Setelah puas menikmati pemandangan pagi Goreme dengan balon-balon udaranya yang indah, saya pun segera kembali ke hostel untuk mandi dan bersiap-siap. Hari ini adalah hari terakhir saya di Goreme. Jam tujuh malam nanti saya akan berangkat ke Istanbul dengan bis malam. Namun sebelum saya meninggalkan kota ini, saya masih punya dua tempat yang saya harus kunjungi, yaitu Goreme Open Air Museum dan Uchisar Castle.
Goreme Open Air Museum adalah tempat yang paling populer di Goreme. Tempat ini sebenarnya adalah kompleks gereja dan biara yang berasal abad ke 11. Gereja-gereja yang ada di kompleks ini dibangun dari bukit bebatuan lunak khas Cappadocia.Gereja-gereja ini tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi sebagai museum. Keindahan dan kekayaan sejarah tempat ini menjadi daya tarik yang sulit dilewatkan ketika berkunjung ke tempat ini.
Tidak sulit mengunjungi Goreme Open Air Museum. Saya hanya berjalan melewati Otogar dan kemudian belok kanan sesuai dengan arah yang ditunjukkan papan petunjuk. Ahmed, sang pemandu wisata, bilang hanya sekitar 10 menit berjalan dari Otogar menuju Goreme Open Air Museum, namun saya berjalan selama setengah jam untuk mencapai tempat tersebut. Namun, saya cukup menikmati jalan- jalan saya pagi itu. Langit biru yang cerah dan bangunan- bangunan batu yang unik membuat saya merasa seolah-olah berjalan di planet lain. Saya pun melewati peternakan kuda dan padang luas dimana kuda-kuda tersebut berlari lepas. Pantaslah tempat ini dinamakan Cappadocia yang berarti “Tanah asal kuda-kuda yang indah” dalam bahasa Persia Kuno.Sungguh unik dan membuat saya makin betah di sini.
Selagi berjalan menuju Goreme Open Air Museum, saya juga melewati papan petunjuk menuju El Nazari Church, namun arahnya agak menyimpang dari tujuan utama saya, sehingga saya melewatkannya untuk sementara. Saya pun melanjutkan perjalanan sampai ke parkiran Goreme Open Air Museum.Tak jauh dari parkiran saya melihat Tokali Church,namun saya tidak dapat masuk karena belum membeli tiket Goreme Open Air Museum. Nampaknya gereja ini baru dipugar dan dapat dikunjungi oleh para turis. Gereja yang cukup besar ini kemudian menjadi tujuan saya setelah saya selesai mengunjungi Goreme Open Air Museum. Berjalan menuju loket, langkah saya terhenti melihat seekor unta yang sedang dituntun oleh seorang bocah kecil. Anak ini kemudian menawarkan saya untuk berfoto dengan untanya. Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto ala Lawrence of Arabia haha. Dengan membayar 5 TL , saya pun duduk di atas punggung unta dengan sorban ala suku Bedouin.
Sesampainya di loket Goreme Open Air Museum, saya membeli tiket masuk dan tiket Dark Church yang dijual terpisah. Saya sengaja membeli tiket Dark Church di loket masuk agar tidak perlu antri lagi di depan Dark Church. Ketika saya di sana, kompleks gereja ini masih sepi. Rombongan turis masih belom tiba.Jelas saja, waktu masih menunjukkan pukul 9:30. Saya pun segera mengunjungi gereja-gereja yang letaknya tersebar di kompleks ini. Beberapa gereja memiliki keunikan tersendiri, contohnya Gereja St Basil yang masih menyimpan kerangka manusia di lantai gerejanya. Sebagian besar gereja dulunya dihiasi dengan mosaik bertema cerita Injil dengan warna-warni yang sangat indah. Sayangnya banyak dari mosaik ini yang sudah rusak dan pudar. Namun ada juga gereja yang kondisi mosaiknya masih bagus seperti di Tokali Church dan Dark Church.
Dark Church atau Karanlik Church adalah gereja yang mosaiknya masih utuh berkat burung-burung yang bersarang di gereja ini. Kotoran burung yang menutupi mosaik malah melindunginya dari tangan jahil dan gangguan cuaca. Tak heran, jika kita harus membayar lebih untuk masuk ke gereja ini. Saya mendapat kehormatan sebagai pengunjung pertama di gereja ini. Saya masuk dan terkesima dengan indahnya mosaik- mosaik yang menghiasi dinding di gereja ini. Saya pun dengan reflek mengambil kamera dan memotret lukisan-lukisan di dinding gereja gua ini, Tak lama kemudian, rombongan turis jepang masuk dan petugas penjaga mengingatkan untuk tidak menggunakan kamera. Saya pun kemudian segera patuh menyimpan kamera saya. Untung sudah sempat mengambil beberapa foto hehe (jangan ditiru ya). Agaknya pemerintah Turki melarang penggunaan foto untuk menjaga kelestarian mosaik ini. Mosaik yang usianya sudah berabad-abad ini memang sangat rentan dengan cahaya blitz. Semenjak saat itu, saya pun patuh tidak mengambil gambar di tempat yang tidak diizinkan penjaga.
Setelah mengunjungi Goreme Open Air Museum, saya melanjutkan perjalanan menuju Gereja El Nazar yang saya lewati tadi siang. Ternyata gereja ini berada dalam satu rute trekking yang biasa dikunjungi para turis. Siang itu cuaca cukup terik, saya sendirian berjalan menuju gereja yang letaknya cukup jauh dari jalan utama. Saya berjalan melewati pepohonan dan sisa-sisa bangunan jaman dulu serta mendaki jalan menuju bukit dimana gereja ini berdiri. Akhirnya sampai juga. Gereja ini jarang dikunjungi orang dan ketika saya sampai disana, gereja ini dikunci. Untungnya, penjaga gereja tak lama datang dan saya pun bisa masuk ke dalam gereja. Gereja ini memiliki mosaik yang sudah mulai pudar namun masih indah dilihat. Sungguh perjuangan saya trekking ke bukit ini tidak sia-sia. Selesai dengan kunjungan singkat ke Gereja El Nazar, saya pun segera berjalan ke Otogar untuk menumpang dolmus menuju Uchisar Castle.
What you should not miss : all the churches in Goreme Open Air Museum, especially Dark Church and Tokali Church.
Opening Hours : 08:00-19:00
Entrance Ticket : 30 Lira (including Dark Church ticket)
How to get here : Jalan kaki dari Otogar (30 menit).
Eh keren museumnya! thanks for sharing ya mas.
– @iamMariza
iammariza.com
sama2..mang keren nih Turki bikin kangen haha
Jadi pengen pergi tanpa tour..
Ini pergi sendiri apa ada berdua or bertiga ko ?
Abis baca santorini jg, jadi pengen pergi cuma takut ?
Saya pergi sendiri aja kok nat,tenang aja eropa safe buat turis bahkan buat perempuan.Yunani malah lebih aman dari Italia terutama Roma yg banyak copetnya