Berat rasanya meninggalkan tempat seindah Faralya. Pagi itu saya sengaja bangun pagi dan berjalan-jalan di sekitar George House dan memotret pemandangan Butterfly Valley di bawah matahari pagi. Bukit dengan pantai yang sepi di bawah sana membuat saya merasa kerasan dan enggan pindah ke Fethiye, namun saya sudah memesan tempat di V Go Hostel dan masih banyak tempat lain yang ingin saya kunjungi. Dengan berat hati, saya pun membawa backpack saya dan berangkat ke Fethiye dengan dolmus.
Tidak sampai sejam, saya pun sampai di Fethiye Otogar. Dari Otogar saya tinggal naik dolmus menuju Karagozler atau yang lebih populer disebut Marina oleh para turis. Karagozler merupakan daerah elit di Fethiye. Tempat ini merupakan tempat kapal-kapal mewah berlabuh dan hotel-hotel berbintang bertaburan. Saya memilih menginap di Vgo Hostel yang menyediakan fasilitas dorm dengan harga yang terjangkau tapi kualitasnya tidak kalah dengan hotel. Hostel ini terletak di depan marina sehingga kita bisa melihat pemandangan laut dengan kapal-kapal pesiar yang berlabuh menunggu penumpangnya. Hostel ini juga memiliki kolam renang dan bar. Setelah saya check in dan beristirahat sebentar, saya pun melanjutkan perjalanan menuju Saklikent Gorge.
Sakklikent Gorge adalah ngarai sepanjang 20 km yang terletak 50 km dari Fethiye. Ngarai ini merupakan tempat populer bagi penduduk lokal dan turis manca negara di musim panas. Saklikent Gorge tercipta akibat aliran sungai yang menggerus batuan selama ribuan tahun dan menciptakan ngarai yang indah ini. Ngarai ini hanya bisa dikunjung pada musim panas karena pada musim lainnya sungai meluap dan tidak bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Perjalanan dengan dolmus dari Fethiye menuju Saklikent Gorge hanya menempuh waktu satu jam saja.Setibanya disana saya langsung ditawari untuk Tubing (menyusuri sungai dengan ban). Tawaran yang menarik tapi saya lebih tertarik untuk menjelajah di Saklikent Gorge dahulu ketimbang ikutan bertubing ria. Setelah membeli tiket saya pun langsung berjalan menuju ngarai indah ini. Sekitar 500 meter pertama, saya berjalan di atas platform kayu di atas sungai yang airnya berwarna kehijauan. Beberapa anak-anak bahkan melompat dari platform untuk berenang menikmati sejuknya air sungai. Tebing batu yang tinggi menjulang memberikan naungan yang sejuk bagi para pengunjung ngarai ini. Sungguh tempat ini menawarkan kesejukan di musim panas yang saat saya kunjungi ini suhunya mencapai 37 derajat Celcius.
Setelah berjalan sekitar 500 meter, platform kayu ini pun kemudian menghantarkan saya ke taman kecil dengan aliran sungai yang cukup besar. Pengunjung yang mau melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam ngarai harus siap basah-basahan. Beruntung saya sudah siap sedia dengan membawa sendal gunung, tas anti air untuk menyimpan handphone dan kamera serta handuk kecil. Saya pun langsung menyebrang aliran sungai yang dalamnya sepaha saya. Seorang bapak bapak berbadan besar menawarkan bantuan pada turis-turis lain untuk menyebrang. Saya pun ditawari tapi saya menolak karena memang bisa menyebrang sendiri. Air sungai yang asalnya dari lelehan salju Pegunungan Taurus ini sangat dingin dan menyegarkan. Cocok untuk mendinginkan badan yang panas disengat sinar matahari yang terik. Di sebrang sungai seorang fotografer sibuk mengambil foto para turis yang menyebrang, ternyata fotografer ini kemudian mencetak foto dan menjualnya dengan harga 5 Lira di pintu keluar Saklikent Gorge.
Setelah menyebrangi sungai, saya terus berjalan menyelusuri jalan berbatu di ngarai ini. Tebing besar yang mengapit jalan berbatu ini semakin tinggi menjulang dan memberikan pemandangan yang luar biasa. Sesekali jalan berbatu ini dialiri oleh aliran air dan bebatuan besar membuat saya dan turis lainnya harus memanjat. Saya bahkan bergabung dengan rombongan turis Italia yang searah dengan saya. Sesekali kami melalui sungai kecil dan memanjat bebatuan besar bersama sama. Setelah berjalan selama 2 km, perjalanan kami terhenti karena aliran air kemudian mencapai tinggi sedada pria dewasa. Beberapa turis memutuskan untuk berhenti dan memutar balik kembali tapi sebagian besar melanjutkan perjalanan. Saya yang sudah siap basah-basahan kemudian ikutan nyebur dan berjalan terus dengan tas anti air yang saya tenteng di atas kepala. Air sungai yang dingin ini membuat tulang saya ngilu tapi cukup menyenangkan rasanya berpetualang dengan turis-turis Italia ini. Beberapa dari mereka bahkan terjatuh karena kurang hati-hati memanjat bebatuan namun kemudian bangun lagi dan dengan semangat melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan cukup jauh, saya pun memutuskan untuk kembali. Saya takut ketinggalan bis kembali ke Fethiye dan terjebak di ngarai ini.Saya berjalan sendirian kembali dan sesekali bertemu turis lain yang badannya berlumuran lumpur.Tampaknya mereka sengaja melumuri badan mereka dengan lumpur. Katanya, lumpur di ngarai ini memang berkhasiat untuk menghaluskan kulit. Saya pun ikut-ikutan melumuri tangan saya yang gosong terkena sengatan matahari dan memang ada benarnya. Kulit saya yang gosong pun terasa nyaman dilumuri lumpur hitam kehijauan ini.
Setelah keluar dari Saklikent Gorge, saya menyempatkan diri untuk minum Efes di restoran di pinggir sungai. Restoran ini memiliki konsep yang unik. Para pengunjungnya bisa makan di pinggir sungai sambil mencelupkan kakinya di sungai yang dingin ini. Pemandangan indah dan makanan yang lezat memang menjadi daya tarik restoran ini. Saya hanya memesan Efes dan duduk menikmati kesejukan Saklikent Gorge sebelum kembali ke Fethiye.
How to get here :
Naik dolmus dari mesjid dekat pom bensin Fethiye Otogar. Dolmus berwarna putih dan hijau (20 Lira)
What you should not miss :
walking around the gorge and having a great lunch at the river restaurant
Entrance Ticket : 5 Lira
Artikel yang sangat menarik, pemandangannya indah