Santorini (Part 2) : Berkelana di Oia dan Mengejar Matahari di Kaldera Santorini

Pagi menjelang di Santorini, matahari bersinar hangat dan membuka tabir kegelapan sekitar hostel. Saya baru bisa melihat jelas ternyata hostel ini berada dekat dengan tepi kaldera. Saya bisa melihat pemandangan laut dari balkon dekat kolam renang. Udara sejuk yang bertiup membuat bendera-bendera di sekitar balkon berkibar-kibar seolah menyambut hari yang indah. Kolam renang masih sepi, tidak ada seorang turis pun yang berenang atau berjemur. Saya juga enggan berenang jika udaranya dingin seperti ini. Setelah mandi, saya pun berjalan menuju pusat kota Fira untuk mendapatkan SIM Card dan menyewa sebuah sepeda motor. Tidak sulit mencari SIM card untuk handphone android saya, saya hanya perlu membayar 23 euro dan saya mendapatkan 1 bulan data connection sebesar 5 giga. Provider yang saya gunakan adalah Cosmote yang merupakan provider terluas di Yunani. Sim card ini dapat dibeli di toko Germanos yang terletak di pusat kota Fira tepatnya di sebelah kiri jalan menanjak (dari arah hostel) menuju jalan Agiou Athanasiou. Hanya ada satu toko Germanos, jadi anda tidak akan nyasar mencarinya.
Selesai mendapatkan Sim Card, saya lalu beranjak mencari sarapan pagi. Sarapan pagi di Yunani kurang lebih mirip dengan Italia. Penduduknya suka minum kopi dan makan roti. Saya mampir ke toko roti dan kemudian mencoba segelas kopi Yunani yang rasanya agak mirip kopi Turki hanya saja dengan lebih banyak air. Untuk menemani kopi tersebut saya membeli sebuah roti berbentuk cincin besar. Koulori, mungkin adalah versi Yunani dari Simit-nya Turki atau sebaliknya, Who knows. Berkunjung ke toko roti di Yunani adalah pengalaman yang menyenangkan. Roti-roti unik dengan nama yang tidak kita kenal dan ukurannya yang besar membuat saya selalu datang setiap pagi untuk mencoba roti lain untuk menemani segelas kopi panas pembangkit sukma (lebay..ya bis gimana, gue ga bisa melek kalo ga minum kopi).Saya duduk di depan emperan toko roti bersama seorang bapak-bapak menikmati kopi sambil melihat pemandangan jalan yang mulai ramai dengan turis. Bapak tersebut mengajak saya ngobrol tapi dalam bahasa Yunani. Sayangnya saya tidak bisa bahasa Yunani sama sekali, akhirnya saya cuma tersenyum dan mengangguk saja menanggapi obrolannya he he. Setelah perut dipuaskan dengan sebuah roti dan segelas kopi panas, misi saya selanjutnya adalah menyewa sepeda motor.

IMG_5352
Ready to ride!
IMG_5300
It’s the blue horizon and the sea..

Ada banyak rental motor di Fira, saya bahkan distop oleh seorang pria Yunani gaul yang menawarkan sepeda motor untuk disewa. Namun karena kurang meyakinkan dan harga yang kurang cocok, saya kemudian menolaknya dengan halus. Saya kemudian berjalan ke sebuah rental motor yang cukup besar bernama Loukas Motor. Rental motor ini menyediakan beberapa pilihan motor dari scooter matic dengan mesin 125cc sampai motor besar beroda 3 yang populer disewa para turis bule. Karena saya ingin berhemat dan tidak biasa mengendarai kendaraan roda tiga, saya pun kemudian memilih scooter matic 150cc. Ada banyak tanjakan dan turunan di jalanan Santorini, sehingga sepeda motor dengan cc yang lebih besar lebih baik daripada motor dengan cc yang kecil. Syarat menyewa sepeda motor di Santorini adalah wajib menyerahkan SIM kendaraan roda dua. Saya pun menyerahkan SIM C saya dan pemiliknya sempat heran dengan SIM C keluaran Indonesia yang tidak menuliskan SIM kendaraan roda dua dalam bahasa Inggris. Setelah menjelaskan dan memintanya untuk memeriksa di google, sang pemilik rental pun kemudian memberikan saya kunci motor dan saya siap berangkat. Oh iya, motor di rental biasanya sudah berisi bensin full tank, dan kita berkewajiban untuk mengembalikannya dengan kondisi full tank juga. Harga penyewaan sudah termasuk helm dan asuransi kecelakaan.
Dengan kunci motor di tangan, saya pun tidak sabar mencoba motor ini di jalan. Orang Yunani seperti kebanyakan orang Eropa menggunakan setir kiri, sehingga kendaraan yang lebih lambat seperti motor mengambil jalur kanan, berbeda dengan cara menyetir di Indonesia yang menggunakan setir kanan. Tidak sulit bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan setir kiri, karena saya sudah berpengalaman naik motor di Turki dan Vietnam. Jalan-jalan di Santorini pun mulus dan sepi dari kendaraan terutama ketika kita sudah keluar dari kota. Menyusuri jalan-jalan Fira, saya kemudian segera mencoba kehandalan motor ini ke luar kota menuju Perissa Beach. Setelah meninggalkan Fira, saya mengikuti papan penunjuk jalan yang mengarahkan saya menuju Perissa. Jalanan berubah menjadi sepi dengan sesekali saya berpapasan dengan mobil dan akhirnya saya pun sampai di jalan yang membuat saya menepi sejenak. Saya melihat kaldera dengan laut yang indah di bawah sana. Saya memarkir motor saya dan berdiri sejenak mengabadikan keindahan pemandangan dengan kamera dan handphone saya. Kaldera yang tampak seperti danau ini adalah sisa dari letusan gunung berapi yang dulu ada di pulau Santorini. Letusan tersebut begitu dahsyat hingga membuat kontur pulau berubah menjadi mirip huruf C dengan kaldera di tengahnya. No words to define how beautiful that moment was..
Memacu scooter saya sambil dibelai hembusan angin yang lumayan dingin, saya terus mengikuti petunjuk jalan. Lukas mengatakan kalau ada supermarket Carrefour dekat Perissa,dan sambil jalan-jalan saya pun iseng mengunjungi Carrefour untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Saya berbelanja air minum, buah-buahan, roti dan deterjen. Harga yang tertera pun lebih murah dari toko yanga ada di Fira. Sekali lagi saya bersyukur, untung sewa motor hehe. Setelah menaruh barang di box belakang motor, saya pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Perissa Beach. Perissa Beach hanya sekitar 10 menit dari Carrefour, pantai berpasir hitam ini merupakan tempat turis Eropa berjemur menikmati matahari dan mencoba mendapatkan kulit coklat yang memikat. Walau kadang memang sulit bagi mereka untuk itu. Saya terkadang mempertanyakan apa sih enaknya berbaring berjam-jam sambil bergosong ria seperti itu. Seorang Inggris yang pernah saya temui di Fethiye, Turki menjawab “ You Asians are too busy. You go from one place to another without actually “being there” and enjoying the moment. While us, sun bathing and just lazing around reading a book is the real holiday.” Bener juga sih, saya sendiri merasa terlalu terburu-buru dan serakah ingin mengunjungi banyak tempat dalam waktu yang singkat. Pengalaman di Italia kemarin membuat saya sadar, untuk apa liburan kalo cuma pengen eksis dan bisa bilang “pernah ke sana” tapi ga enjoy? Foto foto doang lalu pergi lagi ke tempat lain dan mengulangi hal yang sama? Ah tidaklah, kali ini saya memutuskan untuk melakukan hal yang berbeda. Saya tidak akan membuat itin dan hanya akan berjalan sesuai insting saja. Setelah duduk di kursi pantai Perissa, saya pun kemudian memutuskan untuk kembali ke hostel untuk menaruh belanjaan saya dulu dan berangkat ke Oia.

Oia
Oia

Terletak di lereng batuan volkanik, Oia merupakan sang primadona Santorini. Rumah-rumah putih berjejeran dan gereja putih dengan kubah biru berdiri dengan anggunnya di bawah terik mentari siang. Oia terkenal akan hotel-hotel dan restorannya yang terletak di pinggir kaldera sehingga merupakan spot menarik untuk menikmati pemandangan. Saat terbaik untuk mengunjungi Oia adalah ketika matahari hampir tenggelam. Sinar mentari sore menyinari rumah-rumah di Oia dan memberi warna jingga bak seorang pelukis menyempurnakan obyeknya.

Wondering why there is a cart there..
Wondering why there is a cart there..
Blue and white in one unity
Blue and white in one unity
Wanna have a dip and get lost in the blue horizon?
Wanna have a dip and get lost in the blue horizon?

Sesampainya di Oia, saya berkeliling tanpa tujuan di kota yang unik ini. Kaki dan mata saya membawa saya berkelana di kota dengan gang-gang kecil dan tangga menuju bagian bawah kota merupakan suatu hiburan tersendiri. Saya tidak perlu membayar sepeserpun untuk jalan-jalan di sini dan saya tidak punya destinasi khusus di kota ini karena memang semua bagian kota inilah destinasinya. Langit biru yang cerah tak berawan dan laut biru tua yang beriak di bawah kota sesekali dilewati oleh kapal ferry merupakan sedikit dari keindahan yang bisa dinikmati di Oia. Terus berjalan di Oia, saya melihat ada tangga yang menuju ke bagian dasar lereng dan bersentuhan langsung dengan laut. Tampaknya tangga ini membawa turis untuk ke Amoudi Bay, tempat yang terkenal akan restoran dengan masakan ikannya yang nikmat. Karena saya berpikir masih 2 hari lagi di Santorini, saya pun urung mengunjungi Amoudi Bay. What a mistake, karena saya ternyata tidak sempat lagi mengunjungi tempat ini.

somewhere in Oia and above Ammoudi Bay
somewhere in Oia and above Ammoudi Bay
Ammoudi Bay
Ammoudi Bay
A perfect spot to say
A perfect spot to say ” I do”

Sinar matahari yang terik dan jam menuju sunset yang masih lama membuat saya memilih mengunjungi tempat lain di Santorini. Segera scooter saya melaju menuju Red Beach untuk menunggu sunset.Perjalanan saya kali ini agak random bahkan bolak balik kalo diliat dari peta. Tapi ini karena saya terlalu menikmati naik motor di Santorini hehe. Saya menikmati setiap menit dari perjalanan saya dengan motor dan sesekali saya berteriak “woohoooo” ketika jalan sepi tentunya. Mata saya terhibur oleh setiap pemandangan yang saya lalu sepanjang jalan. Terkadang jalan yang menanjak kemudian membawa saya ke suatu jalan di tepi lereng yang memiliki pemandangan langsung ke laut dan saya pun tergoda untuk berhenti dan memotret. This place is a real piece of heaven on earth.

Just me near the Red Beach
Just me near the Red Beach
Sisa longsor di Red Beach
Sisa longsor di Red Beach
Red Beach
Red Beach

Letusan gunung di Santorini ribuan tahun yang silam telah mengubah kontur permukaan pulau ini. Pulau yang dulunya bulat sekarang berbentuk seperti kail dan beberapa tempat di pulau ini juga memiliki keunikan tersendiri. Kalau Perissa merupakan pantai berpasir hitam, maka Red Beach sesuai dengan namanya memiliki pantai dengan warna merah mirip pemandangan di planet Mars. Pantai merah ini tidak memiliki pasir tapi sebagai gantinya pasir, pantai ini memiliki kerikil kecil berwarna merah.Pantai dengan ombak yang tenang ini sangat cocok untuk berenang dan juga menikmati sinar matahari. Entah karena nuansa merahnya atau memang suhu yang cukup tinggi, saya merasa pantai ini lebih panas dibanding dengan tempat lain di Santorini. Untuk mencapai tempat ini, saya memacu scooter saya dari Oia ke arah Perissa lagi. Red Beach terletak tak jauh dari situs purbakala Akrotiri. Setelah memarkir motor saya tak jauh dari Akrotiri, saya berjalan menuruni tebing yang agak curam. Perlu memakai alas kaki yang nyaman untuk mencapai pantai karena tebing yang cukup curam dan terjal. Setelah berjalan selama 5 menitan, saya sampai di Red Beach. Pantai yang unik ini digemari oleh para pemuja matahari. Ada banyak turis yang berjemur menikmati matahari dan indahnya pemandangan. Banyak juga yang berenang atau sekedar duduk di salah satu batuan yang ada di pantai. Matahari pun mulai turun dan sebentar lagi moment sunset akan tiba. Saya kemudian beralih dari Red Beach menuju Caldera Sunset Point.

Gazing at the sinking sun
Gazing at the sinking sun
perfect dating spot :D
perfect dating spot 😀

Caldera Sunset Point sebenarnya adalah café yang berada di jalur Fira menuju Perissa. Café ini terletak di pinggir kaldera sehingga para pengunjung dapat menikmati pemandangan laut sambil makan dan minum. Saya pun memesan segelas white wine dan duduk menikmati pemandangan matahari terbenam. Matahari yang terlihat seperti bola kuning raksasa perlahan tenggelam ke balik kaki langit yang bersembunyi di balik perbukitan Santorini.Pemandangan indah yang sangat membekas di ingatan dan membuat saya semakin menyadari betapa indahnya alam ciptaan Tuhan.Pengalaman-pengalaman seperti ini yang membuat saya sangat mencintai travelling. Suatu kesempatan menemukan tempat yang baru dengan pemandangan indah dan budaya lokal yang memperkaya wawasan saya.
Usai menghabiskan segelas wine, saya pun kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke hostel untuk mengistirahatkan badan yang telah seharian berkeliling pulau. Ah hari yang indah ini saya tutup dengan berenang malam di kolam Santorini Youth Hostel yang sejuk sebelum terlelap di ranjang bawah dorm dekat tembok :p .

Next : Santorini (Part 3) : Petualangan Menantang Maut di Reruntuhan Kota Thira

9 Comments

  1. So the name is Oia. The place which makes me want to visit Santorini.. anyway, nice to read your blog.. Keep updating your travelling adventure! Looking forward to reading it again..

Leave a Reply