Selcuk-House of Virgin Mary-Miletus-Didyma-Ephesus : The Ride to Die For

” So kids..it was summer 2014 when i decided to go to Turkey for a holiday. I went to Istanbul and then moved to Selcuk after a few days. Here in Selcuk, I experienced a life changing moment and I am only telling you this story because there is a moral value in it..not because this is the first meeting and I am too lazy to teach..Here it goes..”

(The following events happened on June 23rd,2014. The story will be told in Indonesian to suit the majority of the readers)

Telat bangun..yep. Jam menunjukkan pukul 8 pagi dan sekarang saya masih di tempat tidur. Anggur Mulberry yang saya minum semalam benar-benar membuat saya dibuai ke alam mimpi dan bangun telat. Jam segini masi di tempat tidur, mana keburu buat ke Ephesus.Bisa-bisa ketika saya sampai,turis-turis dari kapal pesiar sudah berjejalan di pintu masuk. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari tujuan lain dan pergi ke Ephesus-nya sore saja.

Setelah mandi, saya memutuskan untuk pergi ke Rumah Bunda Maria yang lokasinya di Gunung Bulbul.Saya pun menanyakan kepada Ramazan bagaimana pergi ke sana. Menurut Ramazan cara termudah pergi ke Meryem Ana Evi (Rumah Bunda Maria) adalah mengikuti Day Tour (termasuk mengunjungi Ephesus dan Cave of Seven Sleepers) atau naik taxi khusus yang ada di Otogar karena tidak ada transportasi umum menuju Rumah Bunda Maria. Karena saya sudah terlambat bangun opsi saya hanya naik taxi,sudah telat untuk ikut daytour. “it would be around 60 Lira for a taxi ride to Meryem Ana.” Hah!! Mahal banget. Gile aje. Saya ga ikhlas menghabiskan uang segitu cuma buat naik taxi. Saya pun kemudian googling mencari info bagaimana menuju Rumah Bunda Maria tanpa menguras dana. Ternyata ada cara lain, yaitu menyewa motor dan pergi sendiri ke sana. Hohoho, saya pun segera pergi ke tempat penyewaan motor yang letaknya tak jauh dari Museum Ephesus.

Meandros Rental Shop
Meandros Rental Shop

Saya sampai di Meandros Rental dekat dengan Museum Ephesus. Fahmi sang pemilik rental tampak baru bangun tidur walau jam sudah menunjukkan pukul 9:30.Tampaknya tidak kelihatan ada motor yang disewakan di tempat ini, namun Fahmi mengatakan kalau motornya ada di rumahnya dan dia akan menelpon anaknya untuk membawakan motor tersebut. Tapiiii…dia tidak punya telepon nah lohh. Dia pun kemudian meminjam handphone orang yang lewat untuk menghubungi anaknya yang ternyata juga masih tidur untuk membawakan motor. Saya yang tidak sabaran mengira kalau saya lagi kena scam dan ini buang-buang waktu saja sempat berpikir untuk pindah ke rental lain.Namun Fahmi kemudian membawakan saya kopi dan mengajak saya ngobrol soal politik dan pandangannya tentang Turki saat ini. Akhirnya saya pun bersabar sampai motor tiba.

Saya pun membayar 40 Lira tanpa perlu memberi jaminan apapun.Hmmm..aneh juga, setau saya paling tidak saya harus menitipkan kartu identitas atau sejumlah uang seperti ketika saya menyewa motor di Phuket dulu. Motor yang saya sewa adalah motor bebek Italia 110 cc. Untungnya motor ini manual, saya kurang suka naik motor matic apalagi untuk jalan yang naik turun gunung.Sebelum saya pergi, saya diingatkan untuk mengisi bensin dan memakai helm. Fahmi juga mengingatkan saya untuk “Keep on the right side”. Okay..I know. Berkendara di Turki berbeda dengan di Indonesia. Di Turki, kendaraan lambat seperti bis dan motor harus berada di jalur kanan dan jalur untuk mendahului adalah di sebelah kiri. Dan jika anda bertanya aman ga naik motor di Turki? Well..if you can survive Jakarta’s traffic, you definitely 1000% can survive anywhere (Liu,2014).Trust me..

Pemandangan dari Gunung Bulbul
Pemandangan dari Gunung Bulbul
The bike
The bike
House of Virgin Mary
House of Virgin Mary
Spring of Holy Water
Spring of Holy Water

Setelah mendapat wejangan-wejangan dan mengisi bensin yang lumayan mahal ( 2.5 Lira seliter), saya pun langsung tancap gas menuju Rumah Bunda Maria yang letaknya di atas gunung Bulbul. Dalam pikiran saya, di atas gunung itu jauhhh sekali, mungkin saya akan menghabiskan waktu sejam atau dua jam untuk sampai ke Rumah Bunda Maria.Namun setelah berkendara selama setengah jam melewati jalan mulus beraspal dan pemandangan gunung yang indah, saya sampai di Rumah Bunda Maria dengan selamat sentosa. Setelah masuk ke dalam Rumah Bunda Maria dan berdoa (Yes..I do pray and believe in God), kemudian berfoto-foto dan selfie dengan Rumah Bunda Maria (sempat menimbulkan insiden kecil yang malu2in..handphone saya tiba2 bersuara keras ketika hendak berfoto selfie.Tak urung, banyak turis yang menengok dan membuat saya merasa tak enak, maklum ini tempat ibadah, kita tidak boleh berisik). Saya kemudian mengisi botol minum saya dengan air dari mata air suci yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Setelah minum air suci, saya pun kemudian sadar. Sekarang baru jam 11 siang. Matahari terbenam pada pukul 9 malam. Saya masih punya waktu 10 jam untuk berkeliling-keliling dengan motor ini. Tapi mau kemana?

Seolah dapat ilham, saya teringat dengan riset yang saya lakukan beberapa minggu sebelumnya tentang tour PMD (Prienne, Miletus, Dydima). Tiga kota tua ini punya daya tarik sendiri. Prienne menawarkan pemandangan indah reruntuhan kota dengan latar belakang gunung menjulang, Miletus( Milet dalam bahasa Turki) adalah kota yang pernah dikunjungi Rasul Paulus dalam perjalanannya memberitakan Injil, dan Didyma( Didim dalam bahasa Turki) merupakan kuil Apollo terbesar di seluruh peradaban Yunani. Kalau ikut tour, mengunjungi ketiga kota ini akan menghabiskan dana sebesar 100 Lira saudara-saudara. Akhirnya saya pun iseng bertanya jalan pada seorang polisi di dekat pos penjagaan. Polisi atau Jandarma ini berkata ” If you want to go to Didim, It is very easy. You just need to go down this road and turn to Ortaklar. From there, just follow the road to Soke and from Soke follow the signboard to Didim.” Hmm..sounds easy paling setengah jam sampe. Saya pun kemudian memakai sunblock SPF30 ke bagian kulit yang tak terlindungi pakaian. Akal sehat saya muncul dan berkata,”Yakin mau pergi?pake baju T-shirt n celana pendek doang, ntar masuk angin loh.Not to mention, you don’t have GPS or map. What if something bad happens?” Namun karena tekad sudah bulat, saya pun mengabaikan nasihat akal sehat saya dan langsung hit the road.

From Selcuk to Didim
From Selcuk to Apollo’s Temple (Didim)
View dari Gunung Bulbul
View dari Gunung Bulbul
menunggu Kofte
menunggu Kofte
Kofte..Kofte...
Kofte..Kofte…
Bergaya setelah makan di Ortaklar
Bergaya setelah makan di Ortaklar

Perjalanan menuruni Gunung Bulbul sangat menyenangkan. Udara yang sejuk dan pemandangan gunung serta Laut Aegea nun jauh disana membuat mata segar dan semakin bersemangat. Saya sesekali berpapasan dengan bis pariwisata dan taksi kuning yang mengantarkan turis ke Rumah Bunda Maria. Saya pun sedikit lega, untung ga jadi pake taksi, klo ga, bakalan nyesel bayar mahal and ga nikmatin jalan-jalan naik motor. Saya terus melanjutkan perjalanan sampai menuju persimpangan Ortaklar. Saya baru teringat kalau saya belom makan siang akhirnya saya mencari Lokanta (tempat makan) terdekat dan saya menemukan Lokanta kecil di pinggir jalan. Saya segera parkir dan memesan makanan .

Me :                 Do you have Kebab?

The Waiter :    No Kebab. #####,####,####,kofte,####,###?####? (muka antusias dan berkata-kata dalam bahasa Turki yang tidak saya mengerti)

Me :  errr…Kofte? (muka bingung dan cuma ngerti kata “kofte”)

The Waiter :      Ahhh..Kofte..kofte..####?###?######?Ayran?

Me : errr..Ayran?

The waiter :        Ahhh Ayran. (pergi menyiapkan makanan)

Saya duduk menunggu dengan sabar sementara Kofte saya dipanggang. Kofte adalah bakso ala Turki. Bola-bola daging yang rasanya gurih ini dipanggang dan disajikan dengan sepiring salad dan all u can eat toast, seriously..you can eat as much as you can. Ketika Kofte dan salad saya siap, saya pun menyantap. Enak dan bikin kenyang. Segelas ayran pun saya teguk dengan rakusnya. Setelah selesai saya pun ingin membayar.

Me : How much?

The waiter : Humm..####??

Me : Lira?

The waiter : ahhh…(berjalan masuk ke dalam rumah dan nongol 5 menit kemudian sambil membawa kalkulator yang menunjukkan angka 12.5 Lira)

Setelah membayar, saya memintanya memotret saya dengan sepeda motor sewaan saya. Lalu saya bertanya sambil menunjuk ke arah timur,” Didyma?” Sang pelayan pun mengangguk dan bilang,”Didyma yes”. Lucu sekali pembicaraan kami ini. Berbekal konfirmasi dari sang pelayan, saya pun makin merasa Kuil Apollo semakin dekat. Motor pun saya pacu keluar dari Ortaklar menuju Soke. Ketika keluar dari kota Ortaklar, saya melihat papan petunjuk jalan yang bertulisan ” Soke 30km”. Saya semakin senang karena saya pikir Didyma tak jauh dari Soke. Saya makin senang lagi ketika saya tak sengaja melewati reruntuhan kota Magnesia. Motor pun saya berhentikan dan saya iseng memotret sebentar. Saya tidak masuk ke dalam situs Magnesia karena saya terburu-buru ingin sampai di Didyma.Saya pun terus melanjutkan perjalanan menyusuri jalan raya D525 yang mulus mirip jalan tol di Indonesia atau mungkin lebih baik.Sesekali saya bertemu dengan beberapa pengendara motor lain yang herannya tidak pake helm dan ngebut. Saya pun terpacu dan sayangnya bebek tua ini cuma bisa mentok di angka 90km saja. Jalan yang mulus dan marka jalan yang jelas membuat saya mudah melewati jalan raya ini. Soke 10 Km…Soke 5 Km..Saya sudah mengendarai motor selama sejam lebih dan  akhirnya saya sampai di Soke and suddenly reality hits me..

Ruins of Magnesia
Ruins of Magnesia
Magnesia
Magnesia

“Didim 55km” Papan yang bertuliskan jarak Didim dari Soke ini membuat saya galau. Gile..saya sudah naek motor sejam lebih dan masih ada 55km lagi??Sembari melanjutkan perjalanan saya mulai galau, apa saya batalkan saja?balik lagi ke Selcuk dan naik motor ke pantai di Kusadasi saja? namun tiba-tiba hati nurani saya yang jarang bicara pun mengeluarkan suaranya,”Hendro..you have travelled a long way. Just go for it, don’t give up in achieving what you want.Remember, you don’t want to regret someday that you didn’t make it because of the obstacle in front of you..” Suara hati nurani saya yang mirip suara Liam Neeson ini bener juga. Saya pun terus melanjutkan perjalanan sambil menahan panas di kulit karena sinar matahari yang semakin kuat. Tidak apa, berkunjung ke Kuil dewa matahari memang harus kena sunburn (entah teori dari mana ini). Polisi yang melihat seorang turis Asia berbaju I love RI dengan celana pendek pun tersenyum melambaikan tangannya kepada saya. Ramahnya orang-orang di negeri Ataturk ini.

Great Theater of Miletus
Great Theater of Miletus

Setelah 45 menit menyusuri jalan raya, saya pun sampai di persimpangan dekat Akkoy. Marka jalan menunjukkan  ” Didim 25km” ke sebelah kiri dan “Milet 5km. Pikiran saya pun terbelah. Apakah saya harus terus ke Didym atau detour ke Milet dulu baru ke Didim? Karena saya tertarik mengunjungi kota yang pernah disinggahi Rasul Paulus ini, saya memutuskan untuk pergi ke Miletus. Tidak sampai 15 menit saya sampai di Miletus yang sepi dan cuma 4 orang yang ada di situs ini. Saya menjelajahi Grand Theatre, foto-foto dan kemudian tancap gas ke Didim.

Temple of Apollo, Didyma.
Temple of Apollo, Didyma.
YES!! Akhirnya nyampe juga!!
YES!! Akhirnya nyampe juga!!
Si Vitello mejeng di parkiran Kuil Apollo
Si Vitello mejeng di parkiran Kuil Apollo

Perjalanan panjang saya ini mulai membuat saya resah. Bukan karena terlalu jauh, tapi bensin saya mulai menipis dan saya berada di jalan yang jauh dari pom bensin. Saya tetap positive thinking dan terus memacu laju motor sampai ke pom bensin terdekat. Dengan pelitnya saya hanya nambah 1 liter saja.Entah apa yang ada di pikiran saya waktu itu.Setelah setengah jam saya mulai bisa melihat laut nan biru dan pantai yang indah. Saya sudah dekat pantai rupanya. Jalan tepi pantai yang indah ini seolah menyambut saya menuju kota Didim. Setelah menyusuri jalan yang indah namun sepi ini akhirnya saya sampai di Kuil Apollo di Didim. Kuil Apollo yang besar ini membuat saya takjub dan kagum. Katanya Kuil Artemis di Ephesus juga berukuran kurang lebih sama ketika masih utuh. Saya pun terus berfoto ria dan berkenalan dengan David dan Sennur, sepasang kekasih yang sedang berlibur di Didim. Mereka menyarankan saya pergi ke Cesme yang menawarkan pantai indah dan sunset yang menakjubkan. Some other time..save it for another time..

Temple of Artemis
Temple of Artemis
Celsus Library
Celsus Library
Curete's Way
Curete’s Way

Jam menunjukkan pukul 3 sore. Saya pun tersenyum hmm..sepertinya masih cukup waktu untuk pergi ke Ephesus. Dengan kecepatan penuh, saya menyusuri jalan saya kembali ke Selcuk.Sesekali berhenti untuk melempengkan pantat saya yang pegal karena duduk lama. Bensin pun kembali menipis dan kali ini saya mengisi dengan uang receh sisa beli tiket.Lumayan dapet 1.5 liter dan kali ini cukup untuk sampai ke Selcuk.Saya terus melanjutkan perjalanan melewati Soke…Magnesia..Ortaklar..dan akhirnya Selcuk (sempet kelewatan karena saya bengong kelamaan nyetir di jalan yang lurus melulu). Setelah sampai di Selcuk, saya langsung menuju Temple of Artemis, salah satu bangunan yang termasuk dalam Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Ternyata sekarang tinggal puing-puing dan hanya sebuah pilar yang tersisa, itu pun hasil rekonstruksi.

Saya segera melanjutkan perjalanan saya menuju Ephesus yang cuma 5 menit dari Temple of Artemis. Kota kuno Ephesus menyambut saya dengan panasnya. Saya berlindung di balik reruntuhan agar tidak kepanasan. Luas sekali kota kuno ini. Saya menghabiskan waktu dua jam disini dan kemudian saya kembali ke Meandros untuk mengembalikan si bebek yang setia menemani saya seharian ini. Fahmi bertanya kemana saja saya. Saya dengan jujur menjawab “I went to Didim”. Fahmi kaget dan sempat bercanda meminta uang lebih tapi kemudian tertawa dan bilang ,” You are a brave man”. Saya pun berjalan ke Nur Pension dengan bangga. I have gone out of my comfort zone and I conquered.

So kids, that’s how I rode 200 km a day with a motorbike. The moral of the story is when Liam Neeson tell you not to give up, you put on your pants and never give up! Go for your dream and achieve it no matter how hard and far it is.You shall conquer.

Damage Cost :

Sewa Motor : 40 Lira

Bensin : 18 Lira

Makan : 12.5 Lira

Tiket Kuil Apollo : 10 Lira

Note : Tulisan ini hanya menceritakan tentang pengalaman saya naik motor dari Selcuk-Didim. Penjelasan mengenai tempat-tempat yang saya kunjungi akan dijelaskan di bagian lain.Stay tuned.

Leave a Reply