Pagi di Athens merupakan salah satu hal yang paling saya rindukan dalam perjalanan saya beberapa bulan lalu. Suasana pagi yang segar dan sejuk sebelum matahari bersinar dengan terik di siang hari membuat sarapan sangat menyenangkan. Secangkir kopi, buah-buahan dan beberapa potong roti saya nikmati sambil mengagumi pemandangan Akropolis dari roof top bar Athenstyle. Sinar matahari yang masih ramah menyinari bukit tempat Kuil Parthenon berdiri. Pemandangan indah dan langka. Impian saya sejak kecil pun terwujud. Saya berada di Athena sedang menatap Akropolis yang megah itu, sambil ngopi pula hehe.
Sarapan di Athenstyle ini memang lumayan memuaskan namun bagi saya yang suka mencari pengalaman kuliner, agaknya sarapan di hostel kurang cukup. Saya pun kemudian pergi menuju sekitaran Monastiraki untuk mencari sarapan lagi. Orang Yunani umumnya sama seperti orang Italia yang memulai hari dengan secangkir kopi dan roti. Berjalan sedikit dari Monastiraki Square, saya menemukan sebuah toko roti yang mulai ramai dikunjungi oleh penduduk lokal. Saya pun bergabung dengan mereka dan memesan sebuah roti dan capucinno.Saya kurang menyukai rasa Greek Coffee yang agak encer bagi saya. Bagi kaya kopi itu harus kental dan kuat seperti rasa kopi sidikalang atau turki yang khas. Usai sarapan, saya pun berjalan kembali ke Athenstyle untuk mengikuti Athens Free Walking Tour.
Saat saya sampai di lobby Athenstyle, telah banyak turis lain yang berkumpul sambil mendengarkan pengarahan dari seorang pemandu wisata yang bernama Milo. Karena lobby terlalu sempit untuk peserta yang berjumlah belasan orang, kami kemudian berpindah ke halaman depan hostel. Milo menjelaskan tentang Walking Tour yang akan kita jalani bersama.Para peserta diharapkan membawa botol minum dan sunblock karena suhu udara Athens yang panas. Tour berlangsung selama 5 jam dan kita akan dibawa berkeliling ke tempat-tempat bersejarah yang gratis serta tempat yang menarik dikunjungi di sekitar Athens. Bersama dengan turis-turis lain, saya pun mulai berjalan mengikuti Milo.
Milo membawa kami melalui jalan-jalan kecil di sekitar Monastiraki terlebih dahulu. Kami melewati jalan yang penuh dengan bangunan dengan coretan graffiti yang tidak karuan sampai ke graffiti yang indah. Milo menjelaskan bahwa anak muda Athens sangat ekspresif dan berjiwa seni tinggi sehingga mereka suka menyalurkan bakatnya ke tembok bangunan. Selain bangunan yang “dihiasi” graffiti, kami juga melewati banyak bangunan tua yang seolah ditinggalkan begitu saja. Bangunan- bangunan ini ditelantarkan karena pemiliknya tidak punya uang untuk renovasi akibat krisis. Selain itu, banyak juga bangunan bersejarah yang sedang dipugar dan terhenti prosesnya karena krisis ekonomi. Semoga krisis cepat berlalu dan bangunan-bangunan ini dapat selesai dipugar.
Melewati jalan-jalan kecil di sekitar Monastiraki, kami sampai di Monastiraki Flea Market dari jalur belakang. Monastiraki Flea Market adalah tempat belanja oleh-oleh yang murah di Athens. Oleh-oleh khas Yunani seperti minyak zaitun, gantungan kunci,magnet kulkas dan lain-lain banyak dijual di pasar ini. Kami tidak mengunjungi pasar ini, Milo membawa kami ke pemukiman di sekitar Akropolis dari Monastiraki. Jalan menanjak dan cuaca yang panas membuat banyak turis kewalahan tapi tetap semangat mengikuti Milo. Kami pun sampai di sebuah gereja kuno namun sayang kami tidak diperbolehkan masuk karena gereja tersebut sedang dibersihkan. Saya dan beberapa turis diperbolehkan untuk memotret gereja dari pintu luar. Interior gereja yang khas dengan mosaic dan lukisan fresco ala Byzantium tampak menghiasi dinding dan langit-langit gereja.
Dari gereja ini, kami berjalan menuju Diogenes street tempat Museum of Popular Instrument berada. Jalan ini diberi nama Diogenes, seorang filsuf yang memperkenalkan kata “cynic” atau sinis. Diogenes memang figur yang tenggelam di bawah nama besar Socrates dan Plato namun di zamannya Diogenes terkenal sebagai seorang selebritis yang populer. Filsuf ini pernah mengkritik dan mempermalukan 2 filsuf besar tersebut. Tidak main-main, dia juga pernah mempermalukan Alexander Agung yang datang mengunjunginya.Alkisah Alexander Agung yang mendengar nama besar Diogenes ingin bertemu dengan filsuf sinis ini. Dia pun datang dan mengunjungi gubuk tempat Diogenes tinggal. Ketika sampai di gubuk Diogenes, Alexander mendapatinya sedang berdiri menatap matahari. Alexander kemudian berdiri di depannya dan memperkenalkan dirinya, sang Penakluk dari Macedonia. Bukannya penghormatan yang diterima oleh Alexander,Diogenes malah berkata,” Minggir, kau menghalangi sinar matahari.”
Setelah mendengar sedikit cerita mengenai Diogenes, kami pun mengunjungi Museum of Popular Musical Instruments. Sesuai namanya, museum ini berisi instrumen musik tradisional dari daerah-daerah di Yunani. Kita dapat mendengarkan musik tersebut dari headphone yang disediakan di tiap booth peraga. Musik Yunani berciri khas mediterania yang menghentak dan bersemangat sehingga enak untuk didengar sambil berjoget. Usai mengunjungi museum ini, kami beranjak menuju Areopagus atau Mars Hill. Dalam perjalanan menuju Areopagus kami melewati Roman Agora dan Tower of the Winds namun kami tidak bisa masuk karena harus membayar tiket yang termasuk dalam tiket kunjungan ke Akropolis (lihat di postingan berikutnya).
Areopagus adalah bukit marmer putih yang digunakan oleh penduduk Athens kuno sebagai tempat pengadilan. Bukit ini memperoleh namanya dari dewa perang Yunani yang bernama Ares. Konon, Ares pernah diadili di bukit ini atas pembunuhan terhadap anak Poseidon, sang dewa laut. Bukit ini juga memiliki nilai historis bagi kaum kristiani,karena dari bukit inilah Rasul Paulus menyampaikan khotbahnya kepada penduduk Athena yang mempersembahkan korban di atas altar “Dewa yang tidak kami kenal”. Dari Areopagus kita dapat menikmati pemandangan sekitar bukit ini. Lycabetus Hill terlihat menjulang nun jauh di sana dan Akropolis juga terlihat sangat dekat bahkan saya bisa melihat turis lalu lalang di kuil Parthenon.
Dari Areopagus kita berjalan menuju Phillopappos Hill atau Hill of the Muses. Bukit ini merupakan salah satu bukit yang memiliki nilai historis bagi penduduk Athens, bahkan dunia karena di dekat bukit ini terletak The Pnyx. The Pnyx adalah bukit tempat lahirnya demokrasi, wujud pemerintahan yang diadopsi oleh ratusan negara di dunia lahir dari pemikiran bangsa Yunani saat itu. Di bukit ini kita masih bisa melihat podium tempat para orator terkenal seperti Themistocles, Pericles dan Demosthenes menyampaikan pidatonya kepada para penduduk Athens. Milo menjelaskan sejarah bukit ini sambil berteduh di bawah pohon zaitun yang banyak tumbuh di sekitar bukit ini.Cuaca panas di Athens semakin mencapai puncaknya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Milo kemudian membawa kita ke keran air bersih terdekat untuk minum dan mengisi botol minum kami. Mark seorang turis dari Amerika agak ragu mengisi air dari keran ini karena pengalaman buruknya di Asia Tenggara. Maike,turis dari Jerman, menjelaskan kalau air keran di Eropa rata-rata aman untuk diminum. Saya pun menambahkan awalnya agak aneh bagi saya minum dari keran karena di Indonesia,minum air keran hampir pasti memberikan efek buruk ke perut,namun ketika di Eropa saya menjadi terbiasa. Pembicaraan pun menjadi cair dan kita membicarakan tentang negara kami masing-masing. Ketika saya menjelaskan bahwa ada rencana melarang perdagangan bir di Indonesia, mereka terkejut dan geleng-geleng kepala terutama turis dari Jerman. Mereka tidak bisa mengerti kenapa bir bisa dilarang,well demikian juga saya haha. Usai beristirahat sebentar dan mendengar cerita tentang asal usul nama kota Athena, kami pun berjalan melewati Odeon of Herodes Atticus yang pada saat itu sedang dipersiapkan untuk sebuah pertunjukan seni. Gedung pertunjukan dari zaman Romawi kuno ini masih dipergunakan untuk menjadi tempat pertunjukan, hebat bukan?
Perjalanan kami berlanjut ke pintu masuk utama Akropolis. Di sini, Milo menawarkan jika ada yang mau mengunjungi Akropolis maka kita bisa membayar tiket dan naik ke Akropolis. Namun saya lebih memilih melanjutkan sisa Walking Tour dan menyimpan Akropolis untuk esok hari.Rombongan tour kemudian dibawa ke sebuah toko Greek Yoghurt untuk mencicipi sample greek yoghurt yang rasanya enak banget. Saking enaknya, saya pun kemudian membeli satu cup sedang yoghurt dengan topping fig (buah ara). Makan yoghurt setelah berpanas-panas ria di bawah mentari memang sangat menyegarkan. Setelah puas dengan cemilan ini, kami kemudian berjalan kembali ke Monastiraki melewati Plaka. Berjalan sedikit menjauh dari pintu masuk Akropolis kami melihat Hadrian’s Arch dan Temple of Olympian Zeus. Gerbang indah dan kuil dewa Zeus ini juga menjadi daftar kunjungan saya esok hari. Mengikuti Walking Tour ini memang sangat bermanfaat, selain gratis tour ini juga membuat saya tahu jalan di sekitaran Akropolis.
Berjalan melalu pertokoan di sekitaran Plaka, saya menikmati suasana berbeda dari jalan-jalan di sekitar Akropolis tadi. Di sekitar Plaka, terlihat sekali keramaian orang yang berbelanja dan makan di restoran yang banyak bertebaran di tempat yang paling hype di Athens ini. Plaka mengingatkan saya pada Istiklal Street di Istanbul dalam skala yang lebih kecil.Bangunan pertokoan modern berpadu dengan peninggalan sejarah bangsa Yunani, yaitu sebuah gereja Byzantium yang terletak di ujung Plaka. Sungguh ramai tempat ini. Turis-turis sibuk memilih barang untuk oleh-oleh dan para muda mudi juga terlihat sibuk bersenda gurau di café. Pengamen jalanan juga meramaikan suasana dan memainkan musik tradisional Yunani. Pemandangan yang membuat betah lama-lama di sini. Namun tidak ada tour yang tidak usai, kami pun kemudian berjalan kembali ke Monastiraki langsung ke hostel kami. Kami memberikan tips ala kadarnya kepada Milo yang telah menemani kami berjalan-jalan selama 5 jam di Athens.
Tips:
- Bawalah air secukupnya (bagi saya secukupnya berarti 1 botol besar) dan sunblock cream untuk mencegah kulit terbakar matahari.Jangan lupa juga membawa topi untuk melindungi kepala dari sengatan matahari yang kuat.
- Pakailah alas kaki yang nyaman dan kuat seperti sepatu kets karena sesuai namanya ini adalah tour jalan kaki. Hindari memakai boots atau sepatu berhak tinggi karena..well yang bener aja, masa naik bukit pake stiletto hahaha.
- Berilah tips sukarela kepada tour guide sebagai tanda apresiasi anda terhadap jasanya. Tips standar 5 euro atau lebih tergantung kemurahan hati anda.
Note:
- Sebenarnya masih banyak tempat yang dilewati oleh tour ini namun karena keterbatasan memori saya, saya hanya menulis yang saya ingat saja.Maklum, pengaruh usia hehehe.
- Jika hotel/hostel anda tidak menyediakan free walking tour, anda dapat menghubungi info@athensfreewalkingtour.com untuk mendapatkan informasi mengenai free walking tour di Athens.