Siena is like a gorgeous lady I met at a charity gala. She is charming, intelligent, warm and engaging. Too bad, I can only be with her one night because when the morning comes, I have to leave.
Bis dari Poggibonsi segera melaju dan membawa saya melalui dataran hijau Tuscany. Seperti biasa, saya menatap keluar jendela menikmati pemandangan khas Tuscany yang indah. Pemandangan indah dengan padang hijau dan pepohonan cypress yang berdiri seolah menemani sisi jalan yang panjang membuat saya melamun. Mungkin tinggal di Italia adalah hal yang menyenangkan. Makanan enak, anggur terbaik dan murah, pemandangan dan sejarah yang luar biasa, what more to expect? Saya jatuh cinta pada negara ini hanya dalam beberapa hari.9 hari di Italia sepertinya terlalu singkat. Namun mau gimana lagi, my time is limited and I have to make the most of it.
Pemandangan yang beralih dari pepohonan menjadi bangunan benteng berbatu menyadarkan lamunan saya. Saya telah tiba di Siena. Bis kemudian berhenti di terminal Piazza Antonio Gramsci. Terminal bis ini adalah terminal terdekat ke kota tua Siena. Kita bisa berjalan kaki sekitar 15 menit dari sini menuju Piazza Il Campo yang merupakan pusat keramaian Siena. Sebelum mengeksplorasi lebih lanjut, saya terlebih dahulu mampir ke Siena Hostel,tempat saya menginap malam ini. Siena Hostel terletak di luar kota tua Siena dan merupakan salah satu hotel terbaik yang pernah saya tinggali di Italia. Hostel ini hanya 10 menit dengan bis dari terminal bis Piazza Antonio Gramsci dan merupakan pilihan terbaik jika ingin menghemat biaya penginapan. Semalam di hostel ini hanya 15 euro (kamar dorm) dan sudah termasuk buffet breakfast yang sangat melimpah. Setelah menitipkan tas di hostel, saya kemudian kembali lagi ke Piazza Antonio Gramsci dengan bis yang lewat di depan hostel. Sesampainya di terminal bis, saya kemudian berjalan menyusuri kota Siena.
Pada abad pertengahan, Siena adalah salah satu kota paling berpengaruh di Italia. Bersama Florence, Genoa dan Pisa, Siena memperebutkan supremasi tertinggi di bidang ekonomi dan politik di eropa. Sayangnya wabah yang melanda Eropa pada tahun 1348 membuat Siena terpuruk dan tidak pernah lagi bisa bangkit.Siena kemudian ditaklukkan oleh Florence dan tidak lagi memegang peranan penting dalam perekonomian Italia. Kegemilangan masa lalu Siena dan kemundurannya masih dapat kita lihat di kota yang masih mempertahankan tradisi abad pertengahannya. Jalan-jalan berbatu di antara bangunan rumah dan toko yang kokoh berdiri tak lekang dimakan waktu.Bendera warna warni dengan lambang contrada (semacam desa kecil) di Siena terpasang di gang-gang kota ini. Suatu pemandangan yang unik dan membuat saya serasa berjalan ke abad pertengahan. Kota Siena juga sangat ramah untuk pejalan kaki karena kendaraan bermotor dibatasi hanya untuk para penghuni kota ini, sehingga Siena bisa dibilang traffic free.
Tidak seperti ketika di Florence, saya tidak mempunyai agenda khusus di kota ini. Saya memutuskan untuk membiarkan insting dan kaki saya bebas melangkah di antara bangunan-bangunan tua kota ini. No rush, just enjoy. Saya berjalan di antara para turis yang sibuk mendengarkan penjelasan pemandu wisata sambil mengagumi arsitektur bangunan rumah dan gereja. Kaki saya kemudian membawa saya ke sebuah lapangan luas dengan sebuah bangunan mirip gereja dan menara tinggi di depannya. Lapangan besar ini adalah Piazza Il Campo, tempat paling populer di Siena. Piazza ini ramai dikunjungi turis dan penduduk local yang hanya sekedar nongkrong minum kopi atau bir. Keunikan piazza ini terletak pada kontur lapangan yang agak miring sehingga banyak orang yang duduk, selonjoran bahkan berbaring menikmati sinar matahari sambil ngobrol.Setiap awal Juli tiap tahunnya, festival Palio atau pacuan kuda diadakan di piazza ini. Ribuan orang akan memenuhi arena lonjong ini untuk menonton pacuan kuda yang meriah. Tiap-tiap contrada di Siena akan mengirimkan kuda dan penunggang jagoannya untuk berlaga. Sayang, saya tidak sempat menonton pacuan kuda ini karena saya tiba sehari sebelum pacuan kuda berlangsung. Bangunan besar di depan Piazza Il Campo adalah Palazzo Publico atau city hall dengan menara tinggi (Torre del Mangia) di sampingnya. Palazzo Publico adalah pusat pemerintahan Siena pada abad pertengahan. Di gedung inilah keputusan penting mengenai Siena diambil dan penduduk Siena akan berkumpul di halaman depannya untuk mendengarkan. Menara tinggi di sampingnya dapat dikunjungi turis dan dari puncak menara ini kita dapat melihat pemandangan Piazza Il Campo dan sekitarnya. Tapi untuk naik ke puncak menara ini dibutuhkan perjuangan karena menara ini memiliki 300 anak tangga dan ruangan menara sangat sempit sehingga hanya 50 orang yang boleh naik bangunan ini pada waktu bersamaan.
Usai mengunjungi Piazza Il Campo, saya kemudian lanjut berjalan-jalan tanpa tujuan di lorong-lorong kota Siena. Lorong-lorong dihiasi bendera-bendera warna-warni dan banyak kafe dan restoran yang ramai dikunjungi para turis. Harga makanan di restoran-restoran Siena walau mahal tapi masih lebih murah dibandingkan dengan Florence. Jika punya dana lebih, sisihkan sedikit untuk mencoba makanan khas Tuscany di salah satu restoran di Siena. Menikmati masakan bercita rasa tinggi di sisi jalan yang bernuansa abad pertengahan adalah suatu pengalaman yang tak terlupakan. Berjalan-jalan tanpa tujuan di lorong kota Siena membawa saya ke Duomo,gereja kebanggaan kota Siena. Gereja yang dibangun dengan ambisi untuk menjadi gereja terbesar di dunia ini menampilkan wujud katedral yang megah dan mewah. Penampilan luarnya yang berwarna putih bergaris hijau tua membuat gereja ini seolah bersinar di bawah terik matahari Tuscany. Berbagai ornament bertema cerita Injil dan patung para kudus menghiasi façade gereja ini. Sayang, gereja ini belum selesai dibangun seluruhnya. Wabah Black Death menyerang Eropa dan Siena tidak luput dari wabah yang menewaskan sepertiga penduduk Eropa kala itu. Siena tidak pernah bisa lagi bangkit setelah wabah tersebut dan pembangunan gereja ini pun terhenti. Kita masih bisa melihat sisa dari pembangunan yang belum selesai di sisi belakang gereja yang sekarang menjadi lapangan parker. Sebuah dinding gereja yang kokoh namun belum terhubung dengan gereja utama, saksi dari suatu ambisi,usaha dan kegagalan manusia. Gereja ini menyimpan banyak karya seni zaman Renaissance seperti lukisan Slaughter of the Innocent, patung Yohanes Pembaptis karya Donatello, lukisan Madonna del Voto dan karya-karya lain. Banyak karya seni yang juga disimpan di Duomo Museum, tak jauh dari Duomo. Selain Museum,kita juga bisa mengunjungi Crypt dan Baptistery dengan tiket terpisah. Di sekitar Duomo,ada beberapa penjual souvenir khas Siena yaitu bendera Contrada Siena. Saya membeli sebuah bendera yang berlambang Lupe (serigala) seharga 8 euro. Tentu saja, tongkat benderanya saya kembalikan ke penjual karena ribet untuk ditaro di ransel saya.
Usai mengunjungi Duomo (halaman depan Duomo tepatnya), saya berjalan kembali ke Piazza Gramschi untuk naik bis kembali ke hostel. Maklum, saya belum check in dan saya mau mandi sebelum kembali lagi ke kota tua pada malam hari. Rick Steves menyarankan para pembaca guide booknya untuk menikmati suasana malam di Siena. Saya pun tidak mau melewatkan kesempatan mengunjungi Siena di malam hari. Setelah check in dan beristirahat, saya menunggu jam 11 malam dimana bus 60N akan lewat halte di depan hostel. Singkat cerita, saya pun kemudian sampai di Piazza Gramschi setelah naik bus 60 N. Saya punya waktu sekitar dua jam untuk menikmati Siena di malam hari karena bis terakhir menuju hostel berangkat pukul 1:29 dini hari.
Siena at night is truly magical. Lorong-lorong kota diterangi dengan lampu-lampu jalan yang memberi kesan kuno namun anggun. Beberapa piazza diterangi dengan lampu sorot dan membuat bangunan di belakangnya terkesan bersinar dalam kegelapan. Masih ada turis dan penduduk setempat yang berjalan-jalan menikmati malam yang romantis di kota tua ini. Saya pun turut serta dalam rombongan penduduk setempat yang seolah berjalan menuju satu arah saja yaitu Piazza Il Campo. Betul saja, Piazza Il Campo yang tadi siang saya kunjungi tidak terlalu ramai, sekarang tampak seperti pasar malam dimana banyak pasangan muda mudi berkumpul dan duduk-duduk sambil minum wine atau bir. Café-café dan restoran yang mengelilingi Piazza Il Campo dipenuhi oleh pengunjung yang ingin menikmati malam yang indah di kota ini. Saya pun tidak ketinggalan. Saya segera berjalan menuju satu bar terdekat dan membeli sebotol dunkel bir. Dengan sebotol bir dan gelas plastic, saya pun bergabung dengan keramaian menikmati pemandangan Palazzo Publico dan menaranya yang menjulang di bawah gemerlap sang rembulan yang terang bersinar. Sungguh indah Siena, suasana malam yang hangat dan gemerlap dengan lampu-lampu yang menerangi Piazza membuat saya betah berlama-lama. Sayangnya waktu dan mata saya yang sudah ngantuk kemudian menyadarkan saya untuk segera berangkat kembali ke hostel. Siena mungkin adalah kota favorit saya di Italia setelah Roma. Pesona keindahan dan hangatnya suasana malam kota ini adalah daya tarik utama kota ini. Siena? I love Siena…
Tips :
1. Siena dapat dicapai dengan kereta atau bis. Naik bis lebih praktis karena bis akan sampai di Piazza Gramschi yang tidak jauh dari pusat kota. Sedangkan jika naik kereta, kereta akan berhenti di stasiun Siena yang letaknya di bawah bukit. Untuk mencapai pusat kota dari stasiun, kita bisa naik eskalator yang letaknya di bangunan mal di depan stasiun kereta dan dilanjutkan dengan naik bis.Atau naik bis langsung dari halte dekat stasiun kereta.
2. Selain suasananya yang menyenangkan, Siena juga merupakan tempat Ziarah. St Catherine dari Siena dilahirkan di kota ini.Kita dapat mengunjungi rumah kelahiran St Catherine (Santuario di Santa Caterina) di kota ini. Relikui St Catherine berupa kepala dan jempolnya disimpan di gereja San Domenico juga ada di Siena.
Damage Cost :
Bus Tavarnelle-Poggibonsi-Siena : 4.20euro
Bus hostel-Piazza Gramschi : 4×1.20 euro
Rissotto : 4 euro
Pizza satu slice : 2.5 euro
Salad : 6.5 euro
Bendera Contrada : 8 euro
Apel 4 buah : 0.70 euro
Bir : 2.25 euro
Hostel : 17.5 euro (including Tax)
Next : Pisa : Mampir Bentar di Menara Miring