Constantine (part I) : Bangkitnya Sang Kaisar Kristen

” In hoc da vinces..” kata-kata yang terus terngiang dalam benak Constantine, sang jendral Romawi yang sedang membutuhkan suatu inspirasi untuk memenangkan perang dalam memperebutkan supremasi tertinggi dalam Kekaisaran Romawi.Tahta Kekaisaran Romawi sudah terbentang di depan mata dan halangan terbesarnya hanya rivalnya yaitu jendral Maxentius.

Constantine courtesy of http://en.wikipedia.org/wiki/Constantine_the_Great
Constantine courtesy of http://en.wikipedia.org/wiki/Constantine_the_Great

Terlahir sebagai anak seorang prajurit Romawi yang bernama Constantius, Constantine dibesarkan dalam dualisme agama di keluarganya. Ayahnya, seperti orang Romawi pada umumnya, percaya pada dewa-dewi Romawi dan ibunya,Helena, memeluk agama kristen. Constantine mengikuti karir ayahnya sebagai prajurit dan nasib baik memihak ayahnya yang kemudian diangkat menjadi  Caesar (kaisar junior)*. Seiring dengan melejitnya karir ayahnya, Constantine pun dipercaya menjadi kepala pasukan Romawi yang berperang dalam beberapa misi menaklukan suku-suku barbarian di Britania ( Inggris sekarang). Dengan bakat berperangnya, Constantine dengan mudah memenangkan perang dan meraih simpati para prajuritnya. Di zaman ketika para prajurit lebih menghormati figur jendral yang berperang bersama mereka ketimbang para kaisar yang bertahta di Roma, simpati ini kemudian berkembang menjadi dukungan besar. Setelah ayahnya meninggal, Constantine pun diangkat oleh para prajuritnya sebagai kaisar Roma. Namun tidak hanya Constantine yang menjadi kaisar Roma, ternyata di seluruh kekaisaran Romawi, terdapat 6 kaisar yang diangkat oleh pendukungnya masing-masing.

Kekacauan politik ini pun kemudian semakin mereda setelah sesama kaisar saling menyerang dan akhirnya tertinggal Constantine dan Maxentius memperebutkan supremasi tertinggi di Roma. Maxentius, sama seperti Constantine, adalah anak dari Maximian, Caesar Roma. Maxentius membujuk ayahnya Maximian untuk pensiun dan dia langsung merebut kota Roma. Berlawanan dengan Constantine yang simpatik, Maxentius adalah figur yang semena-mena. Maxentius memungut pajak yang tinggi kepada penduduk Roma yang sudah kesusahan akibat ketidakstabilan politik. Hal ini memicu pemberontakan rakyat yang baru berhenti setelah ribuan penduduk sipil dibunuh oleh Maxentius. Mengetahui akan ketidakpopuleran Maxentius, Constantine segera mengumpulkan pasukannya untuk menghadapi Maximian.

Maxentius mengumpulkan para juru tenung dan tukang ramal untuk menentukan arah peperangan. Maxentius sangat percaya pada tahyul. Para peramal tentu saja meramalkan hal-hal yang baik-baik saja kepada yang membayar. Maxentius pun dengan percaya diri siap menghadapi pasukan Constantine.

Penglihatan Constantine  courtesy of https://thehistoryofthebyzantineempire.files.wordpress.com/2014/01/raphael1.jpg
Penglihatan Constantine courtesy of https://thehistoryofthebyzantineempire.files.wordpress.com/2014/01/raphael1.jpg

Constantine adalah seorang pemuja matahari. Sol Invictus ( Matahari yang tak terkalahkan) adalah dewa matahari yang dipuja menurut ritus Persia dan Romawi. Sama seperti Maxentius, Constantine juga membutuhkan suatu inspirasi besar untuk memenangkan peperangan ini. Inspirasi yang dibutuhkannya pun tiba dalam bentuk penglihatan yang dialaminya sendiri. Suatu salib besar dengan terang yang luar biasa tampak dihadapannya. ” In hoc da vinces” yang artinya ” Dengan tanda ini, taklukan.” terpampang bersamaan dengan salib terang tersebut. Constantine yang masih tercengang akan penglihatan tersebut kemudian mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam mimpinya. Tuhan yang disembah ibunya, Helena, muncul dalam mimpinya dan membawa salib dengan tulisan yang sama. “Dengan tanda ini, taklukan!”. Jelaslah bagi Constantine sekarang, bukan sang dewa matahari berkuasa membantunya, tapi Yesus Kristus, Tuhannya orang kristen. Segera Constantine mengganti panji-panjinya dengan lambang salib dan dua huruf Yunani Chi Ro yang artinya Kristus. Tindakan Constantine yang tiba-tiba ini menimbulkan keheranan di mata pasukannya, namun bagi prajurit-prajurit yang beragama Kristen, ini adalah suatu kemenangan iman. Agama yang selama ini ditindas sekarang seolah mendapatkan nafas baru.

Pertempuran Milvian Bridge, courtesy of http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_the_Milvian_Bridge
Pertempuran Milvian Bridge, courtesy of http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_the_Milvian_Bridge

Constantine pun dengan mudah mengalahkan Maxentius di pertempuran Milvian Bridge. Maxentius mati tenggelam setelah terjatuh ke sungai dalam dahsyatnya pertempuran. Constantine segera memasuki kota Roma dan disambut layaknya seorang pahlawan. Constantine telah memenangkan tahta Kekaisaran Romawi barat. Constantine segera menjadi pemimpin yang dicintai rakyatnya. Romawi Barat yang terkoyak-koyak setelah masa perebutan kekuasaan menjadi stabil. Constantine pun kemudian mengesahkan agama Kristen sebagai agama yang diakui oleh Kekaisaran Romawi. Setelah situasi stabil, mata Constantine pun sekarang tertuju pada bagian timur Kekaisaran Romawi yang dikuasai oleh Kaisar Licinius.

Kekaisaran Romawi merupakan salah satu kekaisaran dengan luas terbesar di dunia. Wilayahnya membentang dari pulau terpencil di Britania sampai ke padang gurun Afrika. Seluruh daratan yang mengelilingi Laut Mediterania adalah wilayah kekuasaan Romawi. Kaisar Diocletian yang memerintah setengah abad sebelum Constantine, membagi kekuasaannya untuk mengatur administrasi Kekaisaran Romawi yang luas itu. Menurut Diocletian, Kekaisaran Romawi terlalu luas untuk diatur oleh seorang Kaisar saja. Oleh karena itu Diocletian memberlakukan sistem Tetrachy (pemerintahan 4 kaisar). Tetrachy membagi pemerintahan di bawah 2 Kaisar Senior yang disebut Augustus dan 2 Kaisar Junior yang disebut Caesar. Pembagian kekuasaan ini kemudian juga berakibat pada pembagian wilayah Kekaisaran Romawi menjadi Barat dan Timur.Uniknya, Kekaisaran Romawi kelak juga terpisah menjadi dua, Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kekaisaran Byzantium.

Wilayah Kekaisaran Romawi dalam pemerintahan Constantine courtesy of :http://www.utexas.edu/courses/romanciv/end%20and%20legacy/constantine%27s%20rise.jpg
Wilayah Kekaisaran Romawi dalam pemerintahan Constantine courtesy of :http://www.utexas.edu/courses/romanciv/end%20and%20legacy/constantine%27s%20rise.jpg

Bagian timur dari Kekaisaran Romawi mencakup Asia Kecil (Turki Sekarang) dan sebagian wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Wilayah ini lebih subur dan kaya dibandingkan dengan bagian barat kekaisaran Romawi. Selain kekayaannya, wilayah ini juga merupakan tempat lahirnya agama kristen. Banyak pemeluk agama kristen yang tinggal disini. Kaisar Licinius yang paranoid ketika mendengar kemenangan Constantine dan simpatinya kepada agama kristen mulai melakukan hal yang tak terduga. Licinius segera menindas para pemeluk agama kristen. Gereja-gereja dibakar dan banyak pemuka agama yang dibunuh dengan alasan orang-orang kristen adalah mata-mata Constantine. Mendengar berita ini, Constantine pun segera membawa pasukannya menyerbu Licinius untuk menguasai Kekaisaran Romawi seutuhnya… (to be continued)

referensi :

Brownworth, L. (2009). Constantine and the Church Ascendant. In Lost to the West: The forgotten Byzantine Empire that rescued Western civilization. New York: Crown.

 

One comment

Leave a Reply