Celil mengantarkanku tepat di depan Kars Konak Hotel. Sekarang, aku sudah bisa masuk dan beristirahat di kamar. Kamar yang cukup luas untukku yang tidur sendirian malam ini. Hotel yang kecil namun nyaman ini menyediakan fasilitas yang sangat memadai. Nah dimana AC-nya? Ternyata hotel ini tidak menyediakan AC seperti kebanyakan hotel di Kars lainnya. Suhu udara di Kars yang dingin walau pun di musim panas membuat AC tidak diperlukan di kota ini. Menurut Celil, suhu udara di Kars bisa minus 20 derajat Celsius di musim dingin. Kars yang terletak di pegunungan tinggi memang memiliki udara yang sejuk di siang hari dan cenderung dingin di malam hari. Orhan Parmuk, salah satu penulis novel terkenal di Turki, menulis novel “Snow” dengan Kars sebagai latar ceritanya. Suatu bukti nyata bahwa Kars memang ademm..
Setelah mencuci baju dan mandi, aku berjalan keluar hotel dan mencari makan malam. Jalanan mulai sepi karena waktu iftar (buka puasa) sudah dekat. Para penduduk menunggu iftar di restoran atau di rumah masing-masing. Herannya, aku tidak merasa takut dengan kondisi jalan sepi begini. Aku pun berjalan menuju restoran Ocakbasi yang direkomendasikan oleh Lonely Planet. Restoran Ocakbasi saat itu sudah mulai ramai. Meja pun sudah dipenuhi oleh makanan berbuka puasa seperti mezes, kurma dan roti. Aku pun memesan seporsi Ejder Kebab. Ejder Kebab adalah makanan khas Kars yang direkomendasikan oleh Celil. Ejder berarti “naga” dalam bahasa Turki,kebab ini dinamakan demikian mungkin karena tekstur luarnya yang menggunakan wijen sehingga mirip dengan sisik naga. Isi dari kebab ini adalah daging, kacang-kacangan dan telur yang kemudian dipangggang dengan kulit roti yang renyah. Satu porsi Ejder kebab bisa dinikmati oleh dua orang dan tentu saja aku kewalahan menghabiskannya (wajar..dateng ndirian sih). Rasanya? Mantap..gurih dan sangat mengenyangkan. Sayangnya, lidah Indonesia selalu terbiasa dengan cocolan sambel atau saus dan orang Turki tidak mengenal sambel ABC. Mereka umumnya memiliki sambel sendiri yang rasanya ga ada apa2nya dibanding sambel ABC (cemen abis deh..). Oh iya, jika anda ingin sambel atau cabe di Turki, sebut saja “ Biber..” (baca: Biber kayak si Justin Bieber penyanyi itu). Usai menikmati makan malam di Ocakbasi, aku pun kembali ke Kars Konak Hotel untuk beristirahat.
Matahari mulai muncul jam 5 pagi di Kars. Aku yang terbiasa bangun sebelum jam 6 pun agak heran dengan kehadiran sang mentari yang kepagian ini. Aku pun membuka jendela dan melihat tidak ada seorang pun di jalanan. Kota ini masih tidur kala matahari telah terbit. Aku pun kemudian mandi dan berharap sarapan sudah siap pukul 6 pagi. Namun, tentu saja sarapan belum tersedia. Aku iseng berjalan-jalan di kota yang masih sepi ini sambil menunggu waktu sarapan. Sang resepsionis pun heran melihat seorang turis Asia nan sipit keluar berjalan-jalan bukannya tidur. Brrr..dingin. Suhu udara pagi di Kars pagi itu mencapai 13 derajat celcius, masih terlalu dingin untukku yang baru bangun tidur. Aku pun akhirnya kembali ke hotel dan memilih menunggu sarapan. Sarapan atau Kahvalti di Turki merupakan sarapan heboh dengan berbagai makanan seperti telur, sayur2an, buah-buahan seperti aprikot, cherry, semangka dll, selai, roti, gozleme (sejenis pancake), madu, keju dan lain2. Nah di wilayah Kars yang merupakan penghasil keju dan madu terbaik di Turki, sarapan menjadi extra heboh dengan 5 jenis keju dan 3 jenis madu. Umumnya kahvalti di hotel atau hostel di daerah lain hanya menyediakan maksimal 3 jenis keju dan satu jenis madu. Kars memang rajanya kahvalti. Penantianku pun tidak sia-sia. Sarapan buffet siap menunggu konsumen pertamanya yaitu aku. Aku segera mengambil piring dan mengisi piring dengan berbagai buah, roti, keju , selai dan madu. Penduduk Kars memiliki kebiasaan unik ketika menikmati keju dan butter. Mereka suka mengaduk butter dan keju dengan madu kemudian lalu dimakan. Hal yang cukup tidak lazim bagiku yang menganggap keju ya pake roti, madu ya klo ga ditelen langsung ya pake roti. Namun ketika aku mencoba makan keju ala Kars, aku langsung jatuh cinta dan menjadikannya kebiasaan selama di Turki. Sarapan yang begitu melimpah membuatku penuh dengan energi untuk berjalan-jalan di Kars sebelum terbang ke Izmir siang kemudian.
Kars merupakan kota kecil yang strategis di zaman dulu. Kota yang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Armenia ini sering berganti kepemilikan dari Armenia, Bangsa Seljuk, Kekaisaran Byzantium, Kesultanan Ottoman, Kekaisaran Rusia,Armenia, dan akhirnya menjadi milik Republik Turki. Kota yang sering berada dalam medan perang ini memiliki banyak warisan dari para pemilik sebelumnya. Benteng Kars yang menjulang tinggi di atas kota Kars adalah peninggalan bangsa Armenia dan Selcuk yang memperkuat bukit di Kars dengan benteng ini. Tak jauh dari benteng, terdapat juga Kumbet Camii (mesjid Kumbet) yang dulunya merupakan Church of Holy Apostles karya bangsa Armenia. Berjalan tak jauh dari Kumbet Camii, sebuah jembatan batu bernama Tas Kopru karya bangsa Ottoman berdiri di atas sungai Kars. Dua hamam (pemandian ala Turki) karya bangsa Ottoman juga terdapat tak jauh dari sungai. Tempat atraksi di Kars memang tidak banyak namun pantas untuk dikunjungi dan letaknya berdekatan. Dengan berjalan kaki, aku pun berjalan menuju Benteng Kars yang terlihat dari jauh. Benteng yang cukup tinggi ini terlihat kokoh dan sulit untuk diserang bila tidak disertai dengan artileri yang memadai. Jalan yang menanjak dan ramparts (tempat pemanah) yang berlapis membuat pengepungan dapat berjalan lama dan melelahkan. Dari benteng ini, aku dapat melihat pemandangan kota Kars dan sekitarnya. Nun jauh disana, terlihat padang hijau dan pegunungan yang tinggi. Sungguh tempat yang indah untuk ditinggali. Menuruni benteng , aku berjalan menuju jembatan Tas Kopru dan hamam tua di dekat sungai. Jembatan tua ini masih berdiri kokoh dan bisa dilalui oleh kendaraan namun pemandian khas Ottoman ini sudah rusak dan tidak terpakai lagi. Tak jauh dari jembatan tersebut adalah Kumbet Camii. Bangunan gereja Armenia yang sekarang merupakan mesjid ini masih menyisakan ornamen khas kristen seperti salib dan juga ukiran kedua belas rasul di bagian luarnya.
Mengandalkan google map, aku berjalan kembali ke hotel namun karena diriku yang salah membaca arah, aku nyasar makin menjauh dari Kars Konak Hotel. Sebenarnya jalan-jalan di Kars sangat mudah dipahami karena dibangun dengan sistem “grid” oleh Bangsa Rusia yang pernah menguasai kota ini. Tiap jalan bersinggungan dengan jalan lainnya sehingga mudah untuk dipahami. Namun karena aku terlalu sibuk memperhatikan HP dan sesekali masuk melihat2 toko keju dan madu, aku akhirnya berjalan menjauhi hotel. Karena malas berjalan jauh, aku akhirnya mencoba mencari tebengan. Dengan jempol teracung, sebuah mobil van pun berhenti dan seorang bapak2 Turki yang ramah memberikanku tebengan sampai dekat hotel. Penduduk Kars ramah2 dan sangat suka membantu. Kesan pertama yang baik inilah yang kemudian membuatku tak takut untuk menumpang kendaraan (hitch hike) di Turki.
Sekembalinya di Hotel, aku pun kemudian beristirahat sambil mengangkat cucian yang sudah kujemur dekat jendela. Semua kering dan siap untuk dikemas. Usai membereskan tas, aku pun berangkat ke Kars Airport untuk terbang ke Izmir, tujuanku selanjutnya. Kars tidak hanya tentang Ani, tapi juga Ejder (Naga), Kahvalti dan Kalesi (benteng).
Things to know:
- Kars terkenal dengan madu (bal) dan keju Kasar (Kasar Peynir). Dua makanan ini wajib dibeli sebagai oleh2.
- Umumnya Kars dijadikan base untuk mengunjungi Ani, namun selain itu kita juga bisa mengunjungi desa2 penghasil madu di sekitar Kars yang indah.
- Suhu udara di Kars cukup dingin bahkan di musim panas, bawalah baju hangat atau setidaknya jaket di musim panas dan baju musim dingin ketika musim dingin. Musim dingin di Kars sangat dingin dan bersalju. Brace yourselves, winter is coming.
- Anda dapat mencapai Kars dengan bis airport yang terparkir di luar airport dengan hanya membayar 4 lira saja. Sebutkan dimana hotel anda dan supir akan memberhentikan bis di dekat tujuan anda. Jika anda ingin menuju airport dari Kars, anda bisa menunggu bis yang biasanya datang 2 jam sebelum penerbangan di kantor Turkish Airline di pusat kota.
Sempat ke Kars juga. Aku belum kesampean datang ke kota ini. Pas ada waktu luang, selalu musim dingin, dan ngga kuat dengan suhu yang bisa di bawah minus 20. Semoga bisa kembali lagi ke Turki. Perlu waktu 10 tahun kali ya untuk bisa menjelajahi Turki 😀