Rhodes (part 1) : Menikmati Pesona Kota Benteng Rhodes

Melangkah keluar dari Bluestar Ferry, saya kemudian mencoba mencari tahu dimana Venus Hotel, tempat saya menginap malam ini. Membuka aplikasi Google Map, saya menemukan kalo hotel tersebut jaraknya 30 menit jalan kaki dari pelabuhan. Matahari yang bersinar terik dan saya masih ngantuk karena kurang tidur semalam membuat saya malas berjalan ke sana.Turis-turis lain pun berjalan menuju pangkalan taksi dan menunggu taksi untuk menuju penginapan mereka masing-masing. Saya yang sendirian kemudian bergabung dengan 3 turis lain untuk patungan taksi menuju hotel kami masing-masing.Semua taksi di pelabuhan ini kompak tidak menggunakan argo dan mencatut harga 10 euro menuju old town Rhodes. Untungnya saya bisa bergabung dengan turis lain dan hanya membayar 2.5 euro untuk jarak yang hanya kurang lebih 10 menit saja.
Venus Hostel terletak di jalan Nikiforou Mandilara yang terletak dekat dengan pantai Rhodes. Ketika saya sampai di hotel, saya bisa melihat birunya air laut dan banyak turis yang berjemur menikmati sinar matahari. Ombak di pantai ini cukup kuat sehingga tidak banyak yang berenang. Satu hal yang paling membedakan pulau Rhodes dengan Santorini adalah suhu udaranya yang lebih tinggi. Matahari juga terasa lebih terik sehingga saya lebih mudah berkeringat dan haus. Rhodes terletak sangat dekat dengan Turki. Kita bisa mengunjungi Fethiye atau Bodrum dengan kapal ferry. Usai berberes, saya kemudian berjalan menuju Rhodes Old Town.

Rhodes Old Town adalah kawasan kota tua Rhodes yang masih mempertahankan peninggalan sejarah para bangsa yang pernah menaklukkan pulau ini. Kota tua Rhodes dikelilingi oleh tembok kota yang sangat besar dan kokoh. Tembok ini memiliki beberapa gerbang masuk khas kota eropa zaman pertengahan namun dengan sentuhan timur tengah. Posisi Rhodes yang strategis membuat para penguasa pulau ini membangun tembok dan sistem pertahanan yang kokoh untuk mempertahankan diri dari gempuran musuh. Bayangkan tembok kota ini memiliki tiga lapis pertahanan dengan dua moat (parit ) untuk menghambat laju musuh.

Eleftherias Gate,gerbang terdekat menuju Archeological Museum
Eleftherias Gate,gerbang terdekat menuju Archeological Museum
Temple of Aphrodite
Temple of Aphrodite
The courtyard of Archaeological Museum
The courtyard of Archaeological Museum
Megas Alexandrous Square, depan Archeological Museum
Megas Alexandrous Square, depan Archeological Museum

Saya berjalan kaki di bawah teriknya matahari menuju gerbang terdekat dari Venus Hotel yaitu Eleftherias Gate. Eleftherias Gate hanya berjarak 20 menitan berjalan kaki dari Venus Hotel. Ketika sampai di gerbang kota ini saya merasa memasuki kota zaman pertengahan. Kemegahan tembok kota dan gerbang yang dihiasi dengan ukiran perisai membuat saya takjub dan berhenti sebentar dan mengagumi kemegahan bangunan ini. Setelah melewati gerbang, saya menemukan reruntuhan pilar-pilar khas kuil Yunani dan fondasinya. Ternyata reruntuhan ini adalah reruntuhan kuil Aphrodite Sang dewi asmara. Sayangnya tidak banyak informasi yang diberikan mengenai bangunan bersejarah ini. Satu yang pasti bagi saya yang maniak sejarah. Saya datang ke tempat yang tepat. Di seberang kuil Aphrodite terdapat alun-alun (square) dengan air mancur di tengahnya yang mengingatkan saya pada piazza-piazza di Italia. Rhodes memang pernah dikuasai bangsa Italia di bawah pemerintahan Il Dulce Benito Musollini. Sang diktator tersebut banyak menaruh minat terhadap Rhodes dan dengan dananya dia membangun dan memperbaiki banyak bangunan di Rhodes yang banyak mengalami kerusakan pasca kekuasaan Ottoman.

Archeological museum dulunya merupakan rumah sakit para Ksatria Ordo Hospitaller.
Archeological museum dulunya merupakan rumah sakit para Ksatria Ordo Hospitaller.
Salah satu lorong di Archeological Museum
Salah satu lorong di Archeological Museum
Wujud akulturasi budaya Yunani,Romawi, Byzantium dan Eropa barat
Wujud akulturasi budaya Yunani,Romawi, Byzantium dan Eropa barat
Salah satu mosaic berlukiskan seekor centaur (manusia berbadan kuda)
Salah satu mosaic berlukiskan seekor centaur (manusia berbadan kuda)
taman di belakang bangunan utama museum dengan sarkofagus dan pilar bangunan ala Yunani
taman di belakang bangunan utama museum dengan sarkofagus dan pilar bangunan ala Yunani
Nisan dengan turban diatasnya ini adalah peninggalan Kesultanan Ottoman
Nisan dengan turban diatasnya ini adalah peninggalan Kesultanan Ottoman
Pedestal ( tiang fondasi patung) Romawi
Pedestal ( tiang fondasi patung) Romawi
Bagian atas museum dengan patung singa
Bagian atas museum dengan patung singa
Lantai dua dari Archeological Museum
Lantai dua dari Archeological Museum

IMG_5600 IMG_5605
Berjalan menapaki jalan berbatu khas Eropa, saya sampai di Archeological Museum yang menyimpan banyak benda-benda bersejarah dari zaman purba sampai zaman Ottoman menguasai pulau ini. Museum ini dulunya merupakan rumah sakit yang didirikan oleh para Ksatria Ordo Hospitaller. Hampir sebagian besar bangunan di kota tua ini didirikan oleh para Ksatria Ordo Hospitaller yang menempati pulau ini selama beberapa ratus tahun. Para Ksatria ini menguasai pulau Rhodes dan menjadikannya basis untuk mengganggu rute pelayaran Kesultanan Ottoman sampai akhirnya para ksatria ini terusir dan menempati Pulau Malta.Museum ini dibangun dengan konsep eropa yang bercampur dengan arsitektur Byzantium. Adanya lengkungan-lengkungan di langit-langit bangunan khas Byzantium dan pelataran luas khas Eropa membuat museum ini unik untuk dikunjungi. Belum lagi banyak peninggalan sejarah seperti artefak dan patung-patung yang ditemukan di sekitar Rhodes. Ketika berjalan menuju bagian belakang museum, saya menemukan banyak pedestal (tiang penyangga) khas Romawi,nisan dengan turban khas Turki dan juga sarkofagus berwarna ungu khas Byzantium. Rhodes memang gado-gado kebudayaan, semacam melting pot dari berbagai budaya yang menjadi satu.

Jalan Socrates yang ramai dengan toko-toko dan restoran
Jalan Socrates yang ramai dengan toko-toko dan restoran
Hippokratous Square
Hippokratous Square

IMG_5615
Usai mengunjungi Archeological Museum, saya berjalan menelusuri jalan berbatu yang kiri kanannya dipenuhi toko-toko souvenir dan restoran. Untuk yang suka akan barang-barang bertema Ksatria abad pertengahan, pasti suka mengunjungi toko-toko souvenir disini. Saya sendiri sering mampir dan melihat-lihat benda yang dijual. Patung ksatria, baju bertulisan Knights of St John sampai pedang dan armor betulan pun dijual. Saya sempat mikir-mikir untuk membeli sebuah pedang replika milik King Richard the Lionheart yang kalau dikonversi harganya sekitar 2 jutaan rupiah,namun akhirnya saya mengurungkan niat saya mengingat ribetnya bawa barang seperti itu menuju imigrasi. Gagal membeli pedang, saya pun mesti berpuas diri dengan sebuah kaos Knights of Rhodes dan beberapa tempelan kulkas berbentuk para ksatria.

Souvlaki khas Siprus
Souvlaki khas Siprus

Berjalan-jalan di kota penuh sejarah ini membuat saya lapar. Saya pun kemudian berjalan menuju sebuah restoran kecil dekat Hippokratous Square dan memesan (seperti biasa) souvlaki. Namun souvlaki yang saya pesan ini berbeda. Ada beberapa souvlaki yang ditawarkan dan saya memesan sebuah Souvlaki khas Siprus. Souvlaki ini menggunakan satu dada ayam utuh dengan bumbu tsatsiki berwarna kuning. Rasanya mantap, gurih dan mengenyangkan. Ketika saya duduk makan, saya melihat pelayan mengantarkan sebuah souvlaki ukuran jumbo. Ukurannya dua kali souvlaki yang saya makan. Gile dah, makan yang normal aja dah ngenyangin apalagi yang jumbo. Pelayan tersebut kemudian menjelaskan kalau itu adalah Gigas Souvlaki alias souvlaki raksasa (besar) harganya beda 2 euro dari pesanan saya. Wah besok mesti nyoba.

Reruntuhan Gereja Old Lady of the Burg
Reruntuhan Gereja Old Lady of the Burg
jalan-jalan di promenade Old Town Rhodes
jalan-jalan di promenade Old Town Rhodes

IMG_5626

At the Marina Gate
At the Marina Gate
naik ke benteng
naik ke benteng
at the walls
at the walls

Saya kemudian melanjutkan perjalanan berkeliling-keliling saja di kota tua ini. Kaki saya membawa saya melalui lorong-lorong jalan kuno dan kemudian saya sampai di tempat yang saya tidak pernah tahu sebelumnya. Saya melewati bangunan mesjid Ibrahim yang masih terawat dengan baik.Mesjid yang menjadi saksi kekuasaan Kesultanan Ottoman ini adalah salah satu bangunan mesjid yang ada di kota tua Rhodes. Melewati Mesjid Ibrahim, saya terus berjalan mengikuti tembok kota dan tiba di bagian dimana para turis bisa naik ke bagian tembok dan menikmati pemandangan ke arah laut. Tembok yang kokoh tak lekang dimakan waktu ini dulu merupakan lapis pertama pertahanan melawan pihak penyerang dari sisi laut. Ada beberapa bagian yang sudah hancur namun diperbaiki oleh pemerintah Italia di zaman Mussolinni. Matahari pun mulai terbenam dan saya kemudian berjalan keluar dari kota tua melalui St Mary’s Gate dan menyusuri promenade (jalan tepi laut) sambil menikmati pemandangan senja. Langit biru yang mulai gelap dan tembok yang berubah warna menjadi jingga karena sinar matahari senja menambah temaram suasana. Tak jauh dari Gerbang St Mary, terdapat gerbang utama menuju kota tua Rhodes yaitu Marina Gate. Gerbang yang berhadapan langsung dengan pelabuhan Kolona dan Mandraki ini memiliki dua menara bundar yang kokoh siap melindungi penduduk kota Rhodes dari gempuran musuh. Di sepanjang pelabuhan Kolona dan Mandraki terdapat banyak kapal-kapal kecil yang mewah. Kapal layar ini sepertinya milik para kaum jet set di Yunani. Pemandangan ini membuat saya merasa krisis di Yunani tidaklah seserius yang digambarkan di media. Berjalan menyusuri promenade membawa saya ke sebuah bangunan mercusuar yang menjorok ke laut. Bangunan ini adalah St Nicholaus Lighthouse yang dulunya merupakan mercusuar sekaligus menara pengintai. Tak jauh dari Mercusuar ini terdapat tiang dengan patung rusa dan tiang dengan patung domba. Konon kedua tiang ini berdiri di tempat Collossus of Rhodes, salah satu bangunan 7 keajaiban dunia zaman dunia kuno,berdiri. Patung raksasa dewa Helios,pelindung Rhodes,berdiri kokoh seolah menyambut kapal-kapal laut yang menuju Rhodes. Sayangnya, sebuah gempa bumi dahsyat merubuhkan patung tembaga ini dan patung ini dibiarkan begitu saja tersungkur di pelabuhan selama berabad-abad sampai bangsa arab datang dan memotong patung ini dan menjualnya ke seorang pedagang keturunan yahudi dari Edessa. Dibutuhkan 900 unta untuk mengangkut seluruh bagian patung yang tingginya 30 meter ini. Sampai sekarang, bagian dari salah satu patung terbesar di zaman kuno ini tidak diketahui lagi nasibnya.

Patung tempat lokasi Colossus of Rhodes
Patung tempat lokasi Colossus of Rhodes
Patung rusa yang juga menandakan tempat patung Colossus of Rhodes berdiri
Patung rusa yang juga menandakan tempat patung Colossus of Rhodes berdiri
restoran enak di New Market Rhodes
restoran enak di New Market Rhodes
menu toast di New Market
menu toast di New Market

Berjalan di sepanjang promenade ini kemudian membawa saya ke Tourist Information yang terletak di seberang New Market. Saya ingin menanyakan tentang jadwal bis menuju airport dan petugas di kantor ini dengan fasih menjelaskan dengan bahasa Inggris dan memberikan saya jadwal bis menuju airport serta tempat-tempat wisata di Rhodes. Sayang saya hanya memiliki waktu semalam di Rhodes. Sebenarnya banyak tempat menarik di pulau kesayangan dewa matahari ini, salah satunya adalah Lindos yang sangat ingin saya kunjungi namun keterbatasan waktu lagi-lagi membuat saya harus berpuas diri hanya di kota tua Rhodes.Selesai mendapatkan informasi yang saya butuhkan, saya berjalan mencari makan di sekitar New Market. Ada banyak restoran yang terjangkau di tempat ini. Saya pun kemudian mencari makanan lain selain souvlaki. Saya membeli sepiring greek salad dan juga toast, semacam roti isi yang harganya murah, hanya 1.5 euro. Selain banyak tempat makanan murah, di sekitar pasar ini juga terdapat toko-toko yang menjual oleh-oleh khas Rhodes seperti Ouzo (sejenis minuman keras dengan bahan dasar aniseed dan kadar alcohol 40%), minyak zaitun,sabun dan pernak-pernik lainnya. Saya membeli sebotol kecil ouzo seharga 1 euro saja. Penjualnya pun ramah dan fasih berbahasa Inggris. “ If you like Rhodes, you should stay here and marry a girl here then you can be a Greek citizen” kata sang penjual ketika saya bilang saya jatuh cinta pada pulau yang kaya sejarah ini. Ah mungkin memang benar, semakin hangat suatu tempat, semakin ramah pula penduduknya haha. Malam semakin larut, saya pun berjalan menuju ke Venus Hotel melewati jalan yang mulai ramai dengan para turis yang mendambakan kehidupan malam. Suara music terdengar dari beberapa restoran dan klub-klub malam yang hingar binger mengundang para turis untuk menikmati musik dan keramaian malam ala Rhodes. Saya tidak tertarik. Badan saya bau apek keringetan dan capek berjalan sepanjang hari di tambah kurang tidur ketika berada di kapal ferry.Saya hanya butuh mandi, mencoba ouzo yang saya beli dan kemudian tidur membiarkan hangatnya malam di Rhodes membawa saya ke pagi yang cerah. Sampailah saya di hotel dan demikianlah yang saya lakukan, mandi, minum ouzo dan tidur sampai pagi menjelang. Amin.

One comment

Leave a Reply