Ais Kacang, Sepeda dan Promo AirasiaGo : Catatan seorang petualang narsis nan tampan dan pengikut-pengikut setianya

“600ribuan? termasuk tiket dan penginapan?gile lu ndroo..” kata temen saya ketika saya menunjukkan promo AirasiaGo ke Penang. Saya pun sampai tak percaya melihat harganya sehingga memanggil teman yang lain untuk memastikan apa mata saya lagi sliwer dan otak saya ga sinkron sehingga berhalusinasi. Ternyata benar AirasiaGo menawarkan promo yang fantastis dan tanggalnya pas dengan akhir pekan sehingga tidak perlu bolos atau cuti untuk pergi ke Penang. Harga murah meriah dan tanggal yang cocok sulit untuk ditolak saya dan teman2 saya. Akhirnya tiket pun dipesan dan kita siap berangkat.

Narsis sambil nunggu bis
Narsis sambil nunggu bis
Bus menuju Komtar
Bus menuju Komtar

Tanggal 24 April 2015, kami bertolak ke penang dengan pesawat Air Asia.Dengan pakaian batik kerja yang masih melekat di badan dan marker di kantong baju, saya dan teman-teman bersabar di pesawat selama 2.5 jam sebelum akhirnya sampai di Bandara Penang. Perjalanan ke Penang kali ini adalah kunjungan saya yang ke 7 kalinya ke pulau yang kaya kuliner ini. Saya tidak pernah bosan mengunjungi pulau yang pertama kalinya saya kunjungi pada Juni 2011. Penang tidak memiliki banyak tempat wisata, tidak sehingar bingar Kuala Lumpur,tidak seromantis Melaka tapi menawarkan suatu atmosfir ketenangan yang sulit dilupakan. Pengalaman saya yang sudah berkali-kali ke sini menjadikan saya seolah tour guide buat teman-teman saya. ” Gimana nih, kita nyampenya malem loh di Bandara,apa bisa naik bis ato taksi?brapaan?trus kalo ke hostelnya gimana?” tanya teman-teman saya yang kemudian saya jawab simple, “tenang, ada gue hahhaa”. Sesampainya di bandara, kami langsung menuju halte tak jauh dari pintu keluar kedatangan. Setelah menunggu beberapa lama, datanglah bis Rapid Penang 401E menjemput kami menuju Komtar. Hanya dengan 2.70 RM, kami sampai di Komtar dengan selamat sentosa.

Kesunyian yang menghibur
Kesunyian yang menghibur
Lobby Kimberley House, notice the chinese gate?
Lobby Kimberley House, notice the chinese gate?

Kimberley House tempat kami menginap hanya 5 menit berjalan dari Komtar.Suasana sepi dan remang-remang Georgetown menemani kami sampai ke hostel. Kimberley House adalah salah satu hostel yang letaknya dekat dengan Komtar. Saya biasanya tinggal di daerah Love Lane karena sudah terbiasa dengan susasana Lebuh Chulia yang masih ramai dan banyak penjaja makanan di malam hari. Kimberley House menawarkan kesan yang berbeda dari hostel-hostel yang ada di sekitaran Love Lane. Hostel yang terlihat dari luar tidak begitu besar ini terletak di daerah yang tenang dan bahkan sepi. Tidak ada bule-bule yang nongkrong di tepi jalan sambil minum bir dan ngobrol.Yang ada hanya kopi tiam yang jaraknya sekitar 100 meter dari hostel. Pokoknya tenang deh,cocok buat tidur dan istirahat. Setelah proses check in selesai, kami pun lanjut cari makan. Maklum semenjak tadi siang, kami belom makan apa-apa. Saya cuma makan pisang loh..pisang Sun Pride yang kuning menggoda nan  nikmat (apaan sih..). Kami pun berjalan menuju Lebuh Chulia tempat dimana saya yakin makanan masih banyak tersedia. Akhirnya setelah makan char kuay teaw ala kadarnya deket hostel, kami sampai di Lebuh Chulia untuk memulai makan kelewat malam kami.

Lebuh Chulia di malam hari
Lebuh Chulia di malam hari

Lebuh Chulia memang ramai tidak berbeda dari 4 tahun yang lalu saat saya pertama kali mengunjungi jalan ini. Ketenarannya sebagai basis backpacker manca negara membuat tempat ini ramai dengan penjual makanan walau malam sudah larut. Penjual Kwey Teaw Teng, Old Trafford Burger, Sate Lok-Lok, dan Curry Mee masih sibuk melayani penduduk lokal dan turis yang ingin memuaskan hasrat perutnya. Teman-teman saya pun segera menyebar dan mencoba makanan sesuai dengan pilihan masing-masing. Pilihan saya jatuh pada sate lok-lok dan sekaleng bir Royal something yang kandungan alkoholnya di atas bir Bintang yaitu 16%. Bodohnya saya baru sadar kalau 16% itu tiga kali lipat bir biasa. Saya baru sadar bir ini ‘nendang’ setelah terbangun dari tidur dini hari dan terhuyung-huyung berjalan menuju toilet.

De Tai Tong Cafe, tempat dimsum mantap di Penang
De Tai Tong Cafe, tempat dimsum mantap di Penang
Trolley Dim Sum
Trolley Dim Sum

541898_10151292196678654_1750751358_n

Encik-encik penjual dim sum
Encik-encik penjual dim sum
Ngiler ga sih liat beginian?
Ngiler ga sih liat beginian?
Dipilih-dipilih
Dipilih-dipilih
Hajar bleh!
Hajar bleh!

Keesokan harinya, kami bangun pagi dan decided to have a breakfast in Penang style. A slugfest of Dim Sum,here we come! Eh kok nginggris ngetiknya, gagal fokus. Pilihan kami jatuh pada old time favorit dan langganan saya semenjak ke dua kali pergi ke Penang, Kedai Da Tai Tong di Lebuh Cintra. Kedai Dimsum yang buka dari pagi ini menawarkan banyak pilihan dim sum yang berbeda dengan dim sum main stream yang ada di Jakarta. Penyajiannya pun berbeda. Oma-oma dengan trolley penuh dimsum yang berbeda hilir mudik dari satu meja ke meja yang lain menawarkan dim sum. Tiap trolley memiliki jenis dimsum yang berbeda.Ada trolley yang dimsumnya gorengan semua, ada trolley yang dimsumnya siomay, trolley yang isinya bakpao semua sampai trolley yang isinya bubur dan chi chong fan. Mata kami pun berbinar, mulut tak berhenti memesan dan tangan tak berhenti mengambil dim sum. Pesanan kami pun menumpuk di meja, maklum selain lapar di perut, kami juga lapar mata. Penasaran dengan jenis dim sum yang begitu banyak dan tidak pernah kami coba sebelumnya.Setelah puas membombardir perut dengan bakpao,hakao dan jenis dim sum lainnya, kami tersenyum manis setelah tahu kalau kami cuma bayar seorang 12 RM untuk 30an piring dimsum yang kami (9 orang) pesan. Astaga, kalo di Jakarta entah sudah bayar berapa duit.

Ready to ride!
Ready to ride!
Clan Jetty dan para penunggunya
Clan Jetty dan para penunggunya
Pergi ke Gereja
Pergi ke Gereja
Mesjid Kapitan Keling
Mesjid Kapitan Keling
Sebuah kuil di sudut jalan (sorry lupa namanya)
Sebuah kuil di sudut jalan (sorry lupa namanya)
Gerbang Dewa Laut
Gerbang Dewa Laut
Fort Cornwallis
Fort Cornwallis
Antrian Ais Kacang dan Ais Chendul
Antrian Ais Kacang dan Ais Chendul
Ais Kacang legendaris
Ais Kacang legendaris
Assam Laksa
Assam Laksa
Once upon a time in Little India
Once upon a time in Little India

Puas dengan sarapan Dim Sum,kami pun segera berjalan menuju Lebuh Ah Que untuk menyewa sepeda. Dengan hanya 8 RM per sepeda, kami pun siap menyusuri jalan-jalan di Georgetown. Cuaca cerah di Penang memang suatu berkat tersendiri buat para turis, namun kadang sinar matahari terlalu menyengat untuk berjalan di tengah siang yang terik. Sepeda adalah solusi paling nyantai untuk berkeliling di Georgetown. Kota yang dulunya koloni Inggris ini merupakan suatu simbol akulturasi dan toleransi antar budaya yang berbeda. Bangsa melayu yang merupakan penduduk asli tempat ini berbaur dengan pedagang Tiongkok serta buruh dari etnis India yang dibawa oleh Bangsa Inggris. Masing-masing bangsa tersebut meninggalkan jejaknya di Penang berupa bangunan dan wajah penduduknya. Dengan naik sepeda, kami bisa mengunjungi tempat-tempat bekas pemerintahan Inggris seperti Fort Cornwallis, St. George’s Church, Queen Victoria’s Tower. Kami juga melewati hingar bingarnya musik India dan berwarnanya suasana Little India di Lebuh King dan Lebuh Queen. Tak lupa, kami mampir ke Clan Jetty untuk mengunjungi kuil dewa laut dan tempat pemukiman pendatang Tiongkok yang dibangun di pinggir laut ini. Sesekali di perjalanan kami, kami berhenti untuk menikmati kuliner khas Penang. Tentu saja, Asam Laksa penang dan Ais Kacang di Lebuh Penang tidak boleh kelewatan. Rombongan kami yang sudah kehausan dan kepanasan segera memarkir sepeda kami dan masuk ke dalam sebuah rumah kecil yang sudah dipenuhi pengunjung yang sedang menikmati Laksa dan menunggu Ais Chendul. Kami segera bergabung dengan mereka menikmati tiap suapan laksa dan kesegaran rasa sarsaparila yang ada di ais kacang ini. Ais Kacang di Lebuh Penang ini memang istimewa, beda dengan es campur yang ada di Indonesia. Rasanya manis dan segar, sarsaparillanya membuat mulut yang kering menjadi basah dengan kesegaran yang ngangenin. Saking kangennya, saya tidak pernah melewatkan ritual makan di tempat ini tiap saya ke Penang. Bahkan bisa jadi, Ais kacang ini adalah alasan saya pergi ke Penang, who knows?

Camera..action!
Camera..action!
Suatu lorong di Penang Peranakan Museum
Suatu lorong di Penang Peranakan Museum

11011053_10153175737603654_1046460512014361273_n

Penampakan Gadis Jawa
Penampakan Gadis Jawa

Setelah puas menyumpal perut sementara dan menghilangkan dahaga, kami pergi ke Penang Peranakan Museum. Museum yang dulunya adalah rumah seorang Kapiten Cina ini mempunyai banyak koleksi budaya Peranakan. Berbagai ruang dengan perabot yang mahal dan indah menggambarkan betapa glamornya hidup sang pemilik rumah ini. Teman-teman saya yang gemar berfoto ria segera menyebar untuk mencari spot-spot bagus di tempat ini. Sementara saya berkeliling mencari jawaban akan misteri yang pernah saya alami di tempat ini beberapa tahun lalu. Jadi ceritanya begini nih, 2 tahun lalu saya pernah mengunjungi Peranakan Museum sendirian. Saya iseng motret sana sini dan sampailah saya di kamar tidur sang juragan. Di sana ada meja rias milik istri sang juragan lengkap dengan asesorisnya seperti sisir dan bedak yang kayaknya pernah dipake mama saya puluhan tahun silam. Nah ketika saya memotret meja rias tersebut, saya seperti melihat sesosok perempuan Tiongkok dengan pakaian khasnya. Namun ketika saya cek lagi di kamera, tidak ada sosok perempuan tersebut. Nah loh..lantas tadi apa?Saya pun iseng mencoba lagi memotret meja rias tersebut. Alhasil..saya malah mendapatkan penampakan perempuan beretnis Jawa di kaca meja rias tersebut ha ha.

Tyas dengan gaya biasanya
Tyas dengan gaya biasanya
Denny dan kecintaanya pada tembok
Denny dan kecintaanya pada tembok
11210520_10153175760513654_3693970544515493428_n
Ruby sang fotografer

Setelah mengunjungi Penang Peranakan Museum, kami pun kembali ke hostel untuk beristirahat sebentar. Sorenya kami melanjutkan perjalanan menuju Lebuh Ah Que untuk mengembalikan sepeda, namun tak lupa kami mengunjungi beberapa spot Mural yang letaknya tak jauh dari sana. Adalah Ernest Zacharevic, sang seniman asal Lithuania, yang menggambar mural (lukisan dinding) di beberapa spot strategis di Penang. Lukisannya menjadi trend tersendiri dan menjadi salah satu tujuan wisata para turis di Penang. Lukisan anak-anak di atas sepeda, anak-anak bermain ayunan dan seorang tua menanti penumpang di atas becak menjadi spot foto yang populer di Georgetown. Kita bisa mendapatkan peta yang menandakan lokasi mural-mural tersebut di tempat penyewaan sepeda.

Keramaian di Gurney Drive
Keramaian di Gurney Drive
Makan..Makan..dan Makan
Makan..Makan..dan Makan

Next..makan malam, yak makan malam. Suatu ritual penting bagi umat manusia sebelum berbaring dalam peraduannya di hostel yang asri nan bernuansa Cina eh Tiongkok. Kemana kita pergi? Dengan 9 individu yang berbeda serta seleranya yang juga beragam, saya memutuskan membawa rombongan ini naik bis Rapid Penang 304 menuju Gurney Drive Hawker Center. Gurney Drive atau yang populer dengan nama Pesiaran Gurney adalah pusat hawker luas yang jadi tempat nongkrong penduduk lokal. Food court yang luas ini menawarkan berbagai jenis makanan dari chinese food, Melayu, Indian sampai makanan Jepang pun ada. Sejauh mata memandang, kios-kios makanan dan tempat duduk yang dipenuhi para pengunjung yang sedang bersantap ria. Saya pun berkeliling mencari makanan yang cocok di perut saya. Dasar monoton, berkali-kali ke Gurney pun, pilihan saya tetap sama yaitu Pasembur. Pasembur adalah sejenis batagor khas Mamak (Indian Muslim). Bakwan, kentang goreng, fish cake dan lain-lain dicampur menjadi satu dan diguyur dengan bumbu manis pedas dan rajangan mentimun. Sementara teman-teman saya membeli beragam makanan yang kemudian menghiasi meja makan kami dan saking kalapnya, ada teman kami yang hanya doyan membeli tapi tidak menghabiskan makanannya. Gurney Drive drives people crazy for food!!

Kenyang dan buncit, kami pun berjalan menuju halte terdekat untuk kembali ke hostel. Malam sudah larut dan saya beserta pengikut-pengikut setia saya, menumpang bis Rapid Penang menuju Lebih Chulia dan kembali ke Kimberley House. Beristirahat untuk melanjutkan petualangan di esok hari sebelum kembali ke Jakarta dimana murid- murid menanti.

Foto Kenangan untuk anak cucu
Foto Kenangan untuk anak cucu

Ah Penang, sungguh indah dikenang.

600 ribuan serasa menang, pergi pun serasa pejuang.

Ah Penang, tunggulah kembali abang datang

Suatu saat kala aral tak menghadang.

3 Comments

  1. keterangan foto dengan kalimat “Sebuah kuil di sudut jalan (sorry lupa namanya)” = namanya *Yap Kongsi* sebuah asosiasi klan Tionghoa Hokkien di Penang dengan nama keluarga Yap

    keterangan foto dengan kalimat “Foto Kenangan untuk anak cucu” = kerennn pisan fotonya ?

Leave a Reply