Setelah kunjungan singkat ke Artemision, saya segera melanjutkan perjalanan saya ke Ephesus yang jaraknya hanya 5 menit dengan motor. Setibanya di sana, saya di sambut oleh kafe-kafe dan juga toko souvenir yang bertebaran di sana sini.Benar- benar tempat yang ramai oleh turis walaupun sudah sore. Saya segera membeli tiket dan terus berjalan masuk melalui Harbour Gate/Lower Gate. Ada dua gerbang yang bisa dilalui turis untuk mengunjungi Ephesus yaitu Magnesia Gate/ Upper Gate dan Harbour/Lower Gate. Biasanya turis-turis yang datang dengan bis wisata akan melalui Upper Gate karena terletak di atas dan rombongan turis bisa berjalan menurun dibandingkan jika datang melalui Lower Gate yang membuat turis harus berjalan menanjak.


Setelah masuk melalui gerbang, saya terlebih dahulu mengunjungi toilet yang ada di sebelah pintu masuk. Maklum, di situs Ephesus, tidak terdapat toilet. Toilet hanya tersedia di pintu masuk Upper Gate dan Lower Gate. Saya kemudian berjalan menyusuri jalan berbatu yang di kanan kirinya terdapat pohon tinggi nan rindang. Pohon-pohon ini memberikan suatu kesejukan di matahari sore yang masih bersinar dengan terik. Tak jauh dari jalan tersebut adalah Harbour Avenue yang menuju langsung ke pelabuhan Ephesus di zaman keemasannya. Sekarang kita tidak lagi dapat melihat pelabuhan tersebut karena endapan Sungai Cayster yang membuat pelabuhan tersebut tidak mendapat akses langsung ke laut. Pada saat itu Harbour Avenue ditutup untuk publik, sehingga saya tidak bisa berjalan mengunjungi bangunan-bangunan di sekitarnya. Konon di pemandian dekat pelabuhan tersebut, Rasul Yohanes pernah berseteru dengan seorang pemeluk aliran sesat bernama Cerinthus. Rasul Yohanes yang mau pergi mandi di pemandian tersebut mengurungkan niatnya ketika melihat Cerinthus. Dia pun berkata “Mari kita keluar dari sini, sebelum bangunan ini runtuh karena Cerinthus sang musuh kebenaran ada di dalamnya”.



Karena Harbour Avenue tertutup,akhirnya saya balik badan dan mengunjungi gedung teater yang wujudnya sungguh megah dan besar. Gedung teater yang berkapasitas 25ribu penonton ini dibangun untuk pertunjukan drama dan juga sebagai arena pertarungan gladiator. Tempat ini juga menjadi situs kekristenan yang penting dan tercatat dalam Injil Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 19:21-40). Rasul Paulus tinggal di Ephesus selama tiga tahun dan menginjili penduduk Ephesus sambil bekerja sebagai pembuat tenda. Rasul Paulus menggunakan gedung teater ini sebagai tempat untuk berkhotbah tentang Injil. Namun usahanya ini mendapat tentangan dari Demetrius,seorang tukang perak yang sehari-harinya berjualan kuil-kuilan perak dewi Artemis. Khotbah Rasul Paulus membuat dagangan Demetrius menjadi tidak laku dan Demetrius mengumpulkan orang-orang di gedung teater ini untuk mengadakan huru hara. Paulus yang berusaha masuk ke gedung teater dicegah oleh para muridnya dan juga para pembesar yang bersahabat dengannya. Demetrius dan rombongannya akhirnya dibubarkan oleh walikota. Setelah huru hara tersebut mereda, Paulus pun pergi melanjutkan perjalanannya ke Makedonia. Pada perjalanan penginjilannya yang ke tiga, Paulus melewatkan Efesus karena dia terburu-buru menuju Yerusalem. Paulus tiba di Miletus dan kemudian mengirim pesan kepada penatua jemaat di Efesus untuk datang mengunjunginya. Dipercaya bahwa alasan lain Paulus tidak mengunjungi Efesus adalah letak pelabuhan yang dekat dengan pasar dan gedung teater tempat huru hara dulu. Lebih baik mencegah dari pada rusuh beneran kan?hehehe



Setelah keluar dari gedung teater, saya langsung berjalan melalui jalan marmer di sebelah Agora atau pasar. Agora ini merupakan tempat interaksi penjual dan pembeli. Ketika saya berjalan disini, sinar matahari terasa begitu terik karena panasnya dipantulkan oleh jalan yang terbuat dari marmer. Dulu, Agora ini memiliki atap untuk melindungi para pedagang dan pembelinya dari panas. Paulus, Priskilla dan Akwuila juga kemungkinan besar berdagang di tempat ini.Bila kita terus berjalan menyusuri jalan marmer, kita akan menemukan icon Ephesus yang paling terkenal yaitu Library of Celsus.Library of Celsus dibangun oleh Julius Aquila untuk ayahnya Tiberius Julius Celsus Polemanenus pada tahun 110 M. Perpustakaan ini menyimpan koleksi 12 ribu perkamen dan bertingkat tiga. Bagian depan perpustakaan ini masih berdiri sampai sekarang dan menjadi obyek foto paling populer bagi turis yang pergi ke Ephesus. Bagian depannya di hias dengan pilar dan 4 patung gadis yang melambangkan Kebijaksanaan, Keunggulan, Pemahaman, dan Pengertian.Patung asli dari ke empat gadis ini telah disimpan di Museum Ephesus di Vienna.Saya menghabiskan waktu cukup lama di sini untuk berteduh dan memotret bangunan yang indah ini. Tak lama saya pun disapa seorang bule yang mengenali simbol Garuda di baju saya. “Are you Indonesian?” tanya Robert. “Yes.I am, how do you know?” saya berbalik bertanya. Dia kemudian memperkenalkan dirinya dan lalu saya ngobrol dengan Robert kebetulan merupakan karyawan Freeport di Papua. Robert dan istrinya membawa anak angkatnya yang asli orang Papua untuk berjalan-jalan di Turki.




Setelah bertukar pengalaman jalan- jalan di Turki, saya pun mohon diri dan melanjutkan menjelajah kota kuno ini. Tak jauh dari Library of Celsus, saya menemukan Makam Arsinoe, adik dari Cleopatra. Arsinoe dibunuh oleh Mark Anthony demi mengamankan posisi Cleopatra sebagai pewaris tahta Mesir. Di belakang Makam Arsinoe, kita bisa masuk ke Terraces Houses yang merupakan vila tempat tinggal kaum elit Romawi jaman dahulu. Terrace House dilindungi oleh atap kevlar dan pendingin ruangan untuk menjaga kondisi bangunan serta mosaik yang terdapat di dalamnya tetap baik. Villa-villa ini menggambarkan tentang kehidupan kalangan atas Romawi. Kita bisa melihat mosaik binatang, dewa dewi bahkan Socrates terlukis di lantai atau tembok. Tentu saja untuk memasuki Terrace Houses ini kita harus mengeluarkan kocek lagi untuk membeli tiket.





Keluar dari Terrace Houses, saya kemudian menyusuri jalan yang disebut Curetes Street. Tak jauh dari sana terdapat Latrine (toilet) dan Varius Bath (Pemandian Varius). Saya pun terus berjalan ke atas dan menemukan Nymphaeum (air mancur untuk menghormati nymph /peri air) yang dibangun untuk menghormati Kaisar Trajan. Dahulu air untuk nymphaeum ini mengalir dari aquaduct (saluran air) dari lembah Sungai Caster yang jauhnya 40 kilometer. Sungguh bangsa Romawi amat pintar dalam membangun infrastruktur. Setelah melewati Nymphaeum Trajan, saya kemudian menemukan Heracles Gate (Gerbang Herkules) dan berfoto di sana. Gerbang ini juga menjadi favorit turis untuk berfoto bersama. Gerbang ini dulunya memiliki batu berukiran dewi Nike (Kemenangan) yang sekarang terletak di seberang Gerbang ini. Setelah melewati Heracles Gate, saya kemudian melihat reruntuhan kuil yang ternyata adalah Kuil Domitian. Kuil yang dibangun oleh Kaisar Domitian ini dulunya merupakan kuil pemujaan terhadap Kaisar tersebut. Kaisar Domitian memang memiliki sifat megalomania yang luar biasa dan menganggap dirinya adalah dewa. Dia mendirikan Kuil untuk dirinya sendiri dan meminta rakyat Romawi untuk menyembahnya, Pada masa pemerintahan Kaisar Domitian, Rasul Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos sehingga para ahli memperkirakan kalau kemungkinan Rasul Yohanes diasingkan karena tidak mau menyembah Kaisar.


Saya terus berjalan ke atas menuju Civic Agora (Pasar Negara) yang kiri kanannya dahulu dipenuhi oleh monumen- monumen penting. Sayang, saya sudah kelelahan dan kehausan. Tidak sempat untuk memperhatikan lagi bangunan-bangunan tersebut. Saya pun langsung berjalan menuju Odeion ( aula pertunjukan) yang juga berfungsi sebagai bouleuterion (ruang pertemuan wakil rakyat). Pada saat saya berkumpul,Odeion sedang ditata untuk suatu acara pertunjukan. Agaknya bangunan kuno ini masih dipakai untuk pertunjukan modern.
Setelah mengunjungi Odeion, saya pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke hostel. Maklum, jam berkunjung sudah hampir habis dan saya sudah terlampau lelah dan kehausan berkeliling dari pagi dengan motor dari Selcuk-Dydima dan kembali ke Selcuk lagi. Sebagai pelajaran bagi teman-teman yang akan berkunjung ke Ephesus saya memberikan beberapa tips berguna :
1. Datanglah di pagi hari. Udara sejuk dan membuat kita lebih betah dan nyaman menikmati kota tua yang indah ini. Jika tidak bisa datang pagi, datanglah sore hari sekitar jam 4 atau 5. Matahari memang masih bersinar dengan terik namun rombongan turis besar sudah meninggalkan situs Ephesus.
2. Bawalah air minum secukupnya.Secukupnya bagi saya adalah sebotol Aqua besar. Tidak ada kios atau pedagang asongan di dalam situs Ephesus. Jangan harap bisa keluar untuk beli minuman dan masuk lagi,karena tentu saja tiket anda bukan tiket terusan.
3. Jika anda pecinta sejarah, jangan ragu untuk menyewa audio guide di pintu masuk. Audio guide ini akan membantu untuk memahami tiap bangunan.
4. Pergilah ke toilet sebelum anda masuk ke situs. Toilet tersedia di pintu masuk baik di Upper Gate atau Lower Gate. Anda tidak boleh menggunakan Latrine (toilet kuno) yang terdapat di situs hehe.
5. Pakailah sunblock dan topi atau payung bagi yang tidak tahan panas. Sinar matahari yang terik dan bangunan serta jalan yang terbuat dari pualam membuat Ephesus menjadi panas dan kurang nyaman.
Things you should not miss : Theatre, Celsus Library, Agora,Curete Street, Odeion, Latrine, Brothel
Entrance ticket : 30 Lira. Terrace Houses dikenakan biaya tambahan 15 Lira.
Opening Hours : 08:30-19:00
How to get here :
1. Naik Dolmus dari Otogar menuju Lower Gate (5Lira)
2. Naik Taxi menuju Upper Gate.