Cinque Terre (part 2) : The Sun,The Blue Sky and The Beauty of The Five Lands

“Teng..Teng..Teng..Teng..Teng..Teng” bunyi lonceng gereja San Martino membangunkan saya dari tidur. Jam 6 pagi rupanya, sinar matahari mulai menerjang masuk melalui jendela kamar dorm. Turis-turis lain masih terlelap tapi saya sudah bersiap bangun dan mandi.Sudah menjadi kebiasaan bagi saya untuk bangun pagi dan berjalan-jalan menikmati suasana suatu tempat sebelum keramaian tiba. Hal yang sama saya lakukan di desa Biassa ini. Ketika bangun, saya mulai berkeliling dan mencari sarapan. Sayangnya, ternyata saya terlalu pagi. Jalanan masih sepi dan saya baru bertemu dengan ibu-ibu Italia yang baru keluar dari rumahnya. Saya pun bertanya dimana saya bisa minum kopi. Ternyata ibu ini kemudian menunjuk ke arah sebuah toko kecil yang baru buka. Toko yang menjual kebutuhan sehari-hari ini ternyata juga menjual kopi dan cornetto. Ketika saya meminta secangkir cappuccino, dia kemudian mengatakan tidak ada cappucinno tapi tetap mengusahakan membuatkan saya secangkir cappuccino. Saya sempat heran apa maksudnya. Ternyata dia mengambil sekarton susu dari kulkasnya dan dia membuatkan saya cappuccino secara manual haha. Kemudian dia menjelaskan kalau mesin kopinya hanya untuk kopi espresso saja, namun dia tetap membuatkan dan berharap saya maklum kalau rasanya kurang enak. Saya sempat terharu akan keramahan pemilik toko ini.Keramahannya menambah suatu kesan tak terlupakan tentang Italia. Usai menyantap sebuah cornetto dan cappuccino saya pun kembali ke hostel untuk bersiap ke Cinque Terre.

Early breakfast with cappuccino,cornetto and focacia
Early breakfast with cappuccino,cornetto and focacia
Shuttle van and Ostello Tramonti
Shuttle van and Ostello Tramonti

Cinque Terre adalah 5 desa yang terletak di pesisir Riviera Italia yang juga merupakan  daerah warisan budaya dibawah pengawasan UNESCO.Lima desa ini yaitu Riomaggiore,Manarola,Corniglia,Vernazza dan Monterosso masing masing memiliki daya tariknya sendiri. Riomaggiore adalah desa terbesar dan teramai di Cinque Terre dengan jalur trekking (ya kalau bisa di sebut jalur trekking) yang singkat nan romantis bernama Via dell Amore. Terhubung dengan Via del Amore adalah desa Manarola yang terletak di pinggir laut dengan pemandangan indah rumah-rumah penduduk dan kebun anggur yang hijau. Corniglia, sang tetangga Manarola adalah desa yang satu-satunya terletak di atas bukit di Cinque Terre dan terkenal akan ketenangannya. Usai menikmati ketenangan Corniglia, kita bisa mengunjungi Vernazza, desa terindah di Cinque Terre dengan reruntuhan benteng dan pelabuhannya yang ramai dengan café. Desa terakhir dari Cinque Terre adalah Monterosso al Mare, desa yang lebih mirip resort mewah ini menawarkan pantai terbaik untuk berenang dan kehidupan malam yang meriah.

Riomaggiore
Riomaggiore
IMG_5224
perahu-perahu yang siap membawa penumpang dari satu desa ke desa yang lain.
IMG_5220
Just a normal day in Riomaggiore
A hidden gem behind the cliff in Riomaggiore
A hidden gem behind the cliff in Riomaggiore

Shuttle telah menunggu pada pukul 9 pagi. Para turis pun langsung naik ke shuttle yang muat 10 orang ini. Perjalanan menuruni desa Biassa menuju Riomaggiore hanya memakan waktu 10 menit saja. Sesampainya di Riomaggiore, para turis kemudian melanjutkan dengan berjalan kaki karena kendaraan bermotor dilarang masuk ke kota. Saya pun kemudian berjalan menuruni jalan yang di kiri kanannya terdapat bangunan penginapan atau toko. Toko-toko dengan dekor cat pastel dan cukup bervariasi dagangannya. Ada yang menjual buah, oleh-oleh seperti kaos bertulisan Cinque Terre sampai ke bumbu dapur. Setelah sampai di ujung jalan,saya berhadapan dengan laut. Saya telah sampai di pelabuhan Riomaggiore. Saat itu banyak turis yang sekedar menikmati pemandangan dan memotret. Ada juga yang berenang di pantai berbatu kerikil sekitar 10 menit dari pelabuhan. Saya sendiri sangat menikmati pemandangan indah di Riomaggiore ini. Birunya langit berpadu dengan bangunan desa dengan cat pastel serta cerahnya sinar matahari membuat mata saya terus berusaha mengabadikan lukisan indah ini di ingatan saya. Sungguh walaupun kamera dapat mengambil pemandangan ini, saya lebih mempercayai mata dan ingatan saya untuk menyimpannya dalam kenangan.

IMG_5235
Stasiun Kereta Riomaggiore

Usai menikmati pemandangan, saya kemudian berjalan menuju kantor TI (Tourist Information) yang lokasinya terletak sebelum stasiun kereta. Karena saya berniat untuk mengunjungi ke lima desa ini dalam sehari (niat bodoh sebenarnya) dan juga menikmati setidaknya satu jalur trekking, saya membeli Cinque Terre Treno Multi Service Card (biasanya hanya disebut Cinque Terre Card) seharga 12 euro.Cinque Terre card ini memberikan kita kebebasan untuk menggunakan kereta yang menghubungkan kelima kota tersebut dan juga akses gratis ke jalur trekking yang tersedia.Ada beberapa jalur trekking antar desa yang dapat kita nikmati. Jalur Via dell Amore adalah jalur terpendek yang menghubungkan Riomaggiore dan Manarola dan terkenal merupakan jalur tempat muda mudi Cinque Terre saling berkenalan dan jatuh cinta. Jalur asmara ini pun populer di kalangan para turis namun pada saat saya pergi ke sana, jalur ini ditutup untuk public karena longsor.Jalur-jalur trekking antar desa lainnya masih dibuka namun beberapa jalur membutuhkan stamina dan terutama lutut yang kuat.Cinque Terre card berlaku 1 hari sampai tengah malam saja dan kita wajib menuliskan nama dan tanggal pembelian kartu sebagai tanda validasi. Karena keterbatasan waktu saya pun kemudian memilih jalur terindah sekaligus terberat yaitu antara Monterosso-Vernazza.
Usai mendapatkan penjelasan dari kantor TI, saya pun berjalan melalui terowongan menuju stasiun kereta di Riomaggiore. Stasiun kereta ini tergolong kecil dengan hanya dua platform dan saat itu sangat ramai dipenuhi oleh para turis yang ingin menuju desa lain di Cinque Terre. Kereta di Cinque Terre mengikuti jadwal tertentu yang biasanya ada setiap jam dua kali namun frekuensinya semakin berkurang pada jam menjelang malam. Jadwal kereta dapat didapat di kantor TI atau stasiun kereta masing-masing desa. Ketika kereta datang, pemandangan khas stasiun KRL Jakarta mulai terlihat, banyak penumpang yang keluar dari kereta berdesakan dengan penumpang yang ingin masuk. Cuaca yang panas juga membuat kereta terasa gerah tapi semua itu terlupakan segera ketika kereta mulai berjalan melewati pemandangan tepi pantai yang indah. Saya pun seolah terhipnotis menikmati indahnya laut biru di horizon sampai kereta kemudian sampai di desa Cinque Terre yang terakhir, Monterosso al Mare.

Pantai Monterosso
Pantai Monterosso
IMG_5242
Monterosso from afar.

Matahari bersinar terik ketika saya tiba di Monterosso al Mare. Turis-turis dengan pakaian renang berjalan menuju pantai dan banyak turis pemuja matahari berjemur menikmati sinar matahari sambil membaca buku atau hanya berbaring saja. Anak-anak dan muda-mudi menikmati sejuknya air di pantai sambil berenang dan bermain bola. Kalau saya? Saya menunda waktu untuk berenang sampai nanti sore. Sekarang waktunya saya untuk menikmati trekking menuju Vernazza sambil menguji ketahanan fisik saya yang sudah saya latih dengan ikutan beberapa kali ajang fun run haha. Saya pun kemudian pergi ke toko makanan tak jauh dari pantai untuk membeli Foccacia sandwich dan sebotol besar air sebagai bekal perjalanan saya.

on an adventurous trail
on an adventurous trail
the man and the sea
the man and the sea
tangga tinggi di jalur Monterosso-Vernazza
tangga tinggi di jalur Monterosso-Vernazza

IMG_5258

captivating view
captivating view
Montreosso dari kejauhan
Montreosso dari kejauhan
The sea and the hill collide.
The sea and the hill collide.

IMG_5264 IMG_5267

The tale of two beauties.
The tale of two beauties.
Vernazza
Vernazza

Jalur trekking Monterosso-Vernazza berawal dari sisi pantai Monterosso yang kemudian menanjak menuju sebuah hotel yang menghadap laut. Tak jauh dari hotel ini terdapat loket kecil dan pintu masuk jalur trekking dimana seorang petugas akan memeriksa tiket masuk. Kita bisa membeli tiket masuk di loket tersebut atau hanya menunjukkan kartu Cinque Terre Pass. Jalur trekking yang terbilang paling berat di Cinque Terre ini berjarak 3.5 km dan bisa diselesaikan selama 2 jam tergantung kemampuan tiap orang. Jalur yang meniti lembah dan garis pantai ini awalnya sangat ringan, saya berjalan dengan percaya diri sambil memotret pemandangan Monterosso yang terlihat mulai menjauh. Sampai pada saat saya bertemu dengan tangga bebatuan yang menanjak sampai jauh ke atas, saya mulai kewalahan. Anak tangga demi anak tangga saya lalui namun belum sampai puncaknya juga. Sinar matahari yang terik dan udara yang kering membuat keringat bercucuran. Sesekali saya berpapasan dengan turis-turis lain yang juga berjuang mendaki tangga batu ini. Sampai akhirnya saya sampai di puncaknya dan kebun anggur terhampar menyambut saya. Keindahan tempat ini membuat perjuangan menaiki tangga menjadi tidak sia-sia. Semua usaha keras pasti terbayar. Berjalan santai menikmati udara pegunungan dan pantai,saya kemudian beristirahat di bawah pohon yang rindang memulihkan stamina sambil menikmati pemandangan kota Monterosso nun jauh di sana.Duduk di tempat ini membuat saya yakin pilihan saya mengunjungi Cinque Terre daripada Venesia adalah pilihan yang tepat. Saya tidak begitu suka dengan tempat yang terlalu touristy dan penuh dengan keramaian dan antrian. Cinque Terre menawarkan alam yang indah, pemandangan yang luar biasa dan pengalaman trekking yang menyenangkan. Selesai mengambil nafas, saya kemudian berjalan kembali menyusuri jalan di antara tebing dan kebun anggur sampai desa Vernazza terlihat dari kejauhan.Desa Vernazza dengan pelabuhan dan menara benteng berlatar langit biru dan lautan luas membuat saya semakin semangat berjalan ke arahnya. Sisa perjalanan menjadi lebih ringan karena jalur trekkingnya yang mulai menurun dan lebih teduh dibandingkan dengan paruh jalan pertama. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, saya pun sampai di Vernazza.

Lorong jalan di Vernazza
Lorong jalan di Vernazza
Pelabuhan alami Vernazza
Pelabuhan alami Vernazza

IMG_5276

to the tower of Vernazza
to the tower of Vernazza
one sunny day at Vernazza
one sunny day at Vernazza
Gelato,anyone?
Gelato,anyone?

Lorong kota dengan jalan berbatu dan bangunan tinggi bercat pastel menyambut para turis yang kelelahan setelah trekking. Bangunan yang tinggi menghalangi sinar matahari langsung memberikan suatu keteduhan tersendiri. Jalan di desa ini lebih kecil dibandingkan dengan desa Riomaggiore namun tidak kalah ramai. Saya melihat sebuah toko gelato yang ramai dikunjungi turis dan tanpa tunggu lebih lama, saya pun bergabung dengan antrian untuk mendapatkan satu cone dengan dua scoop gelato. Gelato coklat mint dan rum raisin di tengah panasnya hari di Vernazza merupakan suatu kelegaan tersendiri. Dengan gelato di tangan, saya mengikuti jalan sampai ke Piazza Marconi,pusat kota Vernazza dengan pelabuhan alaminya. Restoran dan café di pinggir pelabuhan ramai dikunjungi oleh para turis walaupun harganya cukup mahal. Tak jauh dari pelabuhan, terdapat gereja Santa Margherita d’Antiochia. Gereja tua yang dibangun pada abad ke 14 ini berdiri dengan kokoh dengan menara loncengnya yang indah. Bagian lain yang menarik dari Vernazza adalah menara bentengnya. Menara benteng ini dulu dipakai untuk memperingatkan penduduk desa akan bahaya perompak yang akan datang menyerang. Kita dapat mengunjungi benteng ini dengan membayar tiket dan menikmati pemandangan dari menara. Usai berfoto ria dan menikmati pemandangan, saya pun kemudian berjalan ke stasiun kereta Vernazza untuk menuju Corniglia.

stasiun kereta Corniglia
stasiun kereta Corniglia
Stasiun kereta dilihat dari tangga menuju Corniglia
Stasiun kereta dilihat dari tangga menuju Corniglia

Corniglia adalah desa yang suasananya berbeda dengan desa-desa yang lain di Cinque Tere. Tidak seperti saudara-saudarinya yang lain, Corniglia adalah desa yang letaknya terpencil diatas bukit dan lebih tenang. Desa ini yang paling jarang dikunjungi oleh turis dan memiliki nuansa yang lebih sepi dibanding Monterosso misalnya. Walaupun demikian Corniglia adalah desa yang menarik untuk dikunjungi karena pemandangan ke lautnya yang indah dan juga kenikmatan anggurnya yang telah menjadi komoditi utama desa ini sejak abad pertengahan.

Corniglia
Corniglia
DCIM100GOPRO
don’t you love the sun and the sea?

IMG_5286
Ketika sampai di stasiun kereta Corniglia yang terletak persis di tepi laut, saya langsung melanjutkan perjalanan menuju Corniglia yang terletak di bukit sekitar 20 menit berjalan dari stasiun. Akses utama dari stasiun kereta menuju Corniglia adalah tangga zig-zag dengan 385 anak tangga dari dasar sampai ke Corniglia. Saya yang sudah kenyang dengan trekking dan jalan naik turun, menganggap tangga ini hanyalah jalan rutin biasa. Setelah berjalan selama 10 menit, saya pun letoy dan berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan laut dan stasiun kereta di bawah sana. Setelah napas teratur, saya melanjutkan perjalanan sampai ke Corniglia. Hal pertama yang saya lakukan adalah membeli minuman dingin dan 2 buah persik. Cuaca panas membuat saya merindukan soft drink. A guilty pleasure after a long hot day.Lorong-lorong desa Corniglia terbilang sepi dan lebih personal. Banyak pedagang yang dengan santai ngobrol dengan pedagang lain sementara pembeli berlalu lalang dengan tempo yang lebih santai. Saya pun terus berjalan sampai ke ujung jalan dan menemukan spot foto yang bagus. Café yang berhadapan langsung dengan laut di bawahnya. Pemandangan lautan biru dengan suasana yang tenang semakin membuat saya enggan meninggalkan Cinque Terre. Penyesalan dan kata tanya kenapa dan mengapa pun mulai menghantui saya sampai saya sadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Waktu saya tinggal 4 jam lagi di Cinque Terre.
Berjalan menuruni tangga, saya kembali ke stasiun kereta dan memikirkan hendak kemana selanjutnya. Namun, karena keterbatasan waktu, saya memutuskan untuk kembali ke Monterosso dan berenang di sana. Saya tidak mempunyai waktu lagi untuk mengunjungi Manarola (hal yang amat saya sesali sampai sekarang). Sore menjelang di Monterosso, jumlah turis pun tidak lagi seramai tadi siang. Saya kemudian pergi berenang di pantai yang airnya sejuk dan sangat menyegarkan ini. Monterosso memang lokasi terbaik untuk berenang. Pantai ini tidak berombak besar sehingga cukup menyenangkan hanya sekedar mengambang menikmati sinar matahari dan sejuknya air.
Usai berenang, saya kemudian kembali ke stasiun kereta untuk pergi ke titik awal perjalanan saya di Cinque Terre yaitu Riomaggiore. Riomaggiore saat itu ramai dengan turis yang ingin santap malam.Karena malam ini adalah malam terakhir saya di Italia, saya pun tidak keberatan menghabiskan sedikit uang lebih untuk makan malam di restoran. Saya kemudian memilih restoran yang cukup ramai dan memilih sepiring Ravioli dengan saus daging sebagai makan malam saya. Rasanya sungguh enak apalagi porsinya yang besar. Setelah makan saya pun kemudian berjalan dengan Riomaggiore dan matahari yang segera tenggelam di belakang saya. Saya enggan menengok ke belakang lagi karena saya takut tidak tega meninggalkan tempat yang sangat indah ini. Langkah saya pun kemudian terhenti ketika saya sampai di tempat Shuttle menjemput saya dan turis-turis lain kembali ke Biassa. Cinque Terre, you have won my heart. Keep it until I come back and claim it.
Shuttle pun datang tepat waktu dan kami semua segera kembali ke Ostello Tramonti. Saya kemudian pergi ke Pizzaria dan membeli sebotol wine untuk merayakan malam terakhir saya di Italia. Esok hari saya harus naik kereta dari La Spezia menuju Florence dan naik pesawat menuju Santorini,Yunani. Thank you Italy for the memorable 9 days and welcome me Greece with your bright sun and blue sea. Arriverdecci Italia!Harika Hellas!
Tips:
1. Ada lima desa dengan keunikan sendiri di Cinque Terre, pilihlah desa yang paling sesuai dengan anda. Jika anda suka renang pergilah ke Monterosso, suka desa dengan pemandangan yang dramatis pergilah ke Vernazza, suka desa yang sepi dan tenang pergilah ke Corniglia, suka desa yang lebih modern dan banyak fasilitasnya pilihlah Riomaggiore. Manarola? Who am I to say? I didn’t even manage to set my foot on it.
2. Sediakan waktu paling tidak 2 hari penuh untuk mengunjungi Cinque Terre. Jangan terlalu terburu-buru di sini. Tempat ini merupakan tempat nyantai tanpa ada agenda atau tempat tujuan utama seperti Florence atau Roma. Tempat leyeh-leyeh kok pada buru-buru,piye toh?
3. Belilah Cinque Terre Card jika memang berniat untuk trekking dan fisik cukup bugar karena harga kartu tersebut cukup mahal. Jika anda tertarik hanya mengunjungi kota-kota tanpa trekking, anda dapat membeli tiket kereta di masing-masing stasiun.Jangan lupa memvalidasi tiket anda di mesin yang tersedia.
4. Makanan di Cinque Terre cukup mahal. Untuk menghemat biaya, anda bisa menyiapkan makanan piknik seperti buah-buahan,sandwich atau roti untuk bekal makan di Cinque Terre.
5. Jadilah turis yang bertanggung jawab terutama ketika menyusuri jalur trekking. Jangan membuang sampah sembarangan dan bantulah menjaga kebersihan agar tempat ini selalu ada untuk anak cucu kita.
6. Jika anda ingin berenang di Monterosso dan merasa tidak nyaman meninggalkan pakaian dan barang berharga di sembarang tempat, anda bisa menyewa kursi pantai dan meninggalkan barang-barang anda disana. Pantai yang menyewakan kursi biasanya merupakan pantai pribadi dan cukup aman karena ada penjaganya. Jika anda menyewa kursi, anda juga dapat menggunakan fasilitas bilas dan kamar ganti.
Damage Cost :
Cinque Terre Card : 12 euro
Foccacia sandwich + aqua satu botol besar : 5 euro
Gelato : 3 euro
Buah + sekaleng coca cola : 2.20 euro
Ravioli : 12 euro
Wine : 4 euro

6 Comments

  1. Hi Mas! Udah beberapa kali aku bolak balik ke blog mas, pertama pas mau liburan ke Santorini kemarin, sekarang pas rencana ke Cinque Terre.

    Mas, mau tanya, itu yang shuttle dari hostel gratis ya? Terus, kira2 kalo jelajah Cinque Terre-nya sambil hiking, atau cuma naik kereta aja bakal jauh beda ga keindahan pemandangannya? Makasih.

    Salam,
    Cuni (cunicandrika.com)

    • Hai Cuni, makasih ya da mampir ke blog saya. Nah klo shuttle yg dri hostel itu bayar 2 euro pp n msti reserve sehari sebelumnya, ada jadwal kbrangkatan n jadwal jemputannya. Klo di Cinque Terre mendingan hiking deh, beda jauh rasanya.Pemandangan Cinque Terre paling mantap klo u nikmati dri atas yg cuma bisa lewat jalur hiking. Naik kereta buat klo da mau pulang aja. Saran i u pegi hiking dri point paling ujung ke kota slanjutnya misalnya dari Monterosso sampe Vernazza. Dari Vernazza bisa naik kereta ke Corniglia atau Manarola. Jangan lupa buat hiking klo ke Cinque Terre, nyesel loh kalo ga.

Leave a Reply