Saya baru saja selesai mengunjungi St John’s Church, mendaki bukit Aya Soluk untuk menikmati pemandangan di sekitar benteng, dan berkunjung ke Sirince yang indah. What’s next? Kalo ada spa atau pemandian pasti enak nih. Badan yang capek dan gosong bakal segar lagi. Nah untungnya, di Selcuk ada Turkish Bath yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Saya pun segera berjalan menuju Selcuk Hamam (Pemandian) berbekal petunjuk penjaga minimart tempat saya belanja.
Semenjak merencanakan pergi ke Turki, saya sudah punya ancer2 ingin mencoba pemandian ala Turki ini. Budaya pemandian umum ini dibawa oleh bangsa Turki dari Asia dan juga mengadopsi budaya Romawi yang terkenal dengan pemandiannya. Sampai sekarang, kita masih bisa melihat sisa-sisa rumah pemandian bangsa Romawi dari reruntuhan kota-kota yang didirikan oleh bangsa yg pernah merajai Laut Mediterrania. Pemandian Turki atau umumnya disebut Hamam adalah penerus dari rumah mandi ala Romawi. Di Istanbul terdapat beberapa hamam terkenal yang sudah didirikan selama berabad-abad. Beberapa diantaranya bahkan didesain oleh Mimar Sinan, arsitek yang juga merancang pembangunan Blue Mosque. Cemberlitas adalah Hamam yang terkenal di Istanbul dan Hamam ini juga terkenal populer di kalangan turis karena lokasinya yang dekat dengan kawasan Sultanahmed. Kepopulerannya juga membuat harganya sangat mahal menurut ukuran kantong saya, sehingga saya urung mencoba Turkish Bath di sini. Ketika sampai di Selcuklah, saya berani mencoba karena harganya yang relatif terjangkau.
Ketika sampai di Selcuk Hamam, saya disambut oleh pemilik hamam yang namanya sulit saya ucapkan dengan lidah Indonesia,untuk lebih mudah saya memanggilnya Ali. Bapak-bapak berkumis tebal ini menjelaskan dengan bahasa Inggris patah-patah dan menunjukkan harga dan layanan yang diberikan. Semua harga dan layanan tercantum di papan dekat meja kasirnya. Saya pun memilih paket lengkap dengan pijat seharga 50 TL. Ali mengarahkan saya ke ruangan ganti dimana saya kemudian mengganti pakaian dengan celana kaftan yang bermotif kotak2 mirip taplak meja. Setelah berganti pakaian, saya pun menuju ruangan hamam. Di ruangan besar ini terdapat beberapa bilik mandi dengan air dingin dan hangat. Pertama-tama saya diminta untuk membasahi badan dengan air yang tersedia di tiap keran. Mandinya pun bisa dengan shower atau menggunakan tempayan air kemudian diguyur. Setelah puas berbasah-basah ria, saya kemudian membaringkan badan di podium yang terbuat dari marmer yang hangat rasanya. Sungguh rasanya sangat nyaman dan menenangkan. Terbaring dengan hangatnya marmer yang meresap ke punggung sambil menatap kubah yang dihiasi dengan lubang-lubang kecil seperti bintang membuat saya nyaris tertidur sampai dipanggil oleh Ali yang sudah siap untuk memandikan saya.
Proses mandi ala Turki pun dimulai. Saya diminta duduk dan kemudian disiram dengan air dingin dan hangat. Kemudian badan pun di usap dengan spons yang sudah dipenuhi dengan sabun susu dan zaitun. Seluruh badan dibersihkan kecuali bagian pribadi yang dibersihkan sendiri ( jelaslah..masa mau dibersihkan bapak2 berkumis hahaa). Setelah proses pembersihan selesai, tibalah saat yang paling “menyakitkan”. Yep, proses pemijatan pun dimulai. Saya kemudian disuruh berbaring telungkup dan kemudian dipijat. Teknik pijatannya sadis. Badan saya ditekuk, di-chop, diurut sampe saya teriak stop pun tidak digubris, malah diketawain sambil dia berkata “you are a young man, very strong”. Astaga, untungnya ini tak lama. Setelah “disiksa” selama kurang lebih 10 menitan, saya kemudian diminta bilas. “You can stay here as long as you want. Or you can take a rest in the changing room.” Karena belum puas dengan berbaring di marmer panas, saya pun kembali tiduran di marmer panas tersebut. Rasa hangatnya membuat saya mengantuk dan sempat tertidur sebentar. Panas di hamam tidak sepanas di sauna, malah lebih seperti di steam room. Uap hangatnya membuat badan rileks dan betah. Setelah puas nyantai di hamam, saya pun kemudian berjalan menuju kamar ganti. Sekarang saya diberikan handuk dan celana kaftan baru untuk dipakai. Setelah bermandi uap dan dipijat, sekarang saya duduk santai sambil menikmati apple tea di gelas tulip khas Turki. A compliment of the house. Saat itu sebenarnya menurut tradisi hamam, saya bisa tidur siang di ranjang kecil yang tersedia di bilik tempat ganti baju, tapi saya lebih tertarik menonton siaran langsung oil wrestling di televisi bareng Ali dan teman-temannya. Gulat dengan minyak ini adalah tradisi Ottoman yang sudah berlangsung ratusan tahun. Dua orang pegulat yg telanjang dada berlumuran minyak bergulat di tengah lapangan. Tampaknya duel pegulat ini berlangsung lama. Bayangkan, tadi siang ketika saya mampir ke toko souvenir di dekat St John’s Church saya juga menonton dua pegulat yang sama bergulat. “It has been six hours.” kata Ali. Pertarungan dua pegulat ini memang memakan waktu lama. Saya tak punya waktu untuk menonton sampai habis,jadi setelah teh saya habis, saya pun kemudian berganti pakaian dan kembali ke hotel. Badan saya terasa segar dan rileks. Kulitpun terasa halus dan lembut (walaupun esoknya gosong lagi karena saya nekad naik motor dari Selcuk sampai Didim, lesson learned, jangan Turkish Bath sebelum puas bergosong ria).
Turkish Bath adalah salah satu pengalaman terbaik saya di Turki dan jika ke Turki lagi, saya akan mencoba lagi pemandian ala Turki ini. Another time..another place of course.Oh iya, umumnya Turkish Bath terpisah antara laki-laki dan perempuan. Turkish Bath di Selcuk ini adalah Turkish Bath yang memperbolehkan campur antara pria dan wanita. Jangan berpikiran ngeres dulu, tidak ada yang diperbolehkan telanjang dalam pemandian Turki, pria dan wanita masih berpakaian mandi hehe.
How to get here :
– Selcuk Hamam terletak tak jauh dari kantor polisi Selcuk. Berjalan ke arah timur dari pusat kota Selcuk (pelataran sekitar aquaduct of Valens yang dipenuhi oleh cafe2 dan restoran) sekitar 5 menit.
How much :
– tergantung dengan layanan. Paket mandi dan pijat seharga 50 TL. Kalau mandi saja dan bawa sabun sendiri pasti lebih murah.
Saya ingin membeli peralatan,seperti sabun,glove handuk dan lain lainnya dmn di jakarta yaa?
wah kurang tau saya mas.
[…] keliling Sultanahmet (sambil jadi tour guide ngerangkep guru sejarah buat si nyonya), nyobain Turkish bath lokal di Kadirga Hamam, sampai akhirnya kami tidak sengaja ketemu seorang cowok Turki yang bernama […]
[…] baru” usai mengunjungi pemandian air panas di Abanotubani.Saya sudah pernah menikmati Turkish Bath dan kali ini saatnya saya menikmati Georgian […]
[…] Ingin tahu Turkish Bath secara lengkap, silahkan klik di sini. […]