Tulisan kali ini banyak mengandung sejarah Romawi dan Kristiani, bagi yang suka nguap dan ngantuk ketika pelajaran Sejarah dan Agama harap menghindari membaca artikel ini. Uda gue bilangin loh ya..
“The train to Ostia Antica is not operating today due to a strike.” demikian penjelasan petugas di Piramide Train Station. Saya nyaris tidak percaya kalau ada mogok ketika saya ingin berkunjung ke kota pelabuhan yang menjadi urat nadi perdagangan kota Roma dahulu kala. Kecewa, kesal namun mau apalagi. Hal seperti transportasi massal yang mogok sudah menjadi hal yang lumrah bagi orang Italia. Biasanya jadwal mogok diberitahukan sehari sebelumnya dan memang saya apes saja. Karena tidak jadi ke Ostia Antica, akhirnya saya memutuskan untuk skip Ostia Antica dan melanjutkan ke destinasi selanjutnya, yaitu Via Appia Antica.
Via Appia adalah salah satu jalan buatan manusia yang paling tua. Bayangkan jalan ini dibangun pada tahun 312 SM dan sampai sekarang masih bisa digunakan. Awalnya jalan ini dibangun untuk menghubungkan Roma dan Brindisi, kota pelabuhan yang terletak di tenggara Italia. Pembangunan jalan ini dinilai sangat penting untuk mobilisasi pasukan Romawi dalam menghadapi serangan musuh atau memadamkan pemberontakan di daerah kekuasaannya. Bangsa Romawi selalu membuat jalan mereka dalam kondisi lurus tanpa belokan dan tikungan. Jadi sejauh mata memandang, kita akan melihat jalan yang lurus terusss. Kelak, Via Appia kemudian diperpanjang dengan jalan-jalan lain, tidak heran kalau ada pepatah ” Banyak jalan menuju Roma.” atau ” All roads lead to Rome.”
Via Appia juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa sejarah dunia. Di jalan inilah para pemberontak di bawah sang gladiator Spartacus disalib dan dijejerkan sebagai suatu peringatan kepada penduduk Republik Roma untuk takluk. Mayat para pemberontak tersebut juga dibiarkan sampai kering, tentulah pemandangan yang sangat mengerikan mengingat jumlah pemberontak tersebut mencapai ribuan orang. Selain menjadi saksi penyaliban, di jalan ini pula Santo Petrus mengucapkan kalimat “Quo Vadis, Domine?” Kalimat yang berarti ” Mau kemana,Tuhan?” ini diucapkan kala Petrus yang melarikan diri dari Roma setelah diancam oleh Kaisar Nero. Pada saat berjalan di Via Appia, Petrus bertemu dengan Yesus Kristus. Petrus bertanya ,” Quo Vadis,Domine?” Yesus menjawab,” Saya mau ke Roma untuk disalibkan lagi menggantikanmu.” Petrus kemudian tersadar akan panggilan martirnya dan memperoleh keberaniannya kembali. Petrus pun kemudian berjalan kembali ke kota Roma untuk menyambut kematiannya dengan gagah. Petrus kemudian disalib terbalik atas permintaannya sendiri, karena dia menganggap tidak layak disalibkan dengan cara sama seperti Yesus. Tempat dimana Petrus bertemu dengan Yesus sekarang telah diabadikan dalam bentuk Gereja Quo Vadis yang letaknya persis di tepi Via Appia.
Selain Gereja Quo Vadis, terdapat banyak bangunan bersejarah yang bertebaran di sisi Via Appia. Saya sengaja mendedikasikan satu hari di Roma untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah termasuk Via Appia dan Colloseum. Dari Piramide Station, saya kemudian pindah ke Circo Maximus Station untuk naik bis no 118 menuju Via Appia. Bis ini kemudian membawa saya ke salah satu pemberhentian di Via Appia yaitu the Catacombe of St Sebastiano.
Catacombe San Sebastiano adalah salah satu dari beberapa kompleks pemakaman bawah tanah bagi kaum kristiani yang terdapat di luar kota Roma. Bangsa Romawi tidak mengizinkan adanya kuburan di dalam kota mereka sehingga biasanya kuburan terletak di luar kota. Sebelum agama kristen disahkan menjadi agama negara oleh Kaisar Constantine Agung, para pemeluk agama kristen ditindas dan dianggap sebagai warga kelas dua. Orang-orang kristen ini sering menjadi sasaran kemarahan publik dan kaisar karena mereka menolak untuk menyembah patung dan kaisar. Posisi mereka yang rendah dalam masyarakat membuat mereka sembunyi-sembunyi dalam beribadah. Orang-orang kristen sering mengadakan pertemuan di tempat-tempat rahasia seperti di kuburan bawah tanah yang kemudian terkenal dengan nama katakombe.Katakombe awalnya merupakan kompleks penguburan bagi kaum pagan, namun kemudian dipakai oleh kaum nasrani untuk menguburkan jenazah. Kompleks yang berada di bawah tanah ini panjangnya bisa berkilo-kilometer dan di kiri dan kanan dinding terdapat ceruk yang berisi kerangka manusia yang kemudian disegel.
Ada banyak katakombe di sekitar Roma, namun ada dua yang bisa dikunjungi oleh turis yaitu Katakombe St Sebastiano dan Katakombe St Callisto. Untuk mengunjungi Catacombe St Sebastiano, kita harus membayar tiket seharga 8 euro dan sudah termasuk tour dalam bahasa Inggris. Tour guide kemudian membawa kita ke dalam katakombe dan menjelaskan tiap-tiap bagian dari katakombe.Bagian katakombe yang dibuka untuk turis ini sudah tidak lagi menyimpan jenazah karena jenazah-jenazah tersebut telah dipindahkan kebagian lain. Yang tersisa adalah ceruk dan sarkofagus tempat jenazah-jenazah tersebut pernah bersemayam. Sayangnya, turis tidak diperkenankan untuk mengambil foto di katakombe.Yang unik adalah di dalam katakombe ini terdapat juga tempat ziarah umat nasrani mula-mula yaitu kapel St Sebastian. Sebastian adalah seorang perwira pasukan romawi yang beragama kristen. Sebastian mati dipanah karena imannya oleh Kaisar Diocletian. Martir mula-mula ini kemudian dikuburkan di dekat Via Appia, tempat berdirinya Basilica San Sebastiano fuori le mura.
Usai mengunjungi Katakombe St Sebastian, saya kemudian berjalan menyusuri Via Appia dan menikmati ketenangan serta kerindangan jalan kuno ini. Di kiri dan kanan jalan terdapat pohon-pohon yang rindang dan sesekali kita dapat melihat reruntuhan bangunan romawi. Sebagian besar bangunan ini adalah kuburan kaum elite Romawi. Salah satu dari kuburan ini adalah Kuburan Cecilia Metella. Kuburan yang besar dan wujudnya mirip benteng ini dapat dikunjungi dengan menggunakan Roma Pass. Namun setelah membaca review, saya mengurungkan niat untuk menggunakan kuota Roma Pass saya untuk kuburan ini. Mengapa?karena saya mau menggunakannya untuk tempat lain di Roma dan kuburan ini tidak begitu menarik perhatian saya. Via Appia sangat panjang, sehingga saya memutuskan untuk menyewa sepeda untuk menyusuri jalan ini. Dekat kuburan Cecilia Metella terdapat cafe kecil yang juga menyewakan sepeda.Dengan membayar 4 euro, saya kemudian siap mengayuh sepeda di jalan kuno ini. Ternyata, tidak mudah naik sepeda di jalan ini. Kontur jalan yang tidak rata karena dibangun dengan menggunakan batu-batu besar, akhirnya membuat saya bersepeda di tepi jalan yang umum digunakan oleh sepeda. Lumayan mengasyikan, santai bersepeda sambil membayangkan sejarah ribuan tahun jalan ini. Setelah bersepeda selama sejam, saya pun mengembalikan sepeda dan kemudian menunggu bis no 660 untuk menuju Stasiun Metro Coli Albani. Dari stasiun metro ini saya kemudian melanjutkan perjalanan saya ke Basilica St Paul outside the walls.
Basilica St Paul outside the walls atau singkatnya disebut basilica St Paul adalah gereja yang didirikan oleh Kaisar Konstantine Agung di atas makam Santo Paulus. Menurut tradisi gereja, Paulus menemui ajalnya di Via Ostiense dengan cara dipenggal. Paulus yang memiliki kewarganegaraan Romawi tidak boleh meninggal disalib atau cara tidak terhormat lain, sehingga dia meninggal dipenggal dengan pedang. Jasadnya kemudian disimpan di dalam sarkofagus dan dimakamkan di Via Ostiense. Tempat jasadnya dimakamkan dibangun gereja yang menjadi salah satu tempat ziarah umat nasrani. Ketika saya berada disana, saya terkesima oleh keindahan bangunan gereja ini. Patung Santo Paulus yang menghunus pedang seolah menyambut kedatangan para penziarah dengan gagahnya. Ketika berada di dalam gereja, saya melihat bagian yang paling utama di gereja yaitu kuburan Santo Paulus. Sarkofagus yang menyimpan kerangka St Paulus diletakkan di tengah gereja dan menjadi tempat penziarahan. Selain sarkofagus, terdapat juga rantai yang dipercaya merupakan rantai yang mengikat rasul ini ketika dipenggal. Kunjungan di gereja ini kemudian menjadi kunjungan terakhir saya di sekitar Via Appia. Jam sudah menunjukkan jam 4 sore dan kini tiba saatnya bagi saya untuk mengunjungi Colloseum dan Roman Forum.
How to get there :
1. Via Appia dapat dicapai dengan naik bis no 118 dari pemberhentian bis tak jauh dari Stasiun Metro Circo Maximo. Untuk kembali ke pusat kota Roma, bisa naik bis no 118 dari seberang San Sebastian Catacombe atau naik bis no 660 dari cafe dekat Makam Cecilia Metella.
2. Basilica San Paolo bisa dicapai dengan naik Metro Line B ke stasiun Basilica San Paolo. Gereja terletak 5 menit jalan kaki dari stasiun metro.
[…] Via Appia : Jalan raya tertua di dunia ini merupakan jalan yang pernah dilalui oleh Rasul Petrus dan Rasul Paulus ketika menuju Roma. Rasul Paulus tercatat pernah singgah di Tres Taberne (Kisah Para Rasul 28:15) yang dilalui oleh Via Appia. Rasul Petrus menurut tradisi pernah juga melarikan diri dari Roma ketika akan disalibkan oleh Kaisar Nero melalui jalan ini sebelum akhirnya bertemu dengan Yesus Kristus dan kembali ke Roma.(lengkapnya silahkan klik disini) […]
[…] terletak di Appian Way, salah satu jalan tertua di dunia. Dua tahun lalu saya pernah mengunjungi Catacombe San Sebastiano dan sangat terkesan dengan sejarah kompleks kuburan kuno Romawi tersebut. Alih-alih pengen membuat […]