Under the Tuscan Sun (Part 1) : 5 Jam di Florence, Kota Lahirnya Renaissance

Suara kereta Circumvesuviana yang menderu membuyarkan lamunan saya pagi itu di Stasiun Pompeii Scavi. Saya yang masih ngantuk karena udara sepoi-sepoi yang bertiup kemudian bangun dan menaiki kereta yang akan membawa saya menuju Napoli Centrale. Pagi itu kereta masih sepi, banyak kursi kosong dan saya bisa duduk bersama tas kesayangan saya dengan nyaman.Setelah sampai di Napoli Centrale, saya kemudian segera berjalan keluar sebentar untuk membeli cemilan khas kota Napoli yaitu Sfogliatelle. Sfogliatelle adalah sejenis kue dengan kulit crispy dan berisi krim. Ada banyak pilihan rasa, namun karena keterbatasan bahasa saya main tunjuk saja kuenya dan mendapat rasa kelapa. Kue yang harganya hanya 2 euro ini rasanya enak dan cocok kalau ditemani dengan segelas capucinno, sayangnya saya tidak mempunyai waktu untuk leyeh-leyeh minum kopi karena kereta Freciarossa yang akan membawa saya ke Florence akan berangkat 15 menit lagi.

Sfogliatelle
Sfogliatelle

Kereta merah nan cepat ini membawa saya ke Florence dalam waktu hanya 3 jam saja.Saya menghabiskan waktu dengan membaca travel book dan sesekali melihat pemandangan di luar yang indah. Florence tujuan saya selanjutnya terletak di daerah yang disebut Tuscany. Daerah ini terkenal dengan pemandangannya yang indah dengan bentangan padang hijau dan kebun anggur. Kota-kota kecil dengan bangunan abad pertengahan banyak bertebaran di Tuscany. Florence yang merupakan kota lahirnya Renaissance dan sangat kaya dengan karya seninya. Siena, rival Florence , menawarkan suasana khas kota kuno dan atmosfir abad pertengahan. Kedua kota ini merupakan tujuan utama saya mengunjungi Tuscany. Ketika kereta mulai mendekati Florence, saya mulai melihat perkebunan anggur dan padang rumput hijau menguning yang tampak seperti karpet. Pemandangan indah ini terus saya nikmati sepanjang perjalanan saya di Tuscany. Luar biasa indah dan berkesan di hati.
Sesampainya di Stasiun Santa Maria Novella (S.M.N) Florence, saya segera mencari tempat penitipan tas untuk menitipkan tas saya. Saya hanya akan menghabiskan waktu setengah hari di Florence dan menginap di Tavarnalle Val Pesa, sebuah desa kecil di tengah Tuscany.Biaya menginap di Florence cukup mahal, satu malam di hostel biasa saja bisa sebesar 25-30 euro, karena mahalnya biaya penginapan inilah saya memutuskan untuk menginap di Tavarnalle. Setelah membayar ongkos penitipan (6 euro untuk 5 jam pertama) saya kemudian berjalan kaki menuju terminal bis yang letaknya tidak jauh dari stasiun S.M.N untuk membeli tiket menuju Tavarnalle. Tiket menuju Tavarnalle seharga 3.30 euro sudah di tangan dan kini saatnya berkunjung ke Florence.

Typical street in Florence
Typical street in Florence
Duomo dari arah Stasiun SMN
Duomo dari arah Stasiun SMN
Among the crowds of Florence
Among the crowds of Florence

IMG_5078

Facade Duomo, perhatikan detail dari tiap ukiran.
Facade Duomo, perhatikan detail dari tiap ukiran.
Keramaian kota Florence di tengah teriknya sinar mentari
Keramaian kota Florence di tengah teriknya sinar mentari

Pusat kota Florence adalah Duomo yaitu gereja besar dengan arsitektur Renaissance yang dapat dikenali dengan mudah karena kubahnya yang berwarna orange. Kubah gereja ini merupakan titik tertinggi di kota Florence. Saya berjalan kaki dari terminal bis di bawah teriknya sinar matahari Florence yang luar biasa menyengat. Kota ini sangat ramai oleh turis dan memberikan kesan padat dan panas. Namun, bangunan-bangunan gereja dan birunya langit membuat saya mengabaikan panas dan terus berjalan ke arah Duomo.Jika anda mengunjungi Florence, berarti anda sudah siap untuk berjalan kaki ( I mean..lots and lots of walking). Bagian yang ramai dikunjungi oleh turis di Florence tidak dilalui oleh kendaraan berukuran besar seperti bis. Jadi bersiap saja berjalan-jalan di bawah sinar matahari panas sambil menikmati Gelato dan pemandangan bangunan-bangunan Renaissance.

Interior Duomo
Interior Duomo

IMG_5083 IMG_5085

kubah yang bergambar
kubah yang bergambar “The Last Judgement” karya Giorgio Vasari
Altar gereja
Altar gereja
Baptistry
Baptistry

Gereja Santa Maria del Fiore atau yang populer disebut Duomo, adalah salah satu gereja terbesar di dunia dengan kubah batanya yang besar. Kubah ini dibuat oleh Filippo Brunelleschi yang menghabiskan waktu 14 tahun untuk menyelesaikan mahakarya ini. Gereja ini memiliki interior yang luas dan lorong gereja terpanjang no 3 di dunia. Untuk memasuki gereja ini, saya harus mengantri selama 10 menit karena ramainya pengunjung waktu itu. Saya tidak perlu membayar tiket untuk masuk ke dalam gereja namun jika saya ingin mengunjungi Kubah gereja, saya harus membayar 10 euro. Harga tiket sudah termasuk Campanile (Giotto’s Tower atau menara bel gereja),Baptistery (gedung tempat pembaptisan yang menyimpan mosaic The Last Judgement). Karena keterbatasan waktu, saya hanya mengunjungi interior saja, agak menyesal rasanya mengingat mendaki ke atas kubah gereja dan menikmati pemandangan Florence dari puncak adalah salah-satu Highlight dalam mengunjungi Florence. Setelah mengunjungi gereja,saya berjalan menuju Ponte de Vecchio.
Salah satu kesalahan saya dalam trip ke Italia kali ini adalah manajemen waktu, terutama ketika mengunjungi Florence. Saya tidak menduga bahwa begitu banyak hal yang bisa dilihat di kota ini dan tidak memperhitungkan jadwal bis antar kota yang lebih sedikit di hari Minggu. Saya tiba di Florence jam 1 siang dan ternyata saya harus berada di terminal bisa jam 6 sore untuk naik bis ke Tavarnalle. Otomatis, saya hanya punya waktu 5 jam di Florence. And this is hell… Saya harus berjalan terburu-buru dari Duomo ke Ponte Vecchio dan ke Accademia untuk melihat patung David karya Michaelangelo. Tiket Accademia sudah saya beli online seharga 20euro dan saya merasa sayang kalo tiket ini akhirnya hangus. Alhasil, saya berjalan bolak-balik di bawah panasnya sinar matahari dan tidak begitu menikmati kunjungan saya. Ugh..sungguh sayang.

Patung tiruan David di depan Pallazo Vecchio
Patung tiruan David di depan Pallazo Vecchio
Patung Perseus membantai Medusa
Patung Perseus membantai Medusa
Hercules
Hercules

Menyusuri pertokoan mewah di kiri dan kanan jalan Via de Calzaiuoli, saya berjalan terburu-buru dan akhirnya beristirahat sebentar di Piazza della Signoria.Di Piazza ini beristirahat sebentar berteduh di bawah bayang bayang bangunan. Piazza della Signora adalah pusat aktivitas pemerintahan kota Florence di zaman dahulu. Negara kota yang unggul dalam perdagangan ini sukses membangun kota dengan kekayaannya. Ada banyak karya seni karya para seniman Renaissance yang menghiasi piazza ini. Patung replica David, Patung Judith dan Holofernes, dan juga Patung Perseus berdiri kokoh menyambut para turis yang berfoto ria dengan mereka. Setelah menghabiskan satu buah gelato, saya kemudian berjalan ke Ponte de Vecchio.

IMG_20150628_145102
Keindahan Sungai Arno dari Ponte Vecchio
IMG_20150628_142453
Choose your favorite gelato 😀
IMG_5099
perumahan di tepi Sungai Arno
Sungai Arno
Sungai Arno

IMG_5100
Ponte Vecchio adalah jembatan tertua yang ada di Florence. Jembatan batu ini membentang di atas Sungai Arno. Jembatan yang dulunya merupakan tempat penyebrangan sekaligus tempat penjual daging berjualan ini kini ramai dengan toko-toko emas dan oleh-oleh. Dari jembatan ini, kita dapat menikmati pemandangan sungai Arno yang indah dengan latar belakang gunung. Saya rasa para seniman terutama pelukis akan betah berlama-lama di sini menikmati pemandangan sambil mengabadikannya di atas kanvas. Saya pun sebenarnya amat menyukai pemandangannya, namun ramainya pengunjung kala itu membuat saya merasa tidak betah. Banyak orang yang ingin berfoto dan kemudian meminta saya minggir dan penuhnya jalan membuat saya kemudian memutuskan berjalan menuju tujuan akhir saya di Florence yaitu Accademia Gallery.

IMG_20150628_152212
antrian masuk Accademia
IMG_5106
David,the Renaissance Man

IMG_5112 IMG_5110 IMG_5115
Accademia Gallery adalah galeri yang menyimpan patung asli David karya Michaelangelo. Patung asli ini awalnya di terletak di Piazza della Signoria dan kemudian dipindahkan ke Accademia agar tetap terjaga dari cuaca dan factor lain. Selain menyimpan Patung David, Accademia juga menyimpan banyak karya seni seperti lukisan-lukisan dan patung karya seniman Florence lainnya. Tapi tentu saja, tujuan utama orang mengunjungi Accademia adalah Patung David. Patung David merupakan karya Michaelangelo yang asli penduduk Florence. Michaelangelo diberi tugas untuk membuat suatu karya besar yang mengambil tema dari Alkitab. Michaelangelo memilih figur David (nabi Daud) yang pada masa remajanya mengalahkan jagoan bangsa Filistin, Goliath. Patung setinggi 17 kaki ini awalnya dimaksudkan untuk menghiasi atap Duomo namun kemudian diletakkan di Palazzo Vechio (letak patung tiruannya sekarang). Patung yang menggambarkan manusia Renaissance ini memiliki sorot mata percaya diri seolah siap menghadapi tantangan jaman yang menghadang. Mengunjungi Accademia di musim liburan merupakan suatu perjuangan sendiri. Ketika saya sampai, antrian mengular panjang sampai ke Duomo. Antrian dibagi dua, antrian untuk pengunjung yang sudah membeli tiket online dan antrian untuk pengunjung yang membeli tiket on the spot. Saya kemudian mulai mengantri di antrian online tapi baru sadar kalau saya harus menukarkan print-an pembayaran saya dengan tiket asli di loket yang lain. Untungnya saya belom ngantri lama. Setelah mendapatkan tiket asli, saya mulai mengantri. Sekitar 30 menit kemudian, saya baru bisa masuk ke dalam Accademia. Saya ga bisa ngebayangin bagaimana pengunjung yang mengantri di antrian biasa menunggu di bawah terik matahari begitu lama.
Memasuki Accademia serasa masuk ke dalam istana sejuk bagi saya. Cuaca yang panas di luar membuat tempat ini menjadi begitu nyaman, saya yang bermandi keringat segera merasa mendapat nafas baru. Segera, saya dapat melihat patung David yang berdiri gagah dikelilingi para turis. Para turis tampaknya iseng berpose seolah menunjuk atau memegang “anu” David hehe. Setelah berfoto dengan patung kebanggaan penduduk Florence ini, saya menyempatkan diri mengunjungi galeri Byzantine yang penuh dengan karya-karya zaman Kekaisaran Byzantium berupa lukisan bertema religi. Lukisan dengan cat dari emas ini sangat indah namun sayangnya tidak boleh difoto. Setelah menikmati lukisan-lukisan zaman Renaissance, saya pun berjalan keluar Accademia menuju terminal bis untuk naik bis ke Tavarnelle. Sungguh kunjungan yang terlalu singkat. Seandainya saya punya waktu lebih, saya ingin kembali ke Florence dan segala keindahannya.

Tips :
1. Sediakan waktu yang cukup untuk mengunjungi Florence karena banyak sekali yang bisa dinikmati disini. Jika anda pecinta berat karya seni, anda bisa membeli Firenze Card yang harganya cukup mahal (72 euro). Kartu ini berlaku 3 hari dan mencakup semua atraksi di Florence seperti Uffizzi Gallery, Accademia, Palazzo Vecchio,Bargello,Kapel Keluarga Medici, Museum San Marco, Duomo (baptistery,campanile,dome), Palatine Gallery.
2. Harga penginapan di Florence cukup mahal dan biasanya penuh dengan turis pada musim panas. Saya memilih menginap di kota kecil 45 menit dari Florence yaitu Tavarnalle Val Di Pesa. Di kota kecil (lebih tepat disebut desa) ini terdapat penginapan murah bernama Ostello del Chianti. Letaknya yang berada di tengah-tengah Tuscany memungkinkan saya untuk pergi ke tempat lain dengan mudah. Harga semalam untuk kamar dorm 15euro. Oh iya, ada free wine tasting di hotel dekat Ostello del Chianti loh.
3. Harga makanan di Florence juga lumayan mahal dibanding kota lain di Italia. Namun, kalo mau makan murah bisa di sekitar stasiun Santa Maria Novella.
4. Jika anda berniat mengunjungi Uffizi atau Accademia, pesanlah tiket online di http://www.firenzemusei.it/ Jangan sia-siakan waktu anda ngantri di bawah terik matahari. Trust me you don’t want to regret later.

Damage Cost :

Capucinno + cornetto di Pompeii Scavi : 3.5 euro

Tiket kereta Pompeii-Napoli Centrale : 2.60

Sfogliatelle : 2 euro

Tiket kereta Freciarossa  Napoli Centrale – Florence (online) :29 euro

Air mineral : 1 euro

Deposit Tas : 6 euro

Accademia (online): 20 euro

Es krim : 2 euro

Kebab + softfdrink (belakang terminal bis) : 5 euro

Bis ke Tavarnalle : 3.30 euro

Next : Under The Tuscan Sun (part 2) : Memulihkan Tenaga di Tavarnelle Val Di Pesa

4 Comments

Leave a Reply