan tak jauh dari fondasi altar, aku pun sampai di dasar teater Pergamum yang dikenal sebagai teater kuno yang paling curam di dunia. Teater dengan kapasitas 10 ribu orang ini dibangun di sisi bukit menghadap ke arah kota Bergama modern. Aku berjalan perlahan-lahan menuju puncak teater dan wow..pemandangan dari puncak teater ini sangat mengagumkan. Bisa dibayangkan menonton pertunjukan di teater ini, selain menikmati pertunjukkan, penonton juga bisa menikmati pemandangan yang indah. Namun kecuraman teater ini benar-benar bukan untuk penderita vertigo atau orang yang takut dengan ketinggian. Membayangkan terpleset di tangga teater ini dan kemudian terguling sampai dasar kota Bergama bisa membuat ngilu hahaha.
Berjalan dari teater mengikuti lorong masuk teater, aku sampai di reruntuhan Kuil Trajan. Kuil yang dibangun oleh penduduk Pergamum untuk menyembah mendiang Kaisar Trajan ini merupakan salah satu kuil termegah di akropolis. Orang Romawi kuno selain menyembah dewa dan dewi mereka, juga menyembah kaisar. Untuk mendirikan kuil penyembahan kaisar tidaklah mudah dan merupakan suatu kehormatan bagi kota yang diberikan restu oleh Kaisar dan Senat. Kota Pergamum, Smyrna dan Ephesus pernah mendapatkan kehormatan untuk membangun kuil kaisar. Kaisar Agustus memiliki kuil di Symrna, kuil Kaisar Domitian di Ephesus , dan kuil Kaisar Trajan di Pergamum. Kuil Trajan ini belum lama berhasil direstorasi dan pilar-pilarnya sangat indah kontras dengan warna langit biru yang cerah saat itu. Sebenarnya masih banyak bangunan lain di Akropolis ini, seperti Kuil Athena dan Istana Pergamum, namun kondisinya tidak lagi utuh. Suhu udara yang panas membuatku beristirahat sambil minum sekaleng Coca Cola di cafe tak jauh dari pintu masuk. Situs bersejarah di Pergamum selanjutnya adalah Asklepion atau kompleks Kuil Dewa Asklepius, sang dewa pengobatan. Namun how to get there? Aku saja tidak tahu bagaimana caranya turun ke pusat kota selain berjalan ke bawah. Akhirnya setelah beristirahat, aku pun bertanya kepada beberapa bapak2 yang sedang duduk ngobrol. Salah satu dari mereka menawarkan untuk naik taksi seharga 20 Lira sampai ke pusat kota. Aku pun bilang kemahalan dan beranjak pergi sampai seorang yang lain menawarkan ojek sampai ke Asklepion seharga 10 lira. Aku pun mengiyakan karena aku tidak tahu jalan ke Asklepion dan membayangkan berjalan sekitar 5 km turun pasti melelahkan apalagi di bawah teriknya matahari sore. Setelah memberikan 10 Lira ke “tukang ojek” ini, aku pun duduk di jok belakang menuruni bukit sambil menikmati pemandangan Bergama dari ketinggian sampai masuk ke daerah perumahan yang melalui jalan berbatu yang rapih. Kira2 15 menit, aku pun sampai di Asklepion.
Asklepion adalah pusat pengobatan yang terkenal di masa Yunani kuno. Orang Yunani percaya bahwa dewa Asklepius, anak dari dewa Apollo, memiliki pengetahuan dan daya untuk menyembuhkan penyakit. Asklepius yang biasa digambarkan dengan seorang tua yang memegang tongkat dengan ular ini dipuja sebagai dewa kesembuhan dan di dunia Yunani kuno terdapat beberapa Asklepion seperti di Pergamum. Para pendeta merangkap tabib di Asklepion melakukan praktek pengobatan yang kurang lebih mirip pusat kebugaran dengan sentuhan mistis. Para pasien yang menderita penyakit umumnya sangat suka mengunjungi Asklepion karena perawatannya yang mengutamakan kenyamanan pasien. Mau tahu bagaimana pasien diobati di Asklepion? Pertama-tama pasien akan berjalan di Via Tecta (jalan suci yang menuju ke gerbang Asklepion). Di pintu gerbang, pasien yang sudah dalam keadaan kritis (menjelang ajal) tidak akan diijinkan masuk karena dianggap akan menodai kesucian Asklepion. Pasien kemudian akan menikmati perawatan ala spa sesuai dengan nasihat pendeta Asklepion seperti mandi lumpur, aroma theraphy, berendam air panas alami, bersantai sambil menonton pertunjukan teater. Pokoknya rileks dan menyenangkan. Setelah menikmati “perawatan” tersebut, pasien akan diberi minum air dari mata air suci dan dipersilahkan tidur di sebuah terowongan. Ketika pasien tidur, ular2 tak berbisa akan dilepaskan di terowongan tersebut.Ular dipercaya merupakan juru bicara Asklepius yang dapat menyembuhkan (memberi solusi penyembuhan) lewat mimpi. Keesokan harinya, pasien akan ditanyakan tentang mimpi yang dialaminya dan pendeta akan menafsirkan mimpi tersebut menjadi cara untuk menyembuhkan sang pasien. Setelah itu, pasien akan dirawat sesuai dengan petunjuk “ilahi” tersebut dan sang pasien diminta membuat patung organ yang ingin disembuhkan dan meletakkannya di Kuil Asklepius beserta uang persembahan.Sounds absurd? walaupun praktek ini dianggap aneh untuk zaman sekarang, pada saat itu pengobatan macam ini dianggap lazim. Asklepion di Pergamum ini juga merupakan tempat salah satu dokter terkenal di dunia Yunani kuno yaitu Galen. Galen bekerja di Asklepion Pergamum untuk mengobati gladiator yang terluka setelah pertarungan.
Asklepion sekarang ini sudah tinggal reruntuhan, namun tetap menarik untuk dikunjungi. Aku berjalan dari Via Tecta menuju Asklepion seolah-olah aku akan berobat di tempat ini namun ketika berada di ujung jalan bukannya pendeta Asklepion yang menjemput tapi hanya kesunyian yang menyapa. Reruntuhan tiang dengan simbol Asklepion teronggok di depanku dan aku pun beralih menuju terowongan tempat pasien tidur. Saat itu aku tidak menyadari kalau tempat ini adalah tempat para pasien tidur dulu. Aku mengira ini adalah terowongan menuju kuil seperti di Didyma atau teater seperti di Miletus. Tak jauh dari terowongan ini terdapat fondasi kuil berbentuk bundar yang ternyata adalah fondasi Kuil Zeus yang dibangun mirip dengan kuil Phanteon di Roma yang atapnya berlubang. Sayang, kuil ini sekarang hanya tinggal fondasinya saja. Pandanganku pun kemudian beralih ke sepasang muda mudi yang berpakaian pengantin di dekat stoa (jalan dengan tiang-tiang penyangga ala Yunani). Pasangan ini ternyata sedang foto pre-wedding. Wah foto pre wedding di reruntuhan kota kuno, how cool is that?
Tak jauh dari Stoa, terdapat sebuah teater kecil yang dulu dipakai untuk menghibur para pasien di Asklepion. Teater ini tidak semegah teater di Ephesus atau Miletus, tapi tetap memiliki akustik yang baik. Aku pun iseng melakukan akting pidato di depan action camera-ku berlagak sebagai seorang kaisar haha.Where is the video? Don’t bother asking hahaha. Aku kemudian melanjutkan perjalanan menuju arah balik melewati Kolam Suci yang saat itu sedang kering. Kolam yang airnya dipercaya dapat mengobati penyakit ini dulunya dijaga dan meminum airnya adalah suatu hal yang wajib dilakukan di Asklepion.
Matahari pun semakin rendah dan jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, aku pun bergegas pulang. Bermodal petunjuk petugas dan beberapa orang di jalan, aku berjalan kembali ke pusat kota untuk menumpang bis kembali ke Izmir. Aku melewati jalan berbatu dan berpapasan dengan beberapa anak kecil yang lucu. Mereka melihat kamera ditanganku dan memintaku memotret mereka. Dengan senang hati, aku pun memotret mereka dan mereka sangat senang walau hanya melihat foto mereka di layar kamera. Langkah kakiku pun mengantarkanku sampai di pusat kota Bergama. Aku membeli sebuah tiket menuju Izmir dan bis berangkat 10 menit kemudian. Pergamum adalah kota yang menyenangkan untuk dikunjungi. Ada banyak yang bisa dilihat, sayang waktuku tak banyak. Aku harus puas mengunjungi Pergamum dalam waktu 4 jam saja. Yang terpenting adalah apa yang tidak tercapai 2 tahun lalu akhirnya terwujud. Aku berhasil mengunjungi Pergamum.
History & Religion Corner
Pergamum didirikan oleh Philetaerus, ajudan dari Lysimachus yang merupakan salah satu jendral kepercayaan Alexander Agung. Setelah kematian Alexander Agung, wilayah kekuasaannya yang membentang dari Macedonia sampai ke India menjadi rebutan jendral-jendralnya. Lysimachus yang menguasai Asia Kecil bagian barat menyimpan sebagian besar kekayaannya di Pergamum di bawah pengawasan Philaterus. Namun ketika Pergamum diserang oleh Seleucus (salah satu jendral bawahan Alexander Agung juga), Philataerus mengkhianati Lysimachus dan mendukung Seleucus. Lysimachus berhasil dikalahkan dan sebagai imbalannya Philataerus menjadi penguasa Pergamum. Berbekal harta peninggalan Lysimachus, Philataerus membangun Pergamum dan keponakannya Eumenes melanjutkan garis kekuasaannnya. Pergamum berada di bawah kekuasaan dinasti Attalids dan menjadi sangat kaya. Kota ini merupakan asal mula perkamen (kulit binatang yang berfungsi seperti kertas tulisan) yang dipatenkan setelah papyrus yang menjadi kertas tidak tersedia di Pergamum akibat perselisihan dengan Alexandria (penghasil papyrus). Kota ini memiliki perpustakaan yang lengkap dan saking lengkapnya, perpustakaan ini dihadiahkan oleh Mark Anthony kepada Cleopatra.
Selain kaya, kota ini juga mendapatkan gelar Neokoros atau Kota yang berhak membangun kuil kaisar. Pergamum memiliki kehormatan untuk membangun Kuil Kaisar Trajan dan tidak sembarang kota yang bisa mendapatkan gelar ini. Pergamum memiliki banyak dewa pelindung,bukan main-main, ada 4 dewa yang dianggap pelindung kota ini. Athena, Zeus, Dionysius, dan Asklepius adalah dewa-dewa yang disembah di kota ini belum lagi dewa-dewa lain dan Kaisar. Karena begitu banyak dewa yang disembah di kota ini, jemaat Kristen mula-mula di tempat ini penganiayaan yang cukup hebat. Karena hanya percaya pada satu Tuhan, orang-orang kristen dianggap sebagai orang “kafir” dan musuh negara. Menurut tradisi, seorang kristen bernama Antipas menjadi martir di kota ini. Antipas yang juga bekerja sebagai dokter banyak mengusir roh jahat dalam nama Kristus dan membuat resah para pendeta kuil dewa-dewi di Pergamum. Antipas pun ditangkap dan dihukum dengan dibakar didalam patung banteng tembaga (Brazen Bull) yang terletak di atas Altar Zeus. Dalam kitab Wahyu, Pergamum disebut sebagai tahta setan dan jemaat Pergamum diperingatkan untuk bertobat dari dosanya yaitu dosa berkompromi dengan gaya hidup sekitarnya yang berlawanan dengan iman kristen (Wahyu 2:12-17). Dipercaya tahta setan dalam kitab Wahyu ini adalah Altar Zeus yang berdiri di atas Akropolis Pergamum.
Setelah Kekaisaran Romawi mengadopsi agama kristen, Pergamum menjadi salah satu kota kristen yang penting di Asia Kecil, namun gempa pada abad ke 3 menjadi permulaan kemunduran kota ini. Pergamum pun menjadi semakin terpuruk setelah dijarah oleh bangsa Goth tak lama kemudian. Kota ini dibangun kembali pada zaman kekuasaan Kekaisaran Byzantium namun kemudian jatuh ke tangan para penyerbu dari suku Turki dan kemudian ditinggalkan oleh penduduknya.
Things to know :
- Bergama dapat dicapai dengan mudah dari Izmir dengan minivan yang tersedia dari Izmir Otogar
- Reruntuhan kota Pergamum terbagi menjadi dua bagian : 1. Akropolis 2. Asklepion. Akropolis dapat dicapai dengan naik kereta gantung dari pusat kota tak jauh dari Red Basilica atau berjalan kaki 5km ke atas bukit dan Asklepion dapat dicapai dengan jalan kaki atau naik taksi dari pusat kota.
- Karena lokasi yang cukup luas dan terpisah, alokasikan waktu setidaknya sehari untuk menikmati Pergamum.
Stay safe ya.
http://edition.cnn.com/2016/07/15/asia/turkey-military-action/index.html?sr=fbcnni071516turkey-military-action0843PMVODtopLink&linkId=26613367
Sent from my iPad
>
saya udah di rumah sejak seminggu yang lalu mbak Dewi, thanks ya
[…] Stoa menuju teater (pergamum) Temple of Trajan Gymnasium (Sardis) […]