I am a coffee addict. That’s right. I am not ashamed of it nor afraid to admit that my addiction goes as far as there are 6 types of coffee on my working desk. Saya tidak bisa berfungsi dengan baik tanpa kafein mengalir dalam darah saya. Sounds lebay right? Tapi begitulah saya. Setiap bangun pagi, hal pertama yang terlintas adalah secangkir kopi panas nan harum menunggu saya di dapur. Demikian pula ketika saya mengunjungi Italia, negara yang terkenal dengan budaya minum kopinya.
Ketika saya terbangun dari tidur di kamar hostel saya, jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Tanpa menunggu lebih lama saya pun bangun dan bersiap menuju cafe terdekat untuk menjalankan ritual pagi saya. Pilihan saya jatuh pada Caffe Trombetta yang letaknya di seberang stasiun Termini. Sebelum saya memesan kopi, saya terlebih dahulu mengamati bagaimana orang lokal memesan kopinya. Bagi orang Italia, minum kopi adalah seperti suatu ritual tidak seperti kita yang suka berlama-lama nongkrong di cafe seperti Starbucks.Orang Italia memesan kopi mereka di kasir, mendapatkan slip pembayaran lalu menunjukkan slip ke barista sambil membacakan pesanan mereka, memilih cornetto (sejenis croissant), menunggu kopi dibuat dan kemudian setelah kopi dihidangkan mereka kemudian minum dan makan berdiri. Sesekali mereka ngobrol dengan barista atau teman yang mereka temui lalu setelah kopi dan cornetto mereka habis mereka pergi kerja. Mereka tidak duduk di kursi dan menikmati kopi mereka. Maklum harga kopi bila dinikmati berdiri dan duduk berbeda. Harga duduk lebih mahal 2 sampai 3 kali lipat dibanding harga berdiri. Harga kopi di Italia diregulasi oleh pemerintah sehingga harganya tidak jauh berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Segelas cappucinno hanya 1.10 euro dan sebuah cornetto 1 euro saja. Lebih murah dari Starbucks kan?
Setelah selesai mengamati, saya pun kemudian memilih jenis kopi yang ingin saya cicipi. Ternyata ini pun tidak mudah. Ada banyak pilihan jenis kopi di menu yang terpampang di tembok cafe.Yang familiar bagi saya adalah Americano, Cappuccino, dan Macchiato. Selebihnya, saya tidak paham. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Cappucinno dan sebuah cornetto coklat. Barista pun segera meracik secangkir kecil Cappucinno untuk saya. Tidak seperti kopi di tanah air, kopi di Italia disajikan hangat, tidak panas.Rasanya mantap, jujur saja saya belum pernah merasakan cappucinno seenak ini dimanapun. Rasa kopi yang kuat dan rasa creamy susu yang berbuih membuat paduan yang tepat di mulut saya. Belum lagi Cornetto manis dengan isi coklat nuttela yang melimpah. Lidah saya benar-benar dimanjakan olehnya. Caffe Trombetta pun menjadi langganan saya setiap pagi di Roma. Ketika kembali ke Jakarta, saya masih mencari adakah cappucinno dengan rasa seperti di Roma, well..sampai sekarang saya masih belum menemukan padanannya. Any recommendation?
Simple guide for coffee names in Italy :
caffe : nama lain dari espresso,jika kita hanya menyebutkan caffe, maka barista akan menyajikan espresso.
caffe doppio : 2 shot espresso dalam satu cangkir (pesan jika mata tak lagi mau terbuka)
caffe machiato : espresso dengan sedikit susu.
caffe americano : espresso dengan tambahan air.Kopi yang umum di Starbucks sebagai ganti kopi tubruk.
caffe cappucino : ya cappucino, masa kagak tau?hahaha
caffe corretto : kopi dengan campuran grappa (sejenis minuman alkohol). Rasanya hangat di perut dan ringan di kepala.
caffe hag : kopi tanpa kafein atau biasanya disebut decaf.
caffe fredo : es kopi
caffe latte : susu panas yang diberi sedikit kopi.
Best place to have coffee in Rome :
1. Cafe Trombetta di jalan Via Marsala,seberang stasiun Termini.
2. Cafe St Eustachio di belakang Pantheon.
Suka tulisannya…kereen
[…] bercengkrama dengan teman atau keluarga merupakan bagaimana orang Italia bersosialisasi (selain ngopi, makan malam dan lain-lain tentunya). Di Roma, passegiata adalah wajib bagi saya. Mengikuti rute […]